Friday, July 22, 2016

Dian PP, "...saya hanya berfikir, apakah saya bisa kaya raya?"


Salah satu fenomena trend musik di Indonesia, yang paling menarik itu, ada di seputaran 1980-an. Karena, di saat itu, tetiba saja jazz (jazzy, tepatnya), bisa naik daun. Diperhitungkan sebagai, trend. Artinya, untuk kaum industrialis musik, jenis musik ini “layak jual”, atawa punya pasar.
Ok lah, tentu saja, kaum industrialis tersebut  (eh ini maksudnya para “cukong kaset”, begitu istilahnya waktu itu) mengajukan juga beberapa persyaratan sih. Bahasa simple dari persyaratan itu adalah, eits kudu kompromi dengan selera pasar.
Selera pasar yang mana? Nge-pop maunya. Ini nih repotnya, jazz tapi pop? Kayak apa sebenarnya. Syahdan di era itu muncullah apa yang disebut, jazzy tunes. Sebenarnya bentuknya itu, pop ya. Tapi nuansanya memang ada rada soul, RnB dan jazz.
Ada deskripsi lain, yang gampangnya, bahwa itu adalah musik jazz tapi pakai penyanyi. Kan biasanya jazz itu instrumental, featuring pada musisi-musisi tertentu. Yang terjadi sih sebenarnya, kalangan jazz “beneran” atawa jazz “tulen”, jadi bingung juga. Jazz pakai vokal sih ok, tapi jazz yang pegimane sih, coy?
Jalan terus yiuks, maaf terpaksa tinggalin soal “lebih serius”, soal jazz. Dikotomi jazz yang jazz dan, jazz yang tidak jazz. Ah macam mana pulak? Makanya kubilang juga, pecah kepala kau nanti.
Ada yang dibilang jazzy tunes, ada juga lantas sebutan beda lagi. Ini bisa lebih pusing menterjemahkannya, adult contemporary. Kalau dari media luar negeri, terutama dari Amrik, jenis ini “diperkenalkan” radio-radio di sana. Jadi lagu yang pas untuk didengerin di mobil. Kali yeee, yang bawa mobil kan biasanya...adult?

Tadi sudah kubilang, jalan teruslah. Itulah gambaran yang terjadi di 1980-an, atas trend jazzy yang ada. Oh ya, untuk menelisik sedikit lebih dalam ya, ada jazz-nya Jack Lesmana dan koleganya. Lalu belakangan ada juga Christ Kayhatu, Yance Manusama dan kawan-kawan.
Ada Jopie Latul, Jackie Bahasoean, Utha Likumahuwa, Nunung Wardiman termasuk kemudian nama Mus Mujiono. Di sisi lain, ada Rien Jamain, Margie Segers sampai siapa lagi, Broery Pesolima. Ini kalau mau menyebut nama-nama vokalis ataupun penyanyi, yang sebut saja, jazz-oriented.
Nah menariknya, lantas munculah sosok anak muda Ibukota, keren. Suaranya itu lumayan khas. Kebetulan di sini, saat itu, ada penyanyi jazz(y) yang bernama Michael Franks. Oh jadi, ini seperti Michael Franks? Franks sendiri sejatinya mengeluarkan debut album 1973. Tapi baru dikenal lewat lagu-lagunya yang ada di albumnya, yang dirilis 1976 dan setelah itu.
Michael Franks baru populer di tahun 1980-an di sini. Nah Franks populer, seperti juga Al Jarreau atau Gino Vanelli. Saat itulah, di sini kemudian muncul album Indonesian Jazz Vocal, di sekitar 1983. Menyeruak pasar musik, di khasanah yang jazzy, bersaing dengan album dari Utha Likumahuwa, Christ Kayhatu serta Jackie Bahasoean. 
Ternyata album itu dilahirkan oleh seorang “anak Tebet”, yang lahir di Medan pada 2 April 1961. Dian Pramana Putra namanya. Album itu terbilang sukses untuk merebut perhatian.
Dan dalam waktu cepat, Dian Pramana Putra nan flamboyan itu, menjadi populer. Apalagi, iapun lantas dikenal sebagai seorang hits maker. Beberapa lagu karyanya, sukses jadi hits dinyanyikan banyak penyanyi lain.
Orang tuanya, Hadi Suwito, ayahnya, adalah pemain musik. Gitaris. Sang ibunda, Sumiaty Sutiko, juga penyanyi, dan salah satu partner idealnya untuk bikin lagu! Banyak lho, lagu-lagu sang anak itu, yang dibuatnya dengan sang ibu. Nah ayah dan ibunya juga,pernah jadi Bintang Radio RRI. Untuk kategorinya hiburan dan keroncong.
So, ya pas deh. Ga heran anak-anaknya ada yang terjun jadi musisi, dan penyanyi. Dian adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara. Denni Arantika, Henrie Restoe Poetra, Dian. Lalu dua perempuan, Ika Ratih Poespa dan Yulita Mawar Antasari. Henrie dan Ika,juga menyanyi dan rekaman.
Secara becanda, dia bilang, paling bungsu itu....Deddy Dhukun! Karena ga mau pakai nama jadi Deddy Dhukun Poetra, maka Deddy-pun dibuang ya? Hihihihi.

