Ok,
saya mulai dari mana ya? Sebelum acara saja. Nyaris seluruh pengisi acara sudah
datang. Band juga nyaris lengkap. Benny
Soebardja dan istri. Louise Hutauruk
dan putranya. Sudah menempati “ruang tunggu artis”. Kami tempatkan di areal
terrace. Semua talents, di pool di situ aja. Kawasan smoking area.
Datang
kemudian juga Ariyo Wahab, seorang
diri, istri akan menyusul katanya. Jam bergerak menuju 19.30. Itu waktu yang
jadi target kami, untuk memulai acara. Tapi dengan catatan, asal arena dalam
Hard Rock Cafe, sebagai venue, sudah
relatif penuh. Dan, emang sudah penuh? Lumayan padat siiih.
Ada
perbincangan begini, ok kita mulai jam 19.30 sebentar lagi nih, ya. Ok aja,
tapi band belum lengkap, bro. Iya mulai deh 19.30, gw mau aja mulai tapi band
belum lengkap nih bro. Teman berlalu, sibuk hilir mudik. Datang lagi ke dalam,
ok kita mulai deh udah 19.30, udah cukup. Ya, ya, ya boleh tapi gw ga bisa
mulai kan band belum lengkap nih.
Sayapun
segera mengecek terus teman yang bertugas menjadi Talent Coordinator. Sudah dimana mereka, ini harus mulai nih. Nah
teman yang meminta segera mulai, berlalu lagi di hadapan. Ok ayo kita mulai.
Belum lengkap bro, bentar lagi deh. Iya mulai aja deh, cepetan. Menurutnya, ini
orang-orang mulai pada rebutan kursi soalnya, nanti malah kacau suasananya. Rebutan
kursi? Walah.
Saya
menarik nafas saja. Siapin saja semuanya. Terutama microphones. Berkoordinasi dengan teman-teman dari DSS Sound. Mas Donny Hardono, sebagai “juragan” DSS serta akan menjadi sound-engineer, sudah standby. Sebelumnya, sudah hubungi juga
pihak lighting engineer setempat.
Operator menjelaskan, lampu-lampunya yang ada apa aja. Saya cuma koordinasi dan
sedikit kasih arahan.
Sedikit
aja, karena keberadaan lighting yang tersedia di situ, buat saya ya sudah
seperti begitu saja. Ga mungkin di-“macem-macem”-in” lagi. Ya, “apa adanya”.
Karena kami juga ga bawa additional
lighting. Saya juga, ga mungkin mendampingi operator lighting, karena keterbatasan tim nih. Saya harus ada di seputaran stage. Soalnya, selain tenaga terbatas
banget, juga tanpa handy-talkie! Welcome to the....”Wonderland”...
Hehehe.
Lebih
kerennya, saya juga tidak dalam kondisi fit 100%. Aha, seru dong. Cuma untungnya,
makin dekat waktu untuk mulai, saya berasa makin segeran. Dan waktupun tiba,
semua band akhirnya lengkap. Saya langsung menghampiri band dan, terutama,mas Yockie Suryoprayogo untuk naik
panggung. Tepat 19.50 kira-kiralah, duo MC pun langsung buka acara itu.
Akhirnya...... Bismillah.
And, the
Celebrating Journey Called Life, a Night
with Yockie Suryoprayogo pun dibuka chit-chat
2 MC cantik. Shanty dari XI Creative dan Sapti Wahyudi dari Ikatan
Alumni ITB. Yup, kedua komunitas itulah yang menjadi motor utama dan ikut
menjadi penggagas dari acara ini. Eng ing eeeng....acarapun dimulai!
Ga
berdoa dulu? Eh, sekitar 15 menitan sebelum, acara sepakat siap untuk dimulai,
sempat kok berdoa. Yang ikut berdoa terbatas saja. Hanya saya yang meminta
waktu untuk kumpul, teman-teman band yang sudah ada, Naya, Indrawan Ibonk dan
mas Donny Hardono. Lalu doa dipimpin oleh mas Donny.
Penonton
memang sudah lumayan padat. Pas banget, kalau show langsung digeber saja. Lagu
pertama, Kadri Mohamad dan Che Cupumanik menyanyikan, ‘Jurang
Pemisah’. Bubi Sutomo, kibordis mantan Coop’s Rhythm Section, Elfa’s Music,
Indonesia 6 dan Kahitna, ikut mendukung. Bubu memilih memainkan keytar. Tensi acara, langsung mencuat
tinggi. Maklum, lagunya kontan memancng adrenalin naik, jack!
