Seorang
musisi, dan dengan aktivitas utama di saat ini, penggiat persoalan hak cipta.
Tak banyak, bisa dibilang malah mungkin belum ada, yang seperti itu. So,
itulah salah satu keunikan yang spesial dari diri pianis cum penulis lagu cum
penyanyi ini. Mana lagi, ramahnya mak!
Eh, kalau saya pilih memanggilnya “kakak” sajalah. Boleh dong ya? Kalau memanggilnya paman atau oom, terasa perbedaan usia terpaut sangat jauh. Walau sesungguhnya, hal itu adalah benar juga sih... Eits!
Eh, kalau saya pilih memanggilnya “kakak” sajalah. Boleh dong ya? Kalau memanggilnya paman atau oom, terasa perbedaan usia terpaut sangat jauh. Walau sesungguhnya, hal itu adalah benar juga sih... Eits!
Candra Nazarudin Darusman,begitu
nama lengkapnya. Kelahiran Bogor pada 21 Agustus 1957. Dikenal luas sebagai
pianis sekaligus penulis lagu, bisa juga disebut motor utama, kelompok vokal Chaseiro. Dan vocal group asal kampus
Universitas Indonesia tersebut, beredar mulai 1978. Terus bertahan hingga kini.
Chaseiro melansir sekitar 7 album rekaman, sejak pemunculan mereka di 1978. Album perdana Pemuda dirilis 1979. Album kedua, Bila dirilis setahun kemudian. Lalu Vol.3 yang dilepas ke pasar pada 1981. Album berikutnya, Ceria yang dirilis 1982.
Kemudian
di 1985 ia muncul dengan sebuah kelompok jazz-fusion, Karimata. Merilis 5 album rekaman. Pasti dirilis pada 1985, Lima
dirilis tahun 1987, dilanjutkan dengan album Biting. Album ketiga tersebut, yang dirilis 1989, menjadi album
terakhir mereka yang diproduksi label Pro Sound.
Kemudian dengan label Aquarius Indonesia, Karimata merilis album keempat, Karimata – Dave Valentine di 1990. Dan album terakhir mereka adalah Jezz, dirilis 1991. Kemudian grup inipun vakum. Tidak pernah menyatakan bubar. Tapi memang tertidur, mungkin terlalu sangat lelap, karena hingga sekarang belum juga terjaga....
Tetapi
sebelum melangkah dengan ikut mendirikan Karimata, Candra Darusman merilis dua
solo album. Yup, memang hanya 2 saja.Indahnya
Sepi, yang dirilis label Irama Tara dan Opus IX pada tahun 1981. Dan 2
tahun kemudian menghasilkan album rekaman kedua, Kekagumanku, yang diproduksi label Musica Studios.
di
sela-sela mulai sibuknya kakak Candra dengan Karimata, bersama dua kompanionnya
di Karimata, Aminoto Kosin dan Erwin Gutawa, iapun menjadi produser
rekaman soloalbum. Antara lain album perdananya Ruth Sahanaya, Seputih Kasih.
Selain Januari Christy.
Pada
tulisan ini, saya memilih untuk fokus pada kiprah seorang Candra Darusman
sebagai solo artis. Karena tulisan panjang soal Chaseiro sudah pernah saya
buat, sudah saya upload juga deh di website saya ini, CHASEIRO Semangat Jiwa yang terus mudal Lalu kalau soal Karimata,
nantilah menyusul ya, kawan-kawan sekalian, sidang pembaca yang budiman.
Chaseiro
sedang lumayan”lucu”, “populer”, “laris manis” sebetulnya, tetapi tetiba Candra
merilis solo album. Masih ingat ga dengan lirik yang romantis begini....
Kau...sulutkan hatiku
menerawang jauh
menembus ke dalam
Kau...bangkitkan
gairahku
hasratku menggapai
harapan bersama
Oh...penyesalan kini
tiada arti lagi
kusadari semua yang
terjadi
Maafkan diriku
yang tak mungkin akan
menghalaukan hati
insan yang ada
telah lama bersama
Ku...tetapkan
impianku
bersama kasihku
tertuju bersatu
Derap langkah bersama
alunan irama
seia sekata
Oh...mengapa terjadi
pertemuan dengan
seorang yang
mempesonaku
di kalan diri ini
t'lah terpadu janji
tak mungkin kan
kuingkari
apa dayaku
menghadapi kenyataan
(Ku harus menghadapi)
Yesss
betullll, kalau menjawab, ‘Kau’. Lagu yang ditulis Candra bersama Tito Soemarsono, Pancasilawan. Lagu itu menjadi single
hits yang menyapa manja,lembut, manis, para penggemar musik Indonesia di
waktu itu.