Salah Deddy juga sih.  Ya ga? Kenapa harus ada nama “Dhukun”? Kan jadinya, “putra-nya dukun”? Kami berdua tertawa lebar. Lebih keras ketawa kita berdua, bila mendengar cerita-cerita seru 2-D alias Dian dan Deddy Dhukun. Apalagi jaman 80-90an. Konyol dan kocak. Yang bercerita aja, tertawa. Apalagi yang dengar?
Mereka berdua, kemana-mana sudah. Tinggal ke penghulu saja belum, kayaknya. Eits maaf, hukum di negeri kita kan belum mengijinkan pernikahan sesama jenis? Apalagi ini jenisnya khusus, “pasien” dan dukun-nya. Sesuatu yang terasa unik dan....memilukan! Dian pun tertawa lebar. Satu ketika, Deddy ditanya begitu, juga ketawa dan bilang, “Iya nih, hukum negeri kita ini ga adil.”
Nah, sejak beberapa waktu belakangan ini, saya sering jumpa degan mereka berdua. Malah jalan bareng, ke beberapa kota. Cerita yang lantas dirangkaikan jadi tulisan ini, bermula dari obrolan-obrolan iseng saya dengan Dian, ditemenin juga Deddy. Biasanya, saat ngopi tengah malam. Atau ngopi sore. Ngopi moloooo nih?
Keduanya memang manusia “jam kecil”. Itu terkait dengan jam bisanya mereka mulai istirahat malam. Jam kecil itu artinya, yaaaa lewat tengah malam bangets! Iya oom, Dian itu susah tidur. Dia baru bisa tidur biasanya setelah subuh, kata Deddy.
Oh berarti sama aja dengan elo dong bro, jawab saya. Deddy dengan kalem bilang, oh ga dong. Masak sih, emang elo tidur biasanya jam berapa? Saya tanya balik ke Deddy. Dengan raut muka tak ada ekspresi dia jawab, yaaa sebelum subuh.
Oh ya, tulisan obrolan saya dengan Dian ini, diambil ya dari ngobrol. Dari, email! Hehehehe. Kirim pertanyaan, dia jawab.Jawabnya, sebulan setengah setelah saya kirim! Hahaha. Atau ada juga yang lewat message di whats-app. Semua sih rata-rata lewat tengah malam lah.
Kemarin ini, saya sempat kirim message jam 12-an, ya midnight, seperti biasa. Dian menjawab, Sorry bablas oom. Jam menunjukkan 02.30. Saya terbangun dengar notifikasi masuk message, menjawab balik, ga papa tidur lagi deh bro. Iya nih, mau tidur lagi, jawabnya. Lalu kita ngobrol....
Lanjut lagi pada siangnya. Ya begitulah. Itu ngobrol wawancara? Wah, ya wawancanda sih kayaknya. Ngobrol kesana kemari aja. Mulai dari Panti Jompo, Panti Asuhan sampai Panti Rehabilitasi eh lantas ke...Panti Kesegaran Jasmani. Itu sisi positifnya, jadi kami berdua sadar untuk hidup sehat....
Yang paling asyik, Dian itu isengnya banyak. Salah satu keisengan positifnya adalah, tetiba ia mengirim “tawaran ide”. Elo bikin logo dong di foto-fotomu, bro. Kayak gini nih. Dia kirim beberapa alternatif. Pesannya, elo harus pakai tuh, biar foto elo ga gampang dicolong orang....
Saya berterima kasih banget, so pasti. Terharu juga lho. Dan akhirnya, begitulah ya, ya saya pakai logo itu....kalau inget!

