Thursday, December 8, 2016

The Making of... White Collar Rock, the Concert

Pertama-tama, trims berats guys, karena sudah mempercayakan acara konser ini untuk saya pimpin. Saya tangani. Sedari awal sudah saya nyatakan kesiapan saya. Dan janji nih, wuidiiiih udah kayak cagub aje, bahwa saya akan bekerja sebaik-baiknya. Untuk “melayani” dengan maksimal kedua band yang akan tampil nanti.
Nah kepercayaan kedua band, untuk mendaulat saya menjadi show director itu, saya pikirkan baik-baik terlebih dahulu. Kerja sebaik-baiknya, kudu ada perinciannya. Yoih, harus menyiapkan konsep tertentu, biar konser ini sedap, enak, nyaman dan ngenakkin semua yang ada. Ya penonton, itu terutama. Ya, yang punya tempat. Dan tentu dong, kedua band yang bakal tampil.

Ini konser kecil sebetulnya. Tapi ada tantangan serunya. Bagaimana mengemas penampilan kedua band rock, dengan karakter musiknya masing-masing, menjadi menyenangkan untuk ditontonnya. Dalam hal ini, saya lebih suka menyebutnya, harusnya bisa nikmat ditangkap mata dan asyik ditangkap telinga. So, penonton bakalan betah dah jadinya. Setuju ga?
Konsep itu masih ditambah, acara konser akan digelar dalam rangka hari ulang tahun venue, tempat konser akan dilangsungkan. Yes, Hard Rock Cafe, venue konser itu, pas betul bakal ngerayain tahun ke 3 mereka berdiri.

My personal homework itu gini, well kedua band saya tahu persis asyik banget.  Saya beruntung telah mengenal mereka lebih dalam. Kerapkali menyaksikan langsung penampilan mereka masing-masing, di berbagai gigs di macam-macam tempat. 2 kelompok musik rock ini terus terang saya suka! Kan katanya, kudu cinta dulu, harus suka dululah, biar enak jalaninnya.



Yang satu TKJ alias The KadriJimmo. Musiknya bertenaga. Bukan menjerit-jerit, tak terlampau memekakkan telinga. Tetapi keras, bersemangat, sesekali nyelip kayak unsur patriotiklah gitu. Marching? Ealaaaa. Bukan, anthemic maksudnya. Bergemuruh gitu, bunyi dan suasananya..
Sementara SOG alias State of Groove, musiknya rame dan seru. Rock dengan intensitas rocknya sedikit lebih keras dari TKJ. Tapi rocknya ngegoyang, sanggup bikin penonton tuh “gelisah” untuk hanya duduk atau berdiri diam-diam saja. Modern rock n roll, dengan sentuhan juga ada rada atau agak hip metal, walau tanpa ada rap. Groovin’rock!
Analogi yang saya pilih tuh gini, yang satu itu para profesional. Kantoran, berdasi dong. Klimis, wangi maskulinlah. Metroseksual? Ga tau deh, iya kali ya. Baju licin, berblazerlah, sukanya dengan dasi warna terang, celana bahan tebal dan eits sepatu model boots, coy.
Nah yang satunya itu gambarannya adalah, baju licin, berdasi bercorak seru, juga warna-warni terang. Tapi lebih suka pakai jeans. Sepatunya eh sama, lebih doyan rada boots juga. Kesannya lebih cenderung ke art. Sementara yang satunya, yang di atas itu, lebih ke bidang kayak banks atau apa sih, properties. Hehehe, itu sih analogi saya tentang TKJ dan SOG itu. Ga ada yang suka model army looks ya?



So, itulah dasar pemikirannya. Gimana mereka, dengan karakter gaya khasnya masing-masing serta musiknya sendiri-sendiri itu, dihidangkan dengan “sempurna” ke penonton mereka nanti. Yang jelasnya adalah, pasti deh, penontonnya tuh heterogen. Belum tentu mereka suka-suka amat sama rock! Dan, oho lebih serunya tuh, belum tentu banyak dari antara penonton itu tahu bener apa dan siapa TKJ dan SOG! Hahaha. Pe-er bener!
Sorry guys, so far, nangkep kan isi tulisan saya ini? Paham ga, apa yang telah saya tuliskan di atas itu? Hehehehe, janganlah nyengir. Sudah hisap rokokmu, kalau merokok. Sruput lagi kopinyalah. Kalau nikmatilah lagi, teguk lagi aja, bir mu? Cukup bir saja?