Turun
langsung, dengan, ‘Dalam Cinta dan Cita’, yang dibawakan oleh Dhenok Wahyudi. Tensi langsung
“meredup”. Apalagi Dhenok nyaris hanya ditemani sendiri oleh Yockie
Suryoprayogo. Dari Dhenok, gantian Bonita.
Ia membawakan, ‘Semusim’. Sementara di depan Bonita, Berlian Hutauruk, yang membawakan lagu itu pertama kali di 1977,
menonton dan menikmatinya.
Diteruskan
berikutnya oleh Fryda Lucyana,
dengan hitsnya, ‘Rindu’ karya Erros
Djarot itu. Setelah Fryda, kembali Kadri Mohamad naik panggung, kali ini
berduet dengan Benny Soebardja. Lagu
yang mereka bawakan, ‘Apatis’. Well, ini memang bukan “konser” dalam arti
“konser sesungguhnya”. Kan di kafe, dalam suasana senang-senang. Sukacita. Rame en hepi.
So,
Yockie sendirilah yang “bertugas tambahan”, memanggil para penyanyi yang
mendapat giliran. Saya memang kepengennya, konser ini lebih cair, dari konser
yang di gedung atau hall. Karena kan
juga konteksnya, ini sekaligus perayaan dan pengucapan syukur dari Yockie
Suryoprayogo sendiri, yang tepat berumur 62 tahun pada 14 September itu.
Agak
“banyak” juga kerjaan yang berulang tahun nih jadinya. Maaf ya mas Yockie...
Kami sepakat untuk tidak banyak ruang, untuk naik turunnya MC atau host. Maklum,
waktu pementasan ini, kami upayakan untuk tak terlalu berpanjang-panjang yang
“kurang begitu perlu”. Yang paling perlu banget kan, yaaaa yang ulang tahun.
Hehehe.
Maksudnya,
biarlah memang Yockie Suryoprayogo sendiri yang lebih di “depan” Ini pesta
buatnya. Dan kan bisa terasa, memang pestanya sendiri, ia pula yang “sibuk”
memanggil naik teman-temannya.... Eh sejauh ini, relatif aman. Ada sedikit
“kecolongan” di awal, tapi masih bisa ditolerir. Aman kok....
Berikutnya,
mas Yockie sendiri yang menjadi penyanyi. Lagunya, ‘Citra Hitam’. Selepas itu,
nah ini muncul very special guest. Addie MS! Yang didaulat untuk main
keyboard lagi. Tepatnya main piano. Lagunya, ‘Nuansa Bening’. Yang memang,
Addie sendiri yang memainkan pianonya, di rekaman lagu aslinya. Penyanyinya
tetap, Keenan Nasution.
Addie
sempat bercerita kepada para penonton, karena Yockie dan Keenan lah, ia
akhirnya menjadi musisi. Waktu rekaman lagu tersebut, Keenan dan Yockie yang
ajak dia rekaman dan....bolos sekolah! Hahaha. What a Moment! Sudah lupa deh, kapan ya terakhir kali, seorang
Addie Mulyadi Sumaatmadja main piano atau kibor di sebuah acara musik?
Yang
sama artinya dengan, kapan terakhir kali, Addie yang jangkung itu, “berani”
melihat kepada para penonton konser? Kan sudah sekian waktu, dengan Twilite Orchestra nya, ia membelakangi
penonton? Kayaknya, praktis sejak Twilite Orchestra berdiri, di 1991, mungkin
praktis bisa dibilang Addie tak pernah lagi tampil bermain piano ya?
Dan,
ok then. Selesai sudah. Addie, welldone, bro! He he he. Abis Addie dan
Keenan, gilirannya Louise Hutauruk, yang
menyanyikan lagu, ‘Khayal’. Selepas Louise yang menaburkan suasana ceria,
disambung oleh Komunitas Musik ITB,
yang antara lain ada Tony P. Sianipar,
mantan Elfa’s Singers itu. Bubi Sutomo, juga ikutan mengiringi teman-temannya.
Mereka membawakan, ‘Kharisma Indonesia’.
Dari
suasana ceria, sukacita, kembali tensi acara diturunkan. Fadly, vokalis Padi dan Musikimia itu, mengharu biru penonton yang
berjumlah 300-an malam itu, dengan lagu, ‘Selamat Jalan Kekasih’. Sendu
langsung.... Adeeeeeem.