Ok bung and non semua, inilah dia hasil ngobrol ngalor ngidul saya dengan sahabat baik saya, Dian Pramana Putra. Eh iya, dia lantas merubah tulisan namanya menjadi, Dian Pramana Poetra belakangan. Lupa deh nanya, mulai kapan rubah jadi pake “oe” di nama belakang, “Putra”-nya. Juga lupa dong nanya, kenapa sih pakai ganti tulisan nama segala?
Tanya  : Bro, belajar gitar dari siapa bro? Atau, pernah belajar secara serius? Maksudnya, masuk kursus gitu? Berapa lama?
Jawab : Belajar sama Papa, terus sempat belajar sama oom Gunawan. Oom itu adalah private teacher, untuk musik klasik.  Terus sekolah di beberapa Akademi Musik. Dan kemudian, banyak belajar dari Musisi2 seperti Billy J Budiarjo, Bagoes AA, Erwin Gutawa, dan lainnya.
T : Pernah belajar bikin lagu? Dari siapa bro?
J : Dari kedua orang tua, dan dari lingkungan. Maksudnya, dari teman-teman.
T : Proses tersulit, waktu elo bikin album pertama?
J  : Yaaa, tidak ada yang sulit sih, hanya di era itu Jazz belum banyak diminati. Belum terlalu dianggaplah. Jadinya, mau ga mau idealisme terpaksalah dikurangi.
T :  Kenangan apa yang elo paling inget, waktu bikin album pertama?
J :  Wah, banyak kenangan bersama sohib-sohib musisi, apalagi kita menetap di Hotel Sriwijaya untuk workshop album pertama itu. Cukup serius lho.....
t  :  Ok omong soal musik awal-awalmu dulu, siapa favorit musisi atau penyanyi elo dulu, waktu sebelum rekaman?
J  : Harus disebut, Koes Plus. Juga Beatles. Gw juga suka Gino Vanneli, Kenny Loggins, Matt Monroe, Antonio Carlos Jobim..dan banyak lagi..
T  :  Michael Franks, Al Jarreau?
J  :  Oh ya, didengerin juga waktu itu.
T  :  Apakah musisi atau penyanyi favorit elo itu, memberi influence pada album pertama elo?
J  :  Yup, udah pasti ter-influence..
T  :  Masih inget, lagu pertama yang elo tulis? Apakah masuk di albummu, bro? Tentang apa? Dan berapa lama elo bikinnya?
J  : Lagu, ‘Semurni Kasih’. Liriknya ditulis sama om Bagoes AA. Itu hanya sehari prosesnya kok
T  :  Apa komentar ortu, waktu album pertamamu dirilis? Kalau waktu pertama kali liat elo muncul di TV?
J  :  Wah, mereka merasa senang karena regenerasi. Soalnya kan ayahku dulunya pemusik juga. Kalo di TV, TVRI maksudnya,  sudah sering sih muncul bersama Group Bourest di awal tahun 1977-an, kalau tak salah ingat. Bourest, itu vokal grupku.
T  :  Elo masih inget ga, pertama kali muncul di TV? Acara apa? Ada kenangan tersendiri yang ga bisa dilupain waktu syuting pertama itu?
J  : Yang pertama di acara Hiburan Malam, TVRI. Yang buat kita lucu waktu itu  tuh,  pas shooting acara pemain flute, Bambang namanya, yang. bergoyang sambil memutar-mutar flutenya. Dan tau ga, flutenya terlepas, terbang dan kena jidad kameramennya, hahahaha
T  :  Dian PP waktu muda. Dimana bro, masa sekolah elo dulu. SD, SMP, SMA...
J  : SD Kebon Baru, SMP 23 Muhammadiyah, SMA 37 yang juga di daerah Tebet. Emang anak Tebet banget ya gw tuh, hihihihi......
T  :  Kesan elo waktu sekolah dulu, gimana? Misal, waktu SD deh. Ada yang elo inget?
J  : Palingan apa ya,  saat pacaran kali di SMA. Naik motor, pas tikungan ngebut...oooouw, ada Becak! Kaget, menghindar..Akhirnya kita nyusruk lah berdua ke dalam Becak. Dan motorku lari sendiri ke selokan....uuuh!Bayangin aja!
T  :  Waktu kecil dulu itu, Elo paling seneng apaan?
J  : Paling seneng belajar ilmu bela diri‎, oom....
T  :  Oh ya, beladiri apaan? Senang liat film silat kali ya?
J  :  Di SMA, pilih belajar kungfu. Sekarang masih belajar juga,tapi Aikido, om.... Hahahaha, iya dulu. Sekarang biar sehat aja bro.