Yoih, ini cerita saya sih. Bukan semata-mata soal review konser saja. Memang lebih sebagai mengungkapkan cerita “di balik panggung” gitu deh. Dari acara yang bertajuk cukup menggelitik itu, White Collar Rock! Oh ya, title itu didapat dari hasil diskusi santai, ngemeng-ngemeng ngalor ngidul saya sama Kadri, itu juga via whats-app kok. Rock yang lebih modern, masa kini, asyik tapi rada mature sih. Eh Kadri nyebut White Collar Rock itu, saya langsung setuju. Naaaaah, pas banget tuh, bro! Bungkus dah.
Kadri memang yang punya inisiatif awalnya. Kepengen ia bisa manggungin grupnya itu TKJ. Tapi di konser, yang lebih kecil tapi tetap seru sekaligus lebih intim. Kitapun lalu diskusi, kayak apa bagusnya. Konser berdua aja, kayaknya seru. Dua band saja cukup. Nah Kadri langsung menyebut juga, TKJ sama SOG nya Emil dan Ariyo itu ya?

Wah, boljug bro. Keren juga tuh. Hayooolah. Langsung kontak Emil. Dan bak gayung bersambutlah. Emil lalu juga Ariyo, menyambut hangat tawaran tersebut. Konser bareng TKJ dan SOG, kenapa tidak  Let’s go, brothers. Begitulah kira-kira respon sangat positif dari kubu SOG.
Jawaban mereka kan aslik, berasa groove nya kan? Pas lah dengan nama mereka, State of Groove. Hehehehe. Ya sepakat. Cari tempat. Iseng kontak kiri kanan. Eh ketemu Hard Rock Cafe. Kebetulan Hard Rock Cafe juga tengah merancang konser perayaan hari ulang tahun ke-3 nya. Mereka berencana bikin pas program rutin mereka saban Senin malam itu, I Like Monday.

Hard Rock Cafe pun lantas tertarik untuk mengundang TKJ dan SOG memeriahkan HUT ke 3 mereka tersebut. So begitu deh, singkat cerita, sampailah di Senin 5 Desember. Kejadian deh acara itu tuh. Proses persiapan, termasuk nega-negonya, relatif pendek. Sekitar 2 bulanan lah.
Bersyukurlah, kemudian ada Donny Hardono, dengan DSS Sound nya yang bersedia mendukung. Mereka akan menyiapkan peralatan tata suaranya, lengkap dengan backlines, berupa band equipment serta amplifiers yang diperlukan.
Dan ah lantas ada sahabat lama saya, Lemmy Ibrahim yang kini juragan tata cahaya, LemmonID.. Eh Lemmy juga bersedia lho ikutan mendukung acara tersebut. Wah, bakalan pas betul nanti, sound enak dan lighting seru! Klop! Bungkussss buruan....

Dan akhirnya, syukurlah, semua bisa berlangsung dengan lumayan baik dan lancar. Mulai dari tahapan loading, persis mulai jam 00.00 di 5 Desember itu. Pasang panggung tambahan, loading dan langsung plotting lampu. Saya temenin, saya ikutan deh atur titik plotting, setelah diskusi dulu apa yang saya pengen dari lighting itu. Kemudian disusul masuknya sound system.
Bikin saya tekor bener jam tidurnya. Tapi ah sudahlah, seru dan menyenangkanlah. Yang penting hasil bisa maksimal kan? Jam tidur gimana ga tekor, lha jam 07.30 pagi sudah harus sound check! Hahahaha.... Jadinya, tidur di Hard Rock Cafe dong? Ada kali, mata terpejam barang 15 menitan saja. Nayamul, bray...

Then, ok the show about to begin. Pas lewat jam 19.00, semua bisa dibilang sudah ready on position. TKJ masih sibuk menikmati makan dan diskusi di pojok kanan teras Hard Rock Cafe, di areal dekat lobby selatan mall megah, Pasific Place itu.
Sementara itu, SOG sendiri sudah berkumpul, tapi di sisi sebelah kiri. Persis banget dekat dengan merchandise-shop nya Hard Rock Cafe. Satu persatu mereka sudah berdatangan. Ikut berkumpul, beberapa sahabat baik. Merekapun ngeriung deh...
Saya tuh diorder tegas dan yakin, oleh Kadri. Mulainya pas 19.45 lah, jangan kemaleman. Nanti penonton kan besoknya pada mau kerja, bisa-bisa show belum selesai udah pada pulang lagi. Saya senyum saja, ok commander! Ga perlu nunggu-ngungguin siapapun ya, kita mulai pas 19.45 kan? TKJ please be ready.
TKJ sih sudah ready, semua all set and clear. Tapi toh akhirnya, yaaaa salam deh. Mulainya juga sedikit lewat 20.00 wib. Telatlah. Kadri masih sibuk wara-wiri menemui penonton-penonton yang adalah teman-teman dan koleganya. Memang TKJ itu diplot untuk tampil sebagai pembuka.