Lagu
yang pop, easy listeninglah. Iya bisa
dibilang lagu nyaman dan nyenengin
hati. Tak berbau Chaseiro sih. Memang materi lagu-lagunya, materi solo.
Kalau
masih ingat, ada juga lagu ini.... Ketika
mentari tinggi, Sendiri ini terjadi seperti biasa. Seperti yang lalu kala
perdana, Sendiri untuk melangkah, di antara rayu berpadu...Tak perduli rupa
wajah sayu, Tebal sudah rasa, Biarlah terjadi kini... Ku kan terus sendiri,
Walau berat nian terasa, Ku tetap mandiri...Sepiku, indahnya sepi, Bilakah tiba
masanya, Diri ini pasti bersanding....
Lagu
ini ‘Indahnya Sepi’ diambil juga menjadi judul album. Digubah oleh Candra
bersama ceuceu Ingrid Wijanarko. Dan lagu ini kemudian ikut populer pula,menyusul
suksesnya lagu, ‘Kau’.
Ada juga lagu yang saya ambil panggalan liriknya,di bagian reffrain-nya saja ya, Rentangkan tanganmu sedini mungkin, Menyibak segenap perbedaan, yang tercermin dalam kehidupan....Panggilan jiwa meronta, menerawang di alam maharddhika, tuk meraih hasrat, citra bangsaku, damai sentosa.
Lagu
berjudul, ‘Panggilan Jiwa’ itu ditulis oleh Ikang Fawzy. Dan Ikang pun ikut tampil. Menjadikan lagu ini
berformat duet. Menurut kakak Candra, Ikang memang teman baiknya sejak di
kampus Universitas Indonesia. Sering bertemu di kampus, ngobrol musik, walau
mereka tidak berada di fakultas yang sama.
Oh
ya, ada satu lagu yang kalau tak salah, rada belakangan dikenal. Disukai. Dan
mengharu biru para penggemar musik Indonesia. Lagu ini romantis banget. Lagu
yang “pianis” gitu deh.
Musiknya
mellow, mengalun lembut, piano saja
didukung juga dengan akordeon. Liriknya yang membuat lagu ini jadi makin romantis-tis ini, ditulis oleh Eddy D. Iskandar. Ingat dong dengan
nama ini? Masak lupa dengan Gita Cinta
dari SMA atau Puspa Indah Taman Hati?
Baca baik-baik, resapi saja lagu “manja dan teramat manis untuk dilupakan ini”..... Mega putih murni setulus cinta kasih, Mengembara dalam masa remajamu, Bagai biru laut selembut cinta saya, menjelajah dalam jiwa remajamu..... Sendiri kau jangkau angan dan harapan, Nan jauh terlihat bayanganmu, Marlina seorang, M’laju bayu bagai perjalanan hidupmu, Lepas bebas menyingkap tirai asmara..... Pelabuhan mimpi tinggal selangkah lagi, Cinta dan kasih sayang milikmu seorang.....
Kalau
buat saya, lagu ini memang akan menjadi lagu “terlalu indah dan sangat Candra
Darusman”. Sekilas mungkin seperti, “lagu cinta biasa”. Tapi cermati cara
menyanyi, dengan bungkusan musiknya. Cara menyanyi Candra yang seperti “lirih”,
mengalir lancar tanpa tekanan emosi. Juga tak ada kesan “ngotot”nya, itu yang
justru membuat lagu ini sangat spesial. Dan, menyentuh hati....
Lagunya
jadi terasa “daleeeem” cuy! Seru juga, kalau lagu ini dicoba
dinyanyikan penyanyi lain, pastilah menjadi tantangan yang sangat serius.
Soalnya gini, dasarnya Candra juga bukanlah penyanyi tulen, dengan kwalitas
vokal mumpuni gimana ya.