Apalagi
disambung dengan Tika Bisono, yang
memabawakan, ‘Melati Suci’. Makin mellow,
hanyut gimanalah gitu. Walau banyak penonton, karena suasana “adem en sepi”
gitu, malah ngobrol-ngebrel dengan asyiknya.... Tika selesai, giliran putri
cantik dari Yockie sendiri, Saran Adjani.
Ia membawakan hits dari Fariz RM, ‘Hasrat dan Cita’.
Sebelum
Sarah menyanyi, yang berulang tahun diberi “kejutan” pertama. Tiup lilin kue
ulang tahunnya, yang dibawa oleh sang istri sendiri, Tiwi. Ditemani Naya Indro.
Nah begitu Saran Adjani selesai menyanyi, Yockie dikasih kejutan kedua. Kali
ini, bener-beneranlah kejutan yang membuat Yockie terpana.
Ia
diberi hadiah istimewa, sebuah peralatan electric piano atau keyboard Kurzweil. Yang disebut berasal dari
seluruh yang terlibat dalam acara tersebut. Termasuk para artis pendukung, juga
penonton! Tentu saja, termasuk pihak-pihak yang mendukung acara ini sehingga
bisa terlaksana dengan baik.
Harapannya
agar Yockie Suryoprayogo, tetap dapat berkreasi dalam menghasilkan musik-musik
berkwalitas. Yang maksudnya, dalam hal ini, musik-musik yang memberi semangat
ekstra pada musik Indonesia secara keseluruhan. Terutama ya musik yang
berkembang di saat ini.
Musik
kan macam-macam. Ada pelbagai genre, sub
genre dan sampai ke sub-sub genrenya.
Pada dasarnya, pada jaman sekarang, semua mempunyai ruang geraknya
masing-masing. Mempunyai hak hidup yang sama, begitulah bahasa kerennya. Musik
apapun, ada saja penggemarnya.
Nah
kalau menyoal dari apa ya, sebut deh sebagai rekam jejak, dari seorang Yockie
Suryoprayogo. Waduh, panjang nian. Mulai dari jaman band-band pesta, di akhir
dekade 1960-an. Dan lantas terlihat jelas, ketika muncul dengan Lomba Cipta Lagu Remaja versi radio Prambors. Juga album fenomenal, Badai Pasti Berlalu. Diikuti
album-album bersama Chrisye.
Selain
itu sampai juga dengan Dian Pramana
Poetra, Andy Meriem Matalata,
untuk menyebut sebagian saja diantaranya. Sebelumnya, iapun juga meramaikan
khasanah musik (rock, terutama) lewat keterlibatannya yang, “in n out”, pada grup legendaris, God Bless.
Catat
juga album rilis 1979, Musik Saya adalah
Saya. Sebuah bentuk realisasi dari gagasan membungkus musik rock dengan
tata orkestrasi nan megah. Yang kemudian juga menjadi sebuah konser rock
orchestra, dengan melibatkan pula berbagai penyanyi, sampai nama Idris Sardi!
Catatan-catatan
tersebut, tak pelak menempatkan sosok Yockie Suryoprayogo, menjadi salah satu
ikon penting musik Indonesia, tentunya. Dengan antara lain, seperti menjadi
salah satu “pelopor” dari apa yang kemudian disebut sebagai pop kreatif. Musik
yang tidak mendayu-dayu, tidak “terlalu lurus dan gampang”.
Musik
yang mempunyai tingkat kompleksitas nada rada berlebih? Mungkin saja bisa
disebut begitu. Memang kenyataannya, rata-rata karya Yockie, sarat dengan
muatan lirik puitis dengan musik yang padat, bertenaga, lebar. Imajinatif juga.
Dan pada akhirnya, kalau kita lihat dan dengarkan saat ini, ternyata musiknya
juga...macam “tak lekang dilibas oleh waktu”.
Yang
harus juga disebut, bahwa pada perjalanan kemudian, musik karya Yockie memberi
inspirasi, bagi lahirnya musik-musik yang “baik dan benar” di khasanah musik
Indonesia. Bahwa ada musik seperti itu, yang punya arti. Pernah dan,
rasa-rasanya, tak pernah kehilangan artinya itu.
Tidak
berhenti hanya pada menawarkan suasana dan nuansa nostalgia. Lebih dari itu.
