![]() |
Dengan pasangan Arya dan Intan Anggita, serta Glenn Fredly. |
Well,
trims untuk pihak #MusikBagusDay
yang sudah “memanggungkan” kami kembali, pada sesi Denger Bareng, sebagai salah satu mata acara pengisi program
sebulan sekali, Musik Bagus Day. Hatur nuhun juga, karena mengundang saya lagi menjadi "si-pewawancara", dalam mata acara Denger Bareng tersebut. Ini kali kedua, saya diundang lho.
Jadinya,
sayapun bertemu lagi dengan kakak saya, coverboy
majalah remaja gaul era akhir 70-an, Tebet Bagus! Kakak Dian Pramana Poetra yang memang
mengakui, begitulah sejarah hidupnya, bahwasanya ari-arinya sudah ditanamkan di
tanah Tebet, selatan Jakarta.
Kemarin
itu, sesungguhnya acara pertemuan kembali 2-Di, Dian PP dan Dion M, diadakan
rada mendadak. Persis semalam sebelumnya saya dikontak sang pelaksana acara,
ibu hamil yang kemarin itu asli tinggal menanti hari melahirkan bayinya, Intan
Badut Romantis” Anggita. Boleh ga mas saya minta tolong? Besok bantuin lagi
MusikBagusDay.
Oh
ok, dengan siapa nanti artisnya atau penyanyinya? Dian PP mas. Setelah
pikir-pikir, karena oom Dian PP kayaknya ya mas Dion deh yang cocok menjadi
teman bicaranya. Itupun sebetulnya, oom Dian PP diundang sama mendadaknya,
karena band yang semula dijadwalkan mendadak ga bisa. Gimana oom eh mas?
Masak
harus saya ceritain detil lagi, gimana jawaban saya sih? Kan kalau batal, yang
pasti ga ada tulisan ini, dan ga ada foto-foto dalam tulisan ini dong? Yoih,
kejadianlah. Ga saling kontak sama sekali antara kami berdua. Ada upaya saya
menghubungi, tapi ga sukses! Hehehehe.
Intan
dan Arya, sang suami, dua motor penggerak utama atawa bisa disebut korlap Musik
Bagus Day melempar usul, bagaimana kalau membedah album Intermezzo Dian PP? Itu adalah album keduanya, dirilis 1984 oleh Jackson Records. Kebetulan ada vinyl
tersedia di sana, dan siap diputarkan.
Lalu
bergulirlah obrolan kami berdua. Intan juga menonton di depan, beberapa teman
juga hadir menjadi penonton lainnya. Termasuk komandan jenderal dari perhelatan
yang sudah memasuki kali ke-12 penyelenggaraannya itu, “sir” Glenn Fredly.
Glenn, sebelumnya memang berjanji akan mengikuti acara kami itu. Malah
meminjamkan gitarnya juga.
Obrolanpun
diselangi dengan pemutaran beberapa lagu dari ke-10 lagu yang menjadi isi dari
album Intermezzo tersebut. Dan lantas saya mencoba memfokuskan saja
perbincangan pada, sosok-sosok dibalik kesuksesan seorang Dian PP, sebagai
penyanyi, musisi dan penulis lagu.
Jackson
Records, dalam hal ini Jackson Arief lah yang menjadi orang penting terdepan.
Ia yang meminta Dian PP menyanyikan sendiri lagu-lagunya, saat ia sedang
menyodorkan lagu karyanya untuk dinyanyikan penyanyi yang albumnya akan
diproduksi Jackson.
Cerita
Dian, Jackson Arief itu asyik kerjasamanya. Itulah pola produksi album, yang
terbilang ideal di tahun segitu. Dimana ia diberikan kebebasan untuk memilih
lagu-lagu yang akan dinyanyikannya. Ia juga diberikan kebebasan memilih siapa
aranjer ataupun music director
albumnya.