Mendekati 20.00 wib, saya sudah meminta Indrawan Ibonk untuk memulai acara. Ibonk ini tugas rangkap. Mercenaries, emang kudu siap cem-macem penugasanlah. Ia jadi assisten show director, yang sekaligus assisten stage manager gitu. Dan ya jadi MC, tapi voice-over.
Eh asal tahu saja, show beginian, ah cuman dua band ini, yang jadi seksi repot untuk acara dan stage, ya hanya saya dan Ibonk! Keren kan ya? Hahahaha. Berdua doang. Kalau di tim pelaksana itu, ada dukungan juga dari Tyas Yahya, yang bertanggung jawab untuk tiket dan undangan. Tyas dibantu pula oleh Harjuni Rochayati. Udah segitu aja yang kerja mendukung acara ini.
Oh ya, ada juga bantuan Lesa, biasa juga dipanggil Pao. Cewek manis ini sebetulnya tim produksi SOG. Dia dimintain bantuan untuk menolong sisi multi media. Itu hanya jalani saja video, itu hanya 1 dari TKJ. Pas di depan, pembuka showtime mereka. Toh memang Lesa akan bertugas juga untuk SOG, yang menyiapkan 3 video, yang akan mengiringi penampilan merek nanti.



Dan begitulah, pesta rock itupun dimulai! TKJ itu adalah ya Kadri Mohamad dan Jimmoputra-petir” sebagai vokalis. Sebagai gitaris adalah Noldy Benyamin Pamungkas. Untuk bassnya, Soebroto Harry Prasetyo. Eh Broto juga ulang tahun lho kemarin itu, di hari yang sama! Dan pada drums ada, Hayunaji. Satu member lain TKJ, pada keyboard adalah Popo Fauza.
Merekamembuka penampilan,lansung menggebrak dengan, ‘Energy Cinta’. Dilanjutkan dengan, ‘Manies’, ya dengan lirik yang manis-manis menggelitik gimanalah gitu. Kemudian lagu lainnya, tetap karya mereka sendiri, ‘Lelaki’. Judul sebenarnya,kabarnya sih adalah, ‘Lelaki Amanah’.
Pada nomer selanjutnya, mereka memanggil naik bintang tamu. Ada Mian Tiara, vokalis. Lalu Windy Setiadi, akordion. Serta Chiko, yang memainkan gitar akustik. Lagunya, ‘Bertiga’.Tapi di sisi depan kan mereka berlima tuh? Yoih, emangnya kalau lagu judul Bertiga, jadi yang main di depan hanya bertigaan aja?


Bertiga itu selesai, lalu dibawakanlah lagu mereka yang lain, yang masuk di album kompilasi Indonesia Maharddhika, ‘Srikandi’. Masih tetap didukung Mian Tiara dan Windy. Sementara Chiko kemana? Mungkin ke kamar mandi saja....
‘Tak Terkalahkan’ adalah lagu yang mereka bawakan kemudian. Disusul dengan, ‘Istriku’, lagu yang juga liriknya menggelitik dan unik. Lagunya menyentuh kaum perempuan nih, kata saya. Iya dong, jawab Kadri. Kan judul dan temanya bukan....’Istrinya’. Istri orang lain maksudnya. Jiaaaaaah!
Usai Istriku yang “mengharukan”, ada Bonita, guest star lainnya. Bonita dapat tugas maha berat, begitu akunya. Membawakan lagu fenomenal, ‘Badai Pasti Berlalu’. Wah, lagunya aduuuuuh.... Seru Bonita! Doain aku lancar ya....
Bonita relatif lancar dan okeh menjalankan tugas menyanyikan lagu karya Erros Djarot dan Yockie Suryoprayogo, yang dipopulerkan Berlian Hutauruk itu. Usai Bonita, ganti Andy /rif naik panggung. Lagunya, ‘Laron Laron’, yang hits 1980-an milik Makara. Makara kan ya grupnya Kadri dulu.





Dan sebagai lagu pamungkas, TKJ membawakan, ‘Tanah Sang Pemberani’. Ini juga karya sendiri, dan Andy /rif tetap juga ikutan menyanyi. Lagunya rame dan penuh vitalitas, penambah darah dan tenaga. Multi vitamin dong?
Selesai deh TKJ menjalankan kewajibannya beraksi. Panggung buru-buru disiapin untuk penampilan SOG! Antara lain, peralatan keyboard harus silam. Kan SOG ga pakek pemain keyboard. Selain juga me reset perangkat drums, setingan Iyoen dan Tomo, sedikit berbeda. Mereka memulainya dengan memasang dulu video profilenya, setelah Ibonk memanggil nama mereka.