T  :  Soal musik, salah satunya. musik apa, yang paling elo "rekam" bener, dan ga bs lupa sampai sekarang. Apapun, ya bisa lagu, musisi, penyanyi....
J  :  Oh, apa ya? Ok, di musikku aja ya. Itu di lagu "Semurni Kasih", saat itu kita bebas berkreasi. nikmat lho begitu, pada  era itu
T  :  Bakat menyanyi, main gitar, menulis lagu, kira-kira dapat dari siapa ya bro? Ayah atau ibumu?
J  :  Dari kedua orang tua.
T  :  Pada saat dulu, ortu bolehin ga elo main musik, main musik secara lebih serius?
J  :  Iyaa pastinya.... Mereka support banget, apalagi untuk belajar secara beneran ya, edukasi  teori gitu.
T  :  Ada pesan masa dulu dari ortu, baik ayah dan ibu, yang masih elo inget sampai sekarang?
J  : Dari Papaku itu,  "Belajar, Berteman Banyak Dari Likungan ". Sementara, dari Ibu "Berdoa sebelum ada Penciptaan dan Bernyanyilah dengan Rasa dan Jelas". tu gw inget banget.
T  :  Cita-citamu waktu kecil apa bro?
J  :  Aduh, apaan ya? Ga ada kayaknya... Hihihi. Tidak pernah ada yang terlintas, secara serius gitu ya, hanya berfikir apakah saya bisa...kaya raya, hehehehe 
T  :  Waktu kecil dulu itu, nilai tertinggi elo dapat dari pelajaran apaan?
J  :  Ada tuh! Hanya untuk seni rupa dan seni musik. Pelajaran yang lain kelaut semua...Hahahaha
Albumnya udah banyak juga sih ya? Yang pasti, dimulai dari Indonesian Jazz Vocal, dirilis oleh Jackson Records di tahun 1983. Itu dia, langsung laris. Tapi memang berani juga, pakai langsung title “jazz” di judul albumnya itu. Penata musik album ini adalah Billy J. Budiarjo.
Lagu-lagunya antara lain adalah ‘Kusabar Menanti’, ‘Satu Birasa’, ‘Melati di Atas Bukit’, ‘Semurni Kasih’. Lalu juga ada, ‘Aku’, ‘Doa Tuk Negeri Tercinta’, ‘Kaum Muda’, ‘Jawaban’. Dan dua lagu terakhir, ‘Imajinasi’ dan ‘Anna’. Semua lagu ditulisnya sendiri, dengan dibantu oleh Deddy Dhukun dan Bagoes AA. Hanya lagu pembuka itu, karya bersama Billy, Deddy Dhukun dan Bagoes AA.
Album berikutnya, dirilis setahun kemudian. Intermezzo judulnya. Musiknya ditangani oleh Bagoes AA. Dirilis oleh label yang sama dengan album perdananya. Ada beberapa nama musisi muda, yang waktu itu mulai menonjol namanya, antara lain macam, Dodo Zakaria, Erwin Gutawa, Tito Soemarsono, Raidy Noor dan Uce Haryono.
Materi tracks di dalamnya, dibuka dengan, ‘Gelisah’, ‘Kubawa Kau Serta’. Itu dua lagu yang melejit tinggi saat itu. Selain itu, ‘The Second Night’, ‘Inspirasi’, ‘Selama Kau Ada’, ‘Cinta Kita’, ‘Sabtu Meriah’. Lagu berikutnya, ‘Selimut Hati’, ‘Intermezo’ dan ‘Jumpa Bahagia’.
Album Lima Menit Lagi, kemudian dirilis 3 tahun setelah album kedua. Dorie Kalmas menjadi produser. Sementara musik ditangani oleh Raidy Noor. Beberapa musisi muda handal, ikut mendukung album ini, antara lain,Aminoto Kosin, Uce Haryono dan tak ketinggalan, Bagoes AA.
Adapun track-list pada album ini adalah, dimulai dengan, ‘5 Menit Lagi’. Kemudian, ‘Papa Sayang Mama’, ‘Mengapa’, ‘Musikku’, ‘Disana Ada Dia’, ‘Di Sini’. Selanjutnya ada lagu, ‘Cinta 2 kali’, ‘Kamar Biru’, ‘Sepekan Lalu’. Dan ditutup oleh, ‘Lagu Sukaria’.