Seperti
juga sebagai pianis, ada rasa jazznya memang, tapi ia muncul bukan sebagai
virtuoso. Atau tidaklah tampil bak seorang maestro pianis, skillful. Namun permainan pianonya menyenangkan untuk didengar,
disimak. Punya “rasa” tersendirilah.
Dalam
debut solo albumnya, Candra menyuguhkan total 11 lagu. Lagu lainnya adalah,
‘Balada Seorang Dara’, ‘Ini atau Itu’, ‘Galau’, ‘Di Batas Waktu’, ‘Rindu
Manis’, ‘Rahasia Diri’ dan ‘Minnie’. Menyelip satu lagu instrumental yang
kental nuansa jazznya,’Kwartet Sunyi (Kepergian)’.
Lalu
kita lanjut yiuk nyanyi-nyanyinya dengan lirik yang begini...
Tiba saat yang
kunanti
sejak lama kumelawani
di hati
Baru kini kumengerti
hanya kaulah
satu-satunya
di hati
Meskipun tabir
terlambat hadir
namun engkau mengisi
kembali kehidupan ini
kasih...
Kusangka
masih banyak bunga
berwana
Ternyata
hanya harummu yang
terbawa
Kulepas segala arus
mimpi
yang mengganggu
pendirian lagi
Tak salah ku
kau yang kukagumi
di hatiku ini
Senantiasa lahir
senang kau kembali
Yang
ga ingat dengan lagu ini, coba unjuk tangan tinggi-tinggi! Dulu kemana aja sih, mas atau mbak? Hehehehe. Lagu ini adalah hits yang paling populer dari album
kedua, yang judul albumnya diambil dari judul lagu yang ditulis Candra bersama Harry Sabar ini, ‘Kekagumanku’.
Oh
ya, jangan lupakan pula lagu satu ini.Ini nih liriknya, eh boleh lho, boleh
banget kalau tak hanya membaca saja, tapi sambil ikut dinyanyiin saja, ya kalau
ingat lagunya. Oh Geneva kuteringat
pertengahan ‘delapan dua. Di sanalah kutemui keindahan semesta. Kuberjalan
berkeliling kunikmati choco latte, sambil lalu kuamati gadis manis mon
cheri...Kota Geneva, Terkenal sudah tempat perdamaian dunia... Tak terlupa
kenanganku, Bersamanya bergembira, Senyumannya dan gayanya, Membuaiku
sesaat.... Menjulangnya pegunungan , Memberikan suasana, Saat itu musim panas ,
Tiada tara kesanku....Bukit hijau terbentang sepanjang arah mata, Saat itu
kureguk nikmat caffé espresso, kupastikan diriku untuk kembali lagi ke Geneva.
Lagu
di atas itu mengambil judul, ‘Geneve’ (Genewa), lagu yang dibuat bareng Candra
dan Pancasilawan. Lagu tersebut medium-tempo, agak-agak mellow juga, dan terasa
keindahannya. Keindahan Geneve, kota yang lantas di kemudian hari malah menjadi
kota yang sempat Candra tinggal.
Ada
satu lagu lain, yang kemudian lumayan populer pula. Lagu yang bermuatan lirik
relijius, kemanusiaan dan berke-Tuhan-an. Segenap
peristiwa yang pernah ada dalam kehidupan. Merupakan kehendak Tuhan yang maha
kuasa. Betapa kuasa Dia, dalam menentukan, jalan nasib kita, yang senatiasa di
tanganNYA..... Manusia berusaha untuk menggapai cita dan cintanya, seakan tak
berdaya bila yang diinginakan, melawan kodrat dunia, hasil ajaranNYA. Jangan diabaikan segala perintahNYA, yang
senantiasa akan abadi..... Sadarkan
diri, hidup insani tak pasti. Berdoalah. Suatu hari tiba saat untuk menghadap
Maha Pencipta .......
Dalam
album keduanya, Candra menyajikan 10 lagu. Lagu lainnya seperti, ‘Gadis
Pujaan’, ‘Isabel D’, ‘Makna Nostalgia’, ‘Our Moment of Paradise’ ‘Perkenalan
Perdana’. Juga ada lagu duet, ‘Jasa Seorang Teman’, dimana Candra bernyanyi
bersama bassis yang juga penulis tagu, Tito
Soemarsono.
