Tulisan ini, saya
ambil dari Bab terawal buku mereka, the Groove. Forever You’ll be Mine. Bisa
dilihat di bukunya. Eh tapi untuk kebutuhan uploading di blog saya ini, dan
disesuaikan gitulah dengan blog, maka saya tambahin sedikit sih....
Band
ini rame ya? Tapi ramenya itu buat saya, efektif. Maksudnya, ya personilnya
boleh segambreng gitu.Tapi musiknya gimana, rame ga? So, artinya, apakah grup
yang banyak anggotanya, bisa dijamin musik yang dibunyiinnya itu rame juga? Blocking panggung kan bikin stage itu jadi padat. Delapan kepala
soalnya.
Ternyata
efektif. Terutama dengan tampilan 2 vokalis, cewek dan cowok. Ini band asyik
juga. Ini pendapat saya, saat “perkenalan” pertama dengan mereka di Fame,
Bandung. Hanya nonton waktu itu. Belum sempat bertegur sapa sama sekali. Lalu
beberapa bulan kemudian, mendengar mereka main di Jakarta, di Hard Rock Cafe,
saya nonton lagi. Emang band ini
asyik...
Seinget
saya, mereka waktu itu belum rekaman. Saya waktu itu sudah mikir juga, gimana
kalau mereka rekaman? Kayaknya pastil laku, soalnya fans-nya mereka banyak. Di
Bandung dan di Jakarta, wuih kafe lumayan padat. Tapi saya waktu itu ga jelas
juga, ini band cuma senang main di kafe, atau akan rekaman juga. Tapi kayaknya
sih, harus rekaman deh. Emangnya mereka mau gitu, untuk rekaman?
Di
era 1990-an, the Groove, menjadi
nama penting. Salah satu grup musik yang melejit relatif cepat namanya. Dari
main di kafe, rekaman dan lantas sukses. Menariknya, di era itu, ada beberapa
kelompok musik dari Bandung, yang naik namanya barengan. Cerita perjalanannyapun mirip. Cuma, jenis musiknya aja
yang beda.
Ada
the the Groove yang nge-goyang musiknya. Apa ya, acid-jazz, kecenderungannya ke situ musiknya. Lalu ada /rif yang rock, yang juga saya temukan
di Hard Rock Cafe, sebelum mereka rekaman. Dan Java Jive, lebih pop rock. Ketiganya, mengawali perjalanan
bermusiknya lewat kafe atau clubs. Di
Bandung dulu, lalu menginvasi ibukota.
Ketiganya
tuh paling menonjol dengan stepping yang mirip. Dari kafe ke kafe, sempat
beberapa kali ganti personil dalam proses awal, mencari bentuk soalnya kan?
Sukseslah di kafe-kafe, terutama di Bandung. Menginvasi clubs atawa kafe di
Jakarta. Rekaman eh tambah sukses! Mereka generasi berikut dari, Kahitna-nya Yovie Widianto dan
teman-temannya itu.
Ya
memang, setelah mereka rekaman, ternyata benar perkiraan saya. Mereka sukses.
Dan dari situlah, saya lantas bisa berkenalan dengan mereka. Nonton mereka dan
merasakan, grup rame ini makin rame musiknya. Lantas terasa betul makin solid. Nonton
mereka, pasti kita goyang. Ya gitu, kiri kanan, depan belakang kita pada
bergoyang, mana tahaaaan kalau ga ikut-ikutan goyang? Ga mau juga, jadi bego
sendiri dong?
Kemudian
sampailah di satu ketika, beberapa tahun lalu, saya dikontak mereka. Via Alditama, sang Putra Sangkakala Singodimejo Ya Hanya Kamu menejernya. Saya diminta
untuk membantu mereka, Bikin buku tentang perjalanan bermusik mereka.
Alasannya, mereka merasa, saya lumayan tahu banyak tentang mereka. Ya, karena
saya suka dengan musik dan penampilan mereka, saya langsung setuju. Hejeeerrr!