Oh ya, SOG adalah, Ariyo Wahab sebagai vokal utama, itu pasti! Lalu tentunya, Emil sebagai gitaris. Kemudian ada Djoko Sirat, bassis. Sebagai drummer, ArastioTomoGutomo. Dan eh, Chiko guitarkid juga, sebagai gitaris. Seperti juga TKJ, SOG didukung pula oleh vokal latar.
Kalau TKJ mengundang 2 cewek manis, Devi Permatasari dan Dewi Faradilla. Maka SOG mengajak Mila Wardhani, yang istri dari Ariyo Wahab. Serta ada juga Kelana Proehoeman, yang lucunya Kelana ini juga sound engineer rekaman album SOG. Kelana juga dikenal sebagai gitaris lho!
Dan SOG juga tak kalah menggebrak, mereka langsung menghidangkan ‘Tahan Diri’, karya mereka. Disusul berikutnya, ‘Bayang Bayangmu’. Mereka kemudian menyajikan ‘Maafkan’, ini salah satu hits dari album pertama mereka yang dirilis akhir 1990-an..


Setelah itu, lagu mereka sendiri yang lain, ‘Inilah Aku’. Selepas itu, mereka menghadirkan dua cover songs yaitu, ‘Blood Sugar Sex Magick dan ‘Suck My Kiss’, itu keduanya dari Red Hot Chilli Peppers. Suasana jadi hangat deh! Iya musik mereka kan memang relatif keras, tapi masih relatif menyamankan hati, telinga sampai rongga terdalam... Hahaha. Sedap punyalah!
Mereka punya cara seru dan keren deh, untuk memperkenalkan para musisinya. Jadi "introduction" yang panjang, terdiri dari potongan beberapa lagu, disesuaikan dengan mungkin keinginan tiap personilnya.  Misalnya, Djoko bass, malah memainkan rhythm bass chop, diikuti musik dari 'Lesson in Love' nya Level 42. Ariyo Wahab dengan Rolling Stones. Kayak gitulah. Gimmick-nya pinter!
Berikutnya, mereka membawakan, lagu terbaru mereka, bakal jadi materi andalan album terbaru mereka, ‘Oh Yeah’. Dan lantas ditutup oleh lagu, ‘Disko’. Yang mengajak penonton bergoyang disko deeeeeh.... Pada goyang ga? Mungkin ada, tapi mungkin banyak juga yang hanya goyang-goyang dikit, kekenyangan kayaknya.



Karakter musik rock berdua, memang sih beda. Rada unik juga mempertemukan TKJ dan SOG untuk sepanggung nih. Ya sama, ya musik rocknya saja. Etapi gini,mereka berdua sama. Ada kesaman lainnya, ga hanya soal rock nya.
Keduanya itu, sudah sampai pada taraf merampungkan album rekaman terbaru mereka. Sebenarnya bisa dibilang sudah 95-an% siap untuk dirilis sih. Kenapa ga sekalian launching album? Keduanya punya alasan masing-masing, untuk tidak menjadikan kesempatan manggung di White Collar Rock, untuk menjadi arena launching album masing-masing.
Belum siap sepenuhnya, itu kata Ariyo yang diiyakan Emil.   hal, yang harus disiapkan dulu agar segala sesuatunya maksimalnanti pada peredarannya. SOG sendiri, menurut Ariyo dan Emil, memang udah kepengen banget segera bisa merilis album mereka.



Ya maklumlah, mereka itu barusan saja melakukan reuni lagi. Bayangin, dulu itu mereka hanya sempat merilis satu album, yang di tahun 1999 itu. Yang kemudian, beberapa tahun kemudian, sayang di sayang, mereka terpaksa harus berhenti berjalan bareng. Gegara kesibukan masing-masing personilnya.
Padahal saat itu, musik mereka dianggap potensial, dan “berbahaya” bagi scene rock di Indonesia. Rock mereka berbeda. Karena ada suasana, “mengajak bergoyang”nya. Apalagi dulu itu, mereka senantiasa tampil dengan kostum atau dandanan khas. Soal kostum, mereka perhatiin betul di saat dulu itu.
Lalu TKJ, kenapa? Menurut Kadri dan Jimmo juga mengiyakan, proses rekaman harus betul-betul yakin sudah final. Sebenarnya harusnya sudah selesai, mereka menargetkan bahwa di penghujung 2016, proses rekaman harus selesai. Malah album harusnya sudah bisa dirilis.
Tapi karena satu dan lain hal, ah bahasanya resmi betul. Yaaa, proses produksi album TKJ ternyata belum rampung jua. Mau tak mau, mereka harus rela melepaskan kesempatan bagus untuk launching sekalian saat konser kemarin itu. Mudah-mudahan saja, di Desember sampai Januari nanti deh, proses keseluruhan sudah selesai. Sehingga album ketiga mereka, siap untuk disebarluaskan ke pasar musik.
Album tersebut nantinya adalah berbentuk full length album. Dimana mereka sesungguhnya, sudah mengawalinya dengan EP atau mini alBum sebagai awal, dirilis pada Oktober 2015 silam. Harusnya sih, maksudnya idealnya, tak lebih dari 6 bulan kemudian full albumnya sudah bisa dirilis....