Apalagi, seperti yang dipertunjukkan lewat serangkaian konsernya di beberapa
kota sepanjang lebih dari setahun terakhir ini. Kolaborasi Yockie dengan Indro Hardjodikoro, bersama bandnya
yang terdiri dari para musisi muda berbakat, seolah terus menghidupkan
karya-karya musik tersebut. Pun untuk generasi muda masa kini.
Band
yang dipimpin bassis muda, tapi eh kalau sekarang mah sudah bisa dibilang “jelang
senior”-lah, Indro Hardjodikoro ini selengkapnya terdiri dari Muhamad “Yoiqball” Iqball (drums). Pada
kibor ada Eggy “Eghay”. Ada pula Yankjay Nugraha, sebagai gitaris.
Selain Didiet Violin. Ditambah, backing vocals, Mery dan Dewi.
Mereka,
para musisi muda itu, telah menjalin persekutuan dengan Yockie Suryoprayogo
sejak lebih dari setahun silam. Tampil di sekitar 8 konser, yang sejauh
ini sudah menyinggahi 5 kota. Sehingga terasa solid, jelas bukan sekedar
kumpulan jammin’. Bukan berbentuk band kolaborasi biasa. Terhitung serius
jadinya.
Kalau
hanya berhenti pada romantisme nostalgia, kemungkinan besar musik-musik yang
dibunyikan kembali itu, akan cepat tersapu waktu. Sesaat hadir, dan dalam waktu
tak akan begitu lama,hilang ditelan waktu.
Konteksnya,
kalau sekedar nostalgia, ketika hilang kesenangan kangen-kangenan, ya hilanglah
disapu waktu. Dilupakan. Seperti juga, kasus sejenis misal, senang-senang
kumpul-kumpul belaka. Euphoria, senang kumpul memang membangkitkan mood. Tetapi
ketika jenuh menyergap, urusan lantas kelar sudah.
Tak
punya arti lebih dari kegembiraan sesaat. Sayang kan?. Kenyataan membuktikan,
musik tersebut, termasuk lagu-lagunya, tetap segar dan kontekstual. Lewat
rangkaian konser yang telah dilakukan selama ini.
Karena
itulah, acara kemarin di Hard Rock Cafe itu, berkeinginan memberi support
kepada Yockie Suryoprayogo. Untuk terus berkarya, jangan lelah dan janganlah
berhenti. Support itu berangkat dari respek dan penghargaan, serta apresiasi
terhadap apa yang telah dihasilkannya, tentu saja.
Nah
kembali ke acara itu sendiri, selanjutnya ada Once Mekel, dengan, ‘Angin Malam’. Dalam lagu ini, ada dukungan
permainan keyboard dari Debby Nasution
juga. Peran seorang Debby jelaslah, ia original player, pada rekaman lagu tersebut di era 1970-an.
Selanjutnya, penyanyi muda nan enerjik, Gilang Samsoe, dengan lagu, ‘Resesi’. Gilang, bisa jadi, penyanyi termuda yang dilibatkan dalam acara tersebut. Ia juga yang senantiasa diajak serta dalam rangkaian konser selama ini. Diteruskan lagi oleh Dira Sugandi, dengan, ‘Merpati Putih’.
Selanjutnya, penyanyi muda nan enerjik, Gilang Samsoe, dengan lagu, ‘Resesi’. Gilang, bisa jadi, penyanyi termuda yang dilibatkan dalam acara tersebut. Ia juga yang senantiasa diajak serta dalam rangkaian konser selama ini. Diteruskan lagi oleh Dira Sugandi, dengan, ‘Merpati Putih’.
Ada
beragam nama penyanyi yang diundang, untuk menyanyikan lagu-lagu karya Yockie
tersebut. Pada kesempatan ini, terasa makin beragam. Apalagi, seperti muncul
pula, Sandhy Sondoro, membawakan
lagu, ‘Anak Jalanan’. Dilanjutkan dengan, mas Yockie secara khusus juga
memanggil naik, Rian Ekky Pradipta,
vokalis D Masiv itu, untuk membawakan, ‘Kala Sang Surya Tenggelam’.
Belum
selesai lho. Berikutnya masih ada Ariyo Wahab, yang diberi tanggung jawab,
membuat audience yang ada nyanyi
bareng dan bergoyang ramai-ramai. Lagu yang dibawakannya, ‘Juwita’ yang terasa danceable itu. Kemudian muncul Berlian Hutauruk, dengan lagu
monumental itu, ‘Badai Pasti Berlalu’.