Menyoal Tito, sebelumnya dikenal sebagai bassis kelompok Spirit. Kemudian sempat beredar sebagai seorang session player, terutama untuk rekaman. Karena mereka sudah kerapkali bekerjasama.Titojuga ikut mendukung album perdana Candra. Akhirnya, mereka sepakat mencoba membuat lagu. Yang menyanyikan, Candra langsung memutuskan ya mereka berdua saja.
Sebagai
informasi, Tito memang sempat menghasilkan beberapa solo album. Satu yang
lumayan sukses adalah album Untukmu,
dirilis tahun 1990. Ia tampil sebagai penulis lagu dan penyanyi. Malah publik
jadi “lupa” bahwa ia sebenarnya juga bassis.
Seperti
juga pada album perdana, Candra kembali menyelipkan sebuah lagu instrumental,
bersuasana latin jazz. Kali ini adalah lagu berjudul, ‘Highway to Mexico City’.
Latin jazz merupakan salah satu warna musik yang digemari Candra.
Makanya iapun pernah tampil beberapa kali dengan grup bentukannya sendiri, Candra Darusman Latin Jazz Band Dimana Candra didukung sebagian besar personil dari kelompok muda, Black Fantasy.
Latin
jazz bandnya, yang bisa disebut sebuah session-band
tersebut, dibuatnya sebelum ia kemudian imendirikan Karimata. Begitu Karimata
muncul maka session bandnya tersebutpun kemudian berakhirlah.
Ia memang menyukai jazz, ia menyebut Waltz for Debby' sebagai salah satu lagu yang paling dia sukai. Lagu tersebut karya Bill Evans dan Gene Lees. Dan ada dalam album yang berjudul sama, milik Bill Evans, dirilis pertama kali pada tahun 1962.
Candra juga pernah menimba ilmu jazz dengan tokoh jazz, Jack Lesmana. Yang malah membuatnya lantas dekat dengan Jack Lesmana dan keluarganya. Tentunya termasuk anak-anaknya Jack Lesmana, Mira dan Indra Lesmana.
Tak heran Indra dan Mira sempat menyodorkan karya mereka, masuk dalam solo albumnya Candra. Lagu dari kakak-beradik itu adalah, 'Our Moment of Paradise'. Lagu tersebut terdapat dalam album Kekagumanku.
Ia memang menyukai jazz, ia menyebut Waltz for Debby' sebagai salah satu lagu yang paling dia sukai. Lagu tersebut karya Bill Evans dan Gene Lees. Dan ada dalam album yang berjudul sama, milik Bill Evans, dirilis pertama kali pada tahun 1962.
Candra juga pernah menimba ilmu jazz dengan tokoh jazz, Jack Lesmana. Yang malah membuatnya lantas dekat dengan Jack Lesmana dan keluarganya. Tentunya termasuk anak-anaknya Jack Lesmana, Mira dan Indra Lesmana.
Tak heran Indra dan Mira sempat menyodorkan karya mereka, masuk dalam solo albumnya Candra. Lagu dari kakak-beradik itu adalah, 'Our Moment of Paradise'. Lagu tersebut terdapat dalam album Kekagumanku.
Adalah
sisi menarik dari dua solo albumnya. Saya sempat tergelitik untuk menanyakan,
mengapa membuat solo album? Padahal saat itu juga, Chaseiro bisa disebut sedang
lumayan sukses.
Jawaban
Candra, suami dari “Dini” Budi Ariani adalah, “Jawabannya simple. Karena memang
materi lagu-lagu saya tersebut hanya cocok untuk dibawakan sendiri, bukan
dengan format vocal group seperti Chaseiro.” Kalau begitu ada lagi dong pasti, lagu-lagu lain untuk materi
solo begitu?
Ayah
dari Kara, Rio dan Rino ini menjawab, “Iya sebenarnya saya masih punya 15 buah
lagu, untuk dinyanyikan sendiri. Dan sekarang tersimpan rapi.” Kenapa juga
hanya 2 album, harusnya kan lebih ya, kak?
Candra yang mengaku permainan piano maupun musiknya itu banyak dipengaruhi Eumir Deodato, juga Bill Evans, Oscar Peterson dan Dave Grusin, hanya terkekeh ketika disodori pertanyaan di atas. Kalau tak salah, kala itu memang ia makin sibuk, terutama dengan Karimata.
