16
Agustus silam, ia baru saja berulang tahun ke 66 tahun. Sudah 66 tahun Masih 66 tahunlah tepatnya.... Tentu saja
dalam perkara usia begini, antara “sudah” dan “masih”, ada perbedaan yang
sangat krusial. Saya pikir, kalau “sudah”,
konteksnya adalah ya....maklumi. Kalau “masih”, bisa diartikan, tetap
bersemangat dan penuh gairah. Kira-kira begitulah.
Jadi
berawal dari suatu siang, datang telephone. Dimulai sms dulu. Saya sih melihat
dari missed-call list. Eh, ada apa
tante-ku ini menelepon ya? Mungkinkah dia sedang di restoran Manado, mau
kirimin saya ayam rica-rica mungkin? Hehehe. Ternyata, ia menelpon untuk
mengundang.
Eh
jij komen menonton mijn Motown Band dong. Waarin en wanneer, mevrouw, tanya saya. Itu di jgtc, di depok. Lanjutnya,
nanti zondag. Saya texting
menjawabnya, ok mevrouw, ik wil komen daar.
Ia buru-buru meneruskan lagi, eh ikke
nanti mintain ticket for jij, hoe veel? Oho great, ma’m. twee aja.
Hahahayyy...
.memang campur-campur gitu, kalau ngobrol dengan mevrouw yang tetap enerjik
ini. Antara Engels, Hollandspreken, campur Manado sesekali,
sampai Ambon. Gado-gado dah.
Ok then,
akhirnya ya datanglah saya ke Depok, tentunya ditemani “assisten sangat pribadi
banget deh” saya. Siapa lagi? Masak ga tau sih? Mevrouw Margaretta Gerttruda Maria, datang dengan suaminya. Juga ditemani
seorang keponakannya, yang penyanyi juga. Sang keponakan, belakangan saya tahu,
eh ikut menyanyi dengan “tante”nya itu.
Ya
di Motown Band itu.
Well,
this is my first time saw that band performance. Actually, “Mother Margie”
sudah menceritakan tentang “band baru”nya ini sejak beberapatahun silam.
Kira-kira begini deh ceritanya, ikke bikin band baru met teman-teman yang sejalan dan semisi. Soul band gitu, bawain
materinya lagu-lagu era Motown. Jij tahu
Motown kan?
Saya
lantas langsung mikir, wuih lain lagi nih. Gelagatnya, serius dan seru juga.
Jadi pengen lihat. Apalagi madame
Margie Segers, itulah nama popnya, juga bilang eh band ini boleh dong jij
masukkin di acara-acara jazzmu. Saya bayangin, ini pas buat seorang Margie, the
trully living legend, yang basic-nya
lebih cenderung bluesy itu.
Sedikit
tentang Motown. Nama itu kan berasal dari sebuah label rekaman fenomenal.
Dimana pemunculannya, mengangkat begitu banyak nama-nama penyanyi ”Afro-American” untuk menembus tangga lagu-lagu
di Amerika, sampai seluruh dunia. Sebagai recrod label, Motown berdiri Januari
1959, dengan full-name nya, Motown Record Corporation.
Didirikan
oleh Berry Gordy, Motown saking suksesnya, bahkan lantas disebut sebagai sebuah
era musik. Dalam sejarahnya, sepanjang 1960-an terutama, masih disusul
sampai1970-an, Motown sukses luar biasa dalam industri musik Amerika, dan
internasional.
Tercatat,
sebuah rekor fantastis bahwa selama 1960-an saja, 79 album produksinya mampu
menembus tangga lagu-lagu ternama, Billboard
Hot 100. Maka lahirlah sebutan Motown Era. Dimana ada nuansa kental soul, pada sajian musik produksi mereka.
Itu adalah “warna” dasar yang dikedepankan.
Walau
pada akhirnya, apalagi ketika sukses menembus charts, musik Motown tentu saja jelas pop juga adanya. Ya, sebutlah
sebagai pop dengan influenced soul, R
& B atau ragam black music
lainnya.
Motown
pada perjalanan selanjutnya juga dikenal lewat salah satu tokoh pentingnya, William “Smokey” Robinson. Smokey
Robinson mengawali karir suksesnya di Motown, lewat menjadi lead-singer dari The Miracles, yang adalah produksi terawal Motown, di tahun 1959.
Begitu
deh, sedikit intermezzo soal Motown record company dan era. Nah kembali ke
tante Margie ini, ia lantas bercerita tentang sejarah kelompok musiknya ini. Jadi
pada era 1960-an ada grup musik bernama Soul
Section. Margie Segers, adalah vokalis kelompok itu.