Sebagai
lagu pengunci acara, dihadirkan, ‘Pelangi’. Dimana, Yockie membawakannya di
awal, lalu mendatangi Erros Djarot untuk ikut menyanyi bareng. Selanjutnya,
para penyanyi lain, ikut bernyanyi bersama-sama. Di tengah lagu, Erros Djarot,
mengajak para penonton semua untuk ikut mendoakan kesehatan dan terus dapat
berkaryanya Yockie.
Kayaknya sih, tak ada momen "paling menyentuh kalbu", dari doa seorang sahabat baik kepada sahabatnya. Mana lagi, mengajak publik ikut berdoa. Sekedar informasi, beberapa waktu sebelumnya, sang sahabat memang sempat harus mendekam beberapa hari di rumah sakit, karena gangguan lambung. Eh itu diagnose awal. Kabarnya, perlu didalami lagi. Semoga, takada gangguan yang serius.
Kayaknya sih, tak ada momen "paling menyentuh kalbu", dari doa seorang sahabat baik kepada sahabatnya. Mana lagi, mengajak publik ikut berdoa. Sekedar informasi, beberapa waktu sebelumnya, sang sahabat memang sempat harus mendekam beberapa hari di rumah sakit, karena gangguan lambung. Eh itu diagnose awal. Kabarnya, perlu didalami lagi. Semoga, takada gangguan yang serius.
Menjadi
sebuah pementasan bak konser, yang bisa disebut, “nyaris sempurna”. Bukan
konser beneran tapi kwalitas penyajiannya sudah kelas konser sungguhan saja.
Walau dalam suasana lebih “sederhana”. Dengan beberapa keterbatasan, termasuk
tenaga yang mewujudkan acara tersebut. Cuma akhirnya, bisa berlangsung dengan
relatif lancar.
Orang-orang bilang, mini konser tapi band-nya beneran maennya. Soundnya sangat mendukung (Siapa dulu yang mendukung sound-nya, sampai turun tangan langsung jadi sound engineer? DSS dong....!) Walau lighting kayak..."pesta kawinan". Aha ha ha! Maaf, maaf kalau ada kekurangan di sana, di sini. Maklumlah....
Orang-orang bilang, mini konser tapi band-nya beneran maennya. Soundnya sangat mendukung (Siapa dulu yang mendukung sound-nya, sampai turun tangan langsung jadi sound engineer? DSS dong....!) Walau lighting kayak..."pesta kawinan". Aha ha ha! Maaf, maaf kalau ada kekurangan di sana, di sini. Maklumlah....
Well,
semoga penonton puas. Pulang dengan hati riang. Bisa bobo dengan nyenyak,
mudah-mudahan mendapat mimpi yang indah. Eh, eh hehehe. Bagusnya sih, nyaris
sebagian besar penonton tetap setia menonton, menikmati acara hingga selesai dan
kelar di lagu paling ujung itu.
Terima
kasih untuk semua penonton yang sudah mau hadir dan membeli tiket. Terima kasih
untuk para undangan. Lintas usia, lintas profesi, lintas jabatan. Dan tentu tak lupa, terima kasih untuk teman-teman
wartawan yang sudah meluangkan waktu untuk menyaksikan acara itu, dan ikut
memberi support pada yang berulang tahun ke 62 tahun itu.
Selanjutnya,
kapan lagi ada acara beginian? Ini kabar bagus buat publik Yogyakarta. Tunggu
Yockie Suryoprayogo dan Konser Badai Pasti Berlalu plus, pada hari Minggu 6
November 2016 nanti. Oho, mampir Yogya nih? Iya begitulah rencananya. Di Grand Pasific Hotel tepatnya. Nanti ya,
tunggu kabar detilnya mengenai acara tersebut.
Mas
Yockie Suryoprayogo, sehat selalu mas. Berkaryalah terus. Jangan pernah capek
mewarnai musik Indonesia tercinta ini...../*
Foto-foto : Gideon Momongan
3 comments:
Sayangnya karya2 spt ini kurang disukai mayoritas rakyat. Bisa diliat dr jumlah views lagu2nya di youtube masih kalah sm lagu2 rock melayu 90an yg bisa tembus jutaan views di youtube. Itulah kenyataan selera musik kita.
Post a Comment