T  :  Waktu elo dulu bisa rekaman, siapa yang paling berjasa, yang membuat akhirnya elo bisa rekaman?
J  : Almarhum Billy J Budiarjo, Bagoes AA, serta juga almarhum pak Jackson Arif, itu lho Jackson Record, yg memberi kebebasan berkarya..
T  :  Iya ya bro, Billy, Bagoes juga Deddy yang mendukung debut albummu dulu itu?
J  :   Yup oom. Ya dikerjain barengan dengan mereka.

T  :  Sejak kapan sebenarnya sih, elo bercita-cita atau kepengen jadi musisi?
J  : Sejak lepas SMA, itupun tidak sadar sepenuhnya kok, kalau akhirnya eh beneran jadi musisi,komposer, ataupun singer...
T  :  Nah, ketika rekaman satu album, dua album, tiga albumlah. Apa yang kemudian elo cita-citakan, yang tentunya berkisar soal rekaman, soal musik?
J  :  Ah ga muluk-muluk,  hanya berharap karya-karyaku bisa abadi aja..
T  :  Abadi itu, bukannya toko emas di daerah Tebet?
J  :  Ah masak? Hahahahaha, bisa aja elo, oom.... Setau gw, itu toko kelontong.... 
T  :  Dari semua lagu yang pernah elo tulis, elo buat selama ini, bisa elo sebut 5 lagu yang paling berkesan buat elo? Yang paling ada "ceritanya", yang elo ga akan lupa...
J  :  Pertama itu, Melati di atas Bukit, gw bikin dengan Sumiaty Sutiko. Kedua, Semurni Kasih, dibikin dengan Bagoes AA. Lalu ketiganya, Gelisah, itu gw bikin juga dengan Sumiaty Sutiko. Keempatnya, Masa Kecilku, gw bikin juga dengan Sumiaty Sutiko.Lima kan ya? Ya, yang kelima, Masih Ada, gw bikin dengan Deddy Dukun

Lelah
Hati ini lelah karena dia
Satu dua hari tak kujumpa jua
Rasa setahun sudah kita berpisah
Rindunya....

Ya Tuhan
Sampaikanlah doa hamba
Ooo...sampaikan...
Diri ini tak kuasa tanpa diKau
Kususunkan jari ini padamu

(Gelisah, karya Dian Pramana Poetra. Dari album Intermezzo, 1984) 

T  :  Partner untuk bikin lagu bro. Siapa yang paling ideal sebagai teman dekat elo dalam membuat lagu?
J  :  Ibuku, Bagoes AA dan Deddy Dhukun
T  :  Ada ga, partner elo bikin lagu, yang punya kisah tersendiri, yang elo inget sampai sekarang?
J  :  Hahaha, ada tuh. Di lagu, Aku ini Punya Siapa", dimana itu ceritain 2D macarin Satu Cewek.. Hihihi, threesome!  Dan ceweknyapun sampai bingung lhooo...hehehe
T  :  Tentang penggemar nih. Ada ga lagu yang paling berkesan buat penggemar elo, yang lantas punya cerita unik banget dan elo selalu inget?
J  :  Apa ya, mungkin khusus untuk lagu Kau Seputih Melati, yang karya Yockie Suryo Prayogo, yang membuat fansku lantas jadi bertambah di segmen pop
T  :  Apa arti penggemar cowok, buatmu?
J  :  Sama aja kok mereka dengan penggemar cewek. Tau ga bro,  lucunya tuh  lagu-laguku dipakai untuk merayu ceweknya mereka. Sampai jadian, eh sampai  beranak pinak deh sekarang..
T  :  Perhatian apa yang paling unik, paling membuat elo terkesan dari penggemar elo yang cowok? Sekali lagi, cowok lho, bukan cewek...
J  :  Ga ada yang khususlah, Sama kok. Tapi mungkin dulu itu, penggemar cewek dan penggemar cowok, yang suka lagu dan musikku, sama banyaknya ya.... Kayaknya sih....
T  :  Nah, kalau dari penggemar cewek, ada yang pernah elo inget, perhatian unik dan lucu gitu?
J  : Rata-rata mereka itu, kalo sudah mencintai lagu-laguku, kadang rela untuk hadir di setiap Performku, walau di luar kota. Bukan di kotanya gitu. Mau ngejarnya...
T  :  Pernah ga, dikritik fans elo, ya cowok dan cewek, yang elo inget sampai sekarang?
J  :  Mereka masak ya, ga suka kalau gw itu rambutnya pendek. Sukanya Dian PP yang rambutnya panjang.......hihihi. Ada-ada aja
T  :  Soal show, ada yang paling berkesan selama ini buat elo? Dimana dan kapan dan kenapa...
J  :  Secara spesifik sih bisa dibilang ga adalah. Hampir di setiap penampilan berkesan, apalagi mereka semua ikut berjamaah di sepanjang show. Keren lhooo itu....
T  :  Kota terjauh yang elo datangin waktu show?
J  :  Sampai ke London, Amerika, Brunei..
T  :  Ada kenangan tersendiri ga, waktu show di kota yang terjauh itu?
J  :  Yaa pasti adalaaaah.... Apalagi kalau bukan, karena paymentnya  itu 10 kali lipat dari di Indonesia,oom...Hahahaha
T  :  Elo masih inget ga, musisi-musisi yang pernah membantu elo, mendukung elo selama ini untuk show? Maksudnya ya, yang masuk dalam formasi band pengiring elo...
J  :  Susah juga ngingetnya. Banyak banget soalnya. Bagoes AA, Erwin Gutawa,Yopie Item, Jimmy Manoppo, Billy JB, Candra Darusman, Addie MS, Ilyas Muhadji, dan lain-lainnya.
T  :  Selama ini, bagaimana elo memilih musisi-musisi pendukungmu?
J  :   Yang utama itu, bisa baca partitur tentunya. Supaya tidak buang-buang banyak waktu