Maklum
di masa itu, Karimata lantas menjadi salah satu grup fusion jazz ternama. Merekapun
bersainglah dengan beberapa kelompok sejenis, yang muncul di sekitar tahun itu.
Sebut saja ada Bhaskara. Selain Krakatau dan Emerald (sekarang menjadi Emerald
BEX). Dan tersisa 2 grup yang disebut terakhir, yang masih eksis hingga
saat ini.
Selain
itu, ia juga sibuk dengan kantornya, sebuah perusahaan rekaman dan produsen jingle atau lagu untuk iklan. Dan iapun
mulai mempedulikan soal hak cipta. Kemudian antara lain dengan Yayasan Karya
Cipta Indonesia. Selain masuk ke dalam PAPPRI, menjadi direkturnya.
Yang
pada waktu kemudian, ia malah masuk World
Intellectual Property Organization. Sebuah badan dunia yang bertugas utama
dalam soal hak cipta dan kekayaan intelektual. Ia kini bermukim di Singapura, setelah
sebelumnya beberapa waktu bermukim di Jenewa. Dan di WIPO tersebut jabatannya
adalah Deputy Director.
Candra di masa sekarang, aktif dalam penyebarluasan masalah hak kekayaan intelektual. Ia peduli dan secara serius memperhatikan masalah kesejahteraan seniman musik Indonesia.
Ia
belum lama ini juga telah merilis sebuah buku bertajuk Perjalanan Sebuah Lagu. Materi utama buku yang ditulisnya tersebut
adalah pengenalan akan berbagai hal mengenai karya cipta dan segala hak yang
menyertai. Ditulisnya tentu berdasarkan atas pengalaman dan pandangannya
sendiri.
Buku
yang disertai album rekaman baru bertajuk, It’s
Amazing – Perjalanan Karya Candra
Darusman diproduksi oleh Signature Music. Dimana dalam album rekaman
tersebut, direkam kembali berbagai hits milik Candra, yang dibawakan oleh
berbagai penyanyi masa sekarang. Demikian pula halnya dengan musiknya, digarap
sahabat-sahabat musik Candra seperti antara lain ada Erwin Gutawa dan Addie MS.
So,
memang harusnya seorang Candra memperoleh kesempatan untuk bisa merilis lagi
album rekaman kan? Masak sih 2 album solo saja cukup? Sungguhpun kedua album
itu, tak bisa dibilang sebagai album yang meledak di pasar musik, di tahun
1980-an itu. Namun kedua album itu, melahirkan musik dan lagu yang nyangkut di hati banyak penggemar musik.
Berbagai
lagu dari kedua album itu, masih kerapkali diputar atau diperdengarkan
dimana-mana. Baik lewat radio-radio, juga oleh band-band kafe di seluruh
penjuru Nusantara.
Ada hal tak kalah unik, seingat saya sih, selama masa peredaran kedua albumnya dulu itu, Candra belum pernah sempat untuk konser solo. Artinya, konser sendiri membawakan karya-karya lagunya yang dari kedua solo albumnya tersebut. Aneh tapi nyata!
Padahal
apa kurangnya materi album-albumnya tersebut? Lagu-lagu keren yang beneran mewarnai jaman. Musiknya pas dan
klop dengan suasana 80-an waktu itu. Tetapi tetap terasa masih in, bahkan hingga saat ini. Baik dari
sisi lagunya ataupun musiknya. Ya apalagi tema-tema liriknya, tetap
kontekstual. Kan banyak urusan cinta....
Apa sih istilahnya ya, everlasting song ya? Atawa evergreen song? Pokoknya, tetap nikmat disimak masa ke masa, sampai saat ini. Beberapa lagunya kan juga pernah populer kembali saat dibawakan penyanyi lain. Misalnya, ‘Kau’ oleh grup Bunglon. Lalu ‘Kekagumanku’ oleh Ren Tobing dan Shelomita.
Eh
dengar-dengar Candra Darusman akan konser lhooow
dalam waktu dekat ini? Oh ya? Mosok
iya sih? Nanti-nantilah ya, kalau ada waktu saya akan tuliskan soal konsernya
tersebut. Kalau mood ya, hehehe. Ok?
/*
No comments:
Post a Comment