Itu saja kesamaan mereka ya? Eits, tunggu dulu kawans semua. Jangan buru-buru ambil kesimpulan. Karena coba telisik dari para members kedua band ini. Gitaris mereka itu, Noldy dan Chiko, bisa dibilang sih, “stali tiga uang” atawa “sebelas-dua belas” deh. Kesibukannya, dengan berbagai bentuk proyek musik lainnya, astaga! Bisa-bisa 7 hai dalam seminggu itu, masih kurang.... Seminggu, harusnya berapa hari dong?
Kalau menurut saya, sisi lain yang hampir mirip dari mereka berdua adalah pada kemampuan musikalitas personilnya. Bisa dibilang, seluruh personil dari masing-masing grup rock itu, berjam terbang ekstra tinggi. Mereka musisi yang kemana-mana, main di banyak proyek, rekaman, show. Grup mereka itu, memang bukan hanya TKJ dan SOG doang lhoooo.
Alhasil, aha mereka berdua tuh, bukanlah grup rock biasa-biasa saja. Tinggal gimana mereka muncul kepermukaan, dan dikenal lebih luas lagi. Dikenal luas dululah, kalau soal hits mah itu biarlah menjadi bonus yang nikmat! Yang pasti sih, potensinya gede.
Apalagi, catatan kembali, ini diulangin ya, musik mereka "lain daripada yang lain". Susah dicari pembandingnya saat ini. Rock nge-groove, tapi teteup ada rasa rokenroll yang asyiknya SOG itu, jarang ada kan? Sementara TKJ dengan apa sih sebutannya? Power-pop, atau power-prog-pop. Hihihihi, bisa jadi istilah baru, progwerp. Prog power pop! 
Kalau udah menyentuh prog atawa progressive kan biasanya ya lagunya panjang-panang denganmuatan lirik yang dalem banget. Kalau TKJ memilih menyajikan yang lebih poppish,liriknya aja umum dan pop banget. Tapi memang maunyebut pop ya susah, musiknya bertenaga dan ..."ga gampang" juga. 

Nah jadinya, konser kemarin memang bisa menjadi jembatan, untuk mereka berdua masing-masing melangkah lebih jauh. Merilis albumnya, lebih memperkenalkan lagi grupnya dan musiknya, ke khalayak lebih luas.
Manggungin mereka biar hacepppp dan penonton betah-tah, itu pe-er saya dah. Tapi perkara, jualan musik mereka kemudian, jelas itu pe-er mereka masing-masing. Ya para personilnya tentu saja, dengan idealnya didukung menejemen yang pas untuk bisa memberi support optimal, bagi kesuksesan perjalanan lanjutan mereka.
Buat saya, baik TKJ dan SOG layak kok ditampilkan dengan "packaging" konser yang ideal. Tata suara bagus punya dan tata cahaya jugaada konsepnya, bukan sekedar tambah-tambahin lampu semata.. Yang nonton kemarin, mudah-mudahan pada setuju ya.
Ngomong-ngomong nih, apa mungkin konser bareng lagi  Well guys, up to you. Both, tentu saja. Semisal, boleh dipikirkan launching bareng, biar ada news yang bisa diblow-up kali ya? Ah, kita serahkanlah ke semesta nan begitu lapang dan luassssnya.
Sekian dan terima jadi, kawans. Maaf, ini jadi tulisan yang melebar dan lebih lebar deh. Maunya, kayak bikin film. Kan ada tuh, film lainnya, The Making of.  Hahahaha...kapan SOG dan TKJ bikin film? 
Akhirul kata, mohon maaf kalau saja ada kekurangan-kekurangan di sana-sini pada acara kemarin itu. Lain waktu kita bertemu kembali. Salaaaaam! */














1 comment:

Unknown said...

Mansteppp.. asik baca ulasan musik masbro satu ini (y)