Dian juga membuat album lain, dengan grup tersendiri. Sebenarnya, semacam grup kolaborasi, yang mana ia bekerja bareng dengan sahabat-sahabat terdekatnya. Misalnya,  persekutuan Dian, Bagoes dan Deddy lantas seperti “diresmikan”, pada 1985. Mereka membentuki K3S. Mereka sendiri yang menjadi produser album ini. Sementara Canary Records, bertindak sebagai produser eksekutifnya. Album mereka tersebut berjudul, 17 ½ Tahun Keatas.
Semua lagu dalam album K3S mereka bertiga garap bareng bersama. Urutan lagu dalam album itu adalah, ’17 ½ Tahun Keatas’, ‘Putri Ayu’, ‘Sherry’, ‘Tiada yang Lain’, ‘Melangkah’, ‘Dirimu’, ‘Sesumbar’, Waktu’, ‘Cinta...Cinta’, ‘Bunga Pengantin’.

Dari K3S ini, lantas jadilah kemudian 2D, yaitu ya Dian dan Deddy. Album mereka adalah Keraguan. Album ini diproduksi oleh Granada Records. Sementara untuk musiknya, ditangani musisi kawakan, Jopie Item. Uniknya, dalam album ini ada 2 lagu instrumental lho.
Kalau dalam album 2D ini, sebagian besar memang berisikan penampilan mereka. Tapi ada terselip penyanyi lain seperti, Malyda, K3S, Henry Restoe Poetra. Lagu-lagunya adalah, ‘Keraguan’, ‘Oh Mengapa’ (oleh Malyda), ‘Kunanti dan Kucari’, ‘Lolla’ (oleh K3S), ‘Pengisi Kalbu’. Kemudian menyelip,’Pantomim’ lagu instrumental oleh, Jopie Item.
Berikutnya, ‘Asmara Rindu’ oleh Henry Restoe dan 2D feat. Malyda. Lalu ada, ‘Yang Mana’, ‘Kadangkala’, ‘Apalagi’. Lantas ada lagu ‘Begadang’ dibawain instrumental juga, oleh Jopie Item.. Dan laguterkhir, ‘Teman’.

Kedua album bisa disebut tidak sukses tapi tidak juga gagal, ketika diedarkan waktu itu.  Tapi jelasnya, angka penjualan di bawah penjualan solo album Dian. Album 2D sedikit lebih berhasil dari K3S. Namun kalau sekarang ini, kedua album tersebut di atas, sama-sama menjadi album yang diburu para kolektor rekaman lawas. Terutama, rekaman musik 1970-1980an. 

T  :  Bro, apa arti rumah buat elo, dulu ya? Kalau sekarang?
J  :  Rumah itu yang selalu menginspirasi dan penuh tawa, canda, dan air mata...
T  :  Apa arti gitar buat elo, bro?
J  : Gitar adalah instrumen,  yg bisa ada di lingkungan manapun. Dan buatku, sangat magis jika bermain dengan full harmony
T  :  Elo sekarang lagi suka dengerin siapa, musisi atau penyanyi, bisa luar negeri atau dalam negeri deh.  Kenapa bro?
J  :  Ah dari dulu, ya sapai sekarang, teteuplah Antonio Carlos Jobim. Nada-nadanya itu selalu ajaib. Dan juga, modulasinya itu, apa ya,  gw sebutnya...Touchy
T  :  Elo suka nonton film? Film apa yang paling berkesan buat elo?
J  :  Semua film yang keluaran dari Marvel Pro atau karya-karyanya Steven Spielberg
T  :  Soundtrack film apa, yang elo paling sukai?
J  :  Sabrina nya John Williams
T  :  Siapa bintang film favorit elo, yang cewek dan yang cowok...
J  :   Harrison Ford dan Jackie Chan.  Lalu ceweknya itu, Sheryl Flinn dan Serdina Swan

T  :  Kalau di rumah, seberapa lamanya elo menonton televisi? Dan apa yang paling elo sukain, maksudnya program televisi...
J  :  Aduh maaf, gw jarang nonton tv. Acara-acaranyanya juga ga tahu, palingan apa ya, oh itu On the Spot
T  :  Apa yang pertama kali elo lakukan, waktu baru bangun tidur? Ya waktu bangun tidur pagi...
J  :  Duduk dulu bentar, lalu olah raga kepala, untuk sembuhin Vertigo. Terus minum air putih hangat deh, beberapa gelas
T  :  Lalu, apa yang biasanya elo lakukan, sebelum tidur bro?
J  : Balas-balas postingan di sosmed. Apa lagi, edit photo... Trus nonton free movie, yang streaming itu
T  :  Mimpi elo yang paling indah, selama hidup elo, ada ga yang masih elo inget terus?
J  :  Mimpi di lihat Nenek dari Surga..
T  : Kalau boleh berandai-andai nih, elo pengen duet dengan siapa ya bro, penyanyi dalam negeri? Lalu kalau penyanyi luar negeri?
J  :  Waduh, aku ga atau belum berpikiran ke situ....
T  :  Lalu,masih berandai-andai lagi, elo pengen kolaborasi dengan band apa bro, band dalam atau luar negeri...
J  :  Ya, itu juga. Sama deh,  belum terlintas sama sekali.
T  :  Kalau ada reinkarnasi bro, elo lahir kembali tapi tidak menjadi musisi atau penyanyi, tapi menjadi...Gubernur DKI Jaya. Apa yang akan elo lakukan?
J  :  Hah? Hehehehe... Jakarta akan gw bikin jadi kota surga dengan segala kebersihannya.. Aman dan nyaman banget deh, buat semua orang....
T  :  Apa arti politik buat elo?
J  :  Well, politik itu sih terlalu Implicit, karena banyak paradigma  yang banyak keluar dari koridor hukum..., bahasa politiknya
T  :  Apa arti polisi buat elo?
J  :  Alat negara, aparat  yang harus ada di setiap sudut kota,  tempat dimana mereka melayani masyarakat bawah dan atas dengan segala keikhlasan serta kejujuran.
T  :  Apa yang paling elo inget dari seorang Deddy Dhukun?
J  :  Hahayyy, doi itu seseorang yang tidak pernah berubah. Passs, sesuai lagunya
T  :  Pengalaman paling lucu, yang pernah elo alami dengan Deddy Dhukun apa. Yang terlucu deh....
J  :  Banyak banget sih, tapi ini yang sekarang gw lagi inget nih, ketika show di Bandung di tahun 80-an. Waktu itu om Deddy masuk, kepleset, ke jeblos maksudnya, ke dalam panggung sambil membawa bunga..penontonpun jadi lebih histeris... Iya, penonton bersorak, dipikir itu akting!
T  :  Elo masih inget, pertama kali kenal dengan Deddy Dhukun, gimana?
J  :  Waktu kenal pertama gw asli deh, gw pikir orang Ambon. Karena rambutnya kribo, eeh ternyata orang Purwokerto! Ah, lucu aja kan?
T  :  Elo di 20 tahun mendatang, apa yang ingin elo lakukan? Mau tinggal dimana?
J  :  Gw pengennya ya oom,  tinggal di Jenewa....
T  :  Jakarta sekarang, menurut elo gimana ya bro?
J  :  Jakarta masih ada banyak tempat-tempat kumuh yang harus dibenahi..
T  :  Ada ga, lagu elo yang idenya datang dari kota Jakarta?
J  :  Ada dong. Itu lagu, ....Oooh Jakarta
T  :  Kalau elo ulang tahun, elo pengen fans elo kasih apa sama elo bro?
J  :  Ah cukuplah, kasih doa aja. biar gw panjang umur. Sehat-sehat.
T  :  Apa arti istri dan anak-anakmu buatmu bro?
J  :  Mereka tak tergantikan..mereka surga buat gw..
T  :  Lagu elo apa yang mana, yang paling disukai istri elo?
J  :  Demi CIntaku
T  :  Lalu, lagu elo yang mana, yang paling dikenang dan paling disukai sampai sekarang, oleh anak elo yang paling sulung...
J  :  Oooh, semua anak-anak suka lagu yang lucu-lucu seperti Bohong dan O...Iya
T  :  Elo pengen ga, anak elo, paling tidak salah satunya,mengikuti jejak elo.  Ya sebagai penyanyi, penulis lagu, musisi....
J  :  Biarkan waktu yang bicara.. Ga harus nyiapin gimana gitu, apalagi memaksa. Ga begitu. 
Sengaja aku bernyanyi
tuk dirimu
Sejuta nada tercipta
Demi cinta, demi cintaku

Alunan simfoni
Menghias indah mimpiku
Semoga cinta abadi

Aku ingin kau selalu menemaniku
Walau apapun terjadi...

(Demi Cintaku, karya Dian Pramana Poetra. Dari album Terbaik – Dian Pramana Poetra, 1999) 
T  :  Ada ga, keinginanmu, dalam soal musik, yang belum kesampaian hingga sekarang?
J  :  Gw pengen banget bisa recording dengan full orchestra
T  :  Siapa tokoh, tokoh apapun, yang pengen banget elo lihat jadi penonton konser elo? 
J  : Yang pasti Om Dion Momongan..biar banyak files foto-fotonya laaah, hahahaha
T  :  Ahayyy, bisa aja elo bro...
J  :  Eeeeh, beneran, hehehehe
..
T  :  Lalu, kalau selebriti. misalnya bintang film, siapa yang elo pengen banget duduk di depan nonton konser elo?
J  :  Yang pasti yang bisa kasih saweran...hehehehe
T  :  Albummu, kapan album terbarumu dirilis? Apa yang paling susah, dalam proses pembuatan album terbarumu itu?
J  :  Album baru itu masih progress. Yaaa, sejauh ini sih, sebenarnya ya ga ada yg sulit..Tahun depan mungkin baru bisa rilis. Sebenarnya, rencana tahun ini, tapi ditund dulu.
T  :  Terakhir, ada ga lagu tertentu, lagu apapun, yang pengen orang-orang terdekat elo putar khusus waktu pemakamanmu?
J  :  Waaaaah ... Hahahahaha. Scary Song!!!

Demikianlah cerita-ceriti Dian PP, begitu dia juga biasa disebut namanya. Dian PP, eh apa ga capek tuh? Ouw, itu kan bukan, “Pergi-Pulang” keleuuussss. Ga capeklah. Walau Dian belakangan suka males banget menyetir di Jakarta, karena kemacetannya itu. Bisa bikin lidah lengket, begitu selorohnya.
Ia beberapa waktu lalu sempat merilis album Fariz RM & Dian PP in Collaboration with, diproduksi Swara Sangkar Emas dan Music Factory Indonesia. Dalam album itu, lagu-lagu hits kedua hits maker 80-an tersebut, dibawakan lagi oleh para penyanyi jaman sekarang, dengan aransemen musik yang baru pula.
Yang penting sehat selalu ya kan bro? Terima kasih, sudah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, yang sebagian ada juga yang usil dan iseng saja. Hehehehe. Terima kasih juga dulu, di tahun silam, sudah menyediakan waktu datang, menembus kemacetan Jakarta lhoooo. Memenuhi undangan saya untuk live interview.
Ah sayangnya, wawancara intim dan mendalam itu, ternyata tak bisa berlanjut. Maksudnya, ga bisa dituntaskan hingga proses editing. Karena satu dan lain hal, yang tak mungkinlah kiranya saya ungkapkan di tulisan ini.
Oh ya, tulisan ini bisa menghibur para pembaca ya. Semoga ada faedahnya....../*


                                                 Dari 2D, eh jadi.... 3D. Hehehehe



Udah kan, 3D. Lalu, jadi...4D deeeh. Hehehehe. Deddy Dhukun - Donny Hardono - Dion Momongan - Dian PP

1 comment:

baskoro world said...

Alm mas Dian ga pernah diiringi alm mas Jockie s. Ya? Kalo ada album/lagu mana selain kau seputih melati?