Grup
itu dia sukai banget karena, selera utamanya memang sesungguhnya adalah blues
dan soul. Lantas ia juga suka rock. Baru kemudian, ia lantas mengenal dan
menyukai juga musik jazz secara serius.
Pada
sekitar 1968, Soul Section mendapatkan kesempatan tampil main di TVRI. Grup
musik ini para pemainnya memang ex Holland semua, begitu lanjut Margie. Nah
waktu di TVRI itulah, Jack Lesmana menonton dia. Jack lalu mendatanginya dan bilang, Margie
dilihatnya bisa menjadi penyanyi jazz yang baik juga.
So,
sekian puluh tahun sudah berlalu. Ia masih teringat keasyikan warna soul untuk
dibawakan di atas panggung. Maka lantas 3 tahun yang lalu, terbersitlah
keinginannya membentuk grup sejenis. Dan waktu itu, pas juga datang tawaran
dari Locafore Festival. Maka Motown Band un tampil pertama kalidi acara di
Bandung tersebut.
Ada
beberapa kali memang Margie bercerita tentang grupnya ini. Ia juga mengundang
menontonnya. Tapi barulah kejadian pas acara Jazz Goes toCampus kemarin itu.
Yang saya rasakan, Margie memang bersemangat dengan grupnya tersebut. Yang
jelas saja, menambah kesibukannya di atas panggung.
Margie
Segers sudah sejak puluhan tahun terakhir ini, lebih dikenal sebagai penyanyi
jazz. Apalagi ia banyak tampil di pelbagai acara konser dan festival bertema
jazz. Sebagai jazz-singer, ia memang termasuk salah satu legend yang tetap
eksis. Kemampuan vokalnya terjaga baik. Ia sangat khas, sebagai seorang
penyanyi.
Paling
menarik adalah bagaimana ia menyikapi, atau apa deh ya, gini deh. Bagaimana ia
memahami sebuah lagu, lalu musik, kemudian masuk untuk menjadi penyanyinya.
Menarik disimak, bagaimana Margie melakukan re-interpretasi atas sebuah lagu.
Ia menjiwainya, kemudian menyanyikan dengan penafsirannya sendiri.
Menyuarakannya dengan gaya bernyanyi khasnya.
Ya
jazz, ya blues. Kental sekali. Keunikan penyanyi bertubuh mungil ini memang
bisa disebut, tiada duanya, hingga saat ini. Itulah yang membuatnya tetap dapat
eksis dengan baik.
Eh
tahu ga, salah satu ciri khasnya yang unik adalah, bagaimana ia kerapkali “terpeleset”
bila menyanyikan syair berbahasa Indonesia. Lidahnya itu lho, aduh Belande
banget. Tapi keplesetnya bukan mengganggu, malah jadi menarik dan khas. Ya gitu
deh, tiap hari juga ngomongnya teteup
bahasa Belande, bray. Belande campur
Inggris.
Pada
kesempatan Jazz Goes to Campus 2016 itu, Motown Band didukung para musisi
seperti Dolf Wemay (bass), Ahmad Ananda (electric guitar), Happy “Pretty” Bayuwardani (trumpet dan vokal). Lalu drummer adalah adik dari Dolf
yaitu, Milly Wemay. Ada juga
gitaris, yang sekaligus vokalis, Fingo
van Leunkay. Serta Pita Loppies,
sebagai backing vocal.
Para
musisi pendukung, adalah nama-nama yang juga berjam terbang tinggi sebagai
musisi. Sebagian besar berkeliaran di lingkungan kafe dan clubs. Sehingga
secara musik, grup ini jelaslah terbilang asyik. Asyik untuk didengerin dan
ditonton.
Eh
iya, nanti deh ya, saya akan menulis panjang mengenai perjalanan seorang Margie
Segers. Udah janjian sih. Pengen aja, bisa menyebarluaskan cerita panjang
perjalanan dia. Pastinya akan menjadi sumber inspirasi yang “baik dan benar”,
bagi kaum musik Indonesia. Terutama sekali buat para penyanyi, ataupun
calon-calon penyanyi.
Nah
untuk sementara ini, saya cerita dikit tentang salah satu bandnya. Dan
nikmatilah beberapa foto mereka, yang saya jeprat-jepret-jeprit saat Jazz Goes
to Campus kemarin itu. Ada cerita tentang festival itu ga? Ga ada sih untuk
tahun ini. Ga sempat keliling soalnya. Yang jelas, festival itu makin jadi “festival
beneran”. Makin gede. Jumlah stage-nya aja bertambah.... /*
1 comment:
Bung Dion
Nice review loh ....
Sdkt correction , nama finggo is Finggo van Leun ...
God bless
Kita tunggu lagi posting blog nya
Post a Comment