Kata
Aldi juga, anak-anak bilang mas Dion doang kan yang biasa menulis tentang jazz?
Astaga! Rambut gondrong, waktu itu, plus pernak-pernik, celana loreng molooo,
itu gambaran orang jazz? Hahahahaha....mudah-mudahan elo semua ga salah pilih
deh....
Dan
proses penulisan dilakukanlah. Bertemu mereka, ngobrol panjang. Mencari tahu
segala hal tentang mereka, baik soal the Groove-nya. Juga soal pribadi, yang
tentunya terkait dengan the Groove. Menemui juga orang-orang “penting” di
sekitar perjalanan bermusik mereka juga.
Seru,
jack! Saya menikmati cerita-cerita
mereka. Ramai betul, seramai musiknya! Sampai sayapun, seringkali rada
terkaget-kaget juga. Edun, masak sih sampai segitunya? Sampai segitu, gimana? Kepo dweeech....? Baca aja bukunya inii
terus sampai habis, bray.
Banyak
gosip-sip seru sebetulnya, satu persatu mereka punya cerita “di balik panggung”,
yang kalau ditulis oho rame nih. Cuma akhirnya, saya putusin,hindari gosiplah.
Ga usah ditongolin cerita-cerita
mereka yang “ga ada keliatan di panggung”. He he he...
Setelah
bertemu cukup intens dengan mereka semua, ngobrol-ngebrel kemana-mana. Menyimak
dan menulis cerita macam-macamnya mereka, satu persatu. Saya pikir, ah grup
begini asyik,harusnya bisa panjaaaaang dan lamaaaaa.... Bikin album, harusnya
bisa lebih dari 10 lah. Bertahan terus dan terus saja menggoyang penonton,
penggemar mereka dimana-mana.
Penonton
kan, butuh goyang, biar badan sehat. Maka jiwapun sehat. Setuju? Mensana in
corpore sano lah. Olahraga itu penting sih. Malam-malam olahraga, eh maksudnya
goyang sambil liat performance
mereka, itu bisa-bisa sehat-nya double,
boss! Ya, kayak nemenin Rieka en Reza yang keringetan joged terus kan? Gaya
jojing atau goyangnye mereka itu unikpula, terutama Reza....
Pastinya,
fans mereka setuju. Siapa yang ga mau, the Groove yang keren begini, bertahan
lama, langgeng, awet. Adil dan lestari? Pokoknya, jangan cepat merasa bosan,
capek, jemu, lelah. Penonton atawa penggemar mereka juga kan ga bakal cepat
bosen dan capek dengerin dan nonton mereka?
Kuncinya
memang itu sih, jangan cepat bosen bro n sis! Kalau bosen, berenang aje, naik
perahu ke tengah laut kek, manjat tebing kek, menyelam juga boleh. Terjun
payung, kalau perlu. Eits, yang terakhir itu....kalau berani.
Insya
Allah akur semua. Dan semoga the Groove, tetap bisa ditonton di panggung dan
didengar album rekamannya di 5, 6 bahkan 10 tahun ke depan. Kalau perlu sampai
15 tahun atau lebih ke depannya. Udah tuwir amat dong? Rolling Stones aja,
nyanyi dan show terus udah pada kepala 7, jack! Ga usah jauh-jauh, di sini ada
God Bless, yang membuktikan, usia mah bukan masyalahlah....
Ah,
ah...Amin, saudara-saudara? Selamat membaca!
*Catatan : Naaaah,
abis baca tulisan ini. Kalau belum punya bukunya, buruan cari. Beli! The Groove, Forever
You’ll Be Mine,
itulah judulnya. Dengan CD album tergres mereka, judulnya ya sama.
Gideon Momongan
(Music)
Writer, Journalist, Photographer, Festival Director, Show Director,
Blogger...etc.
No comments:
Post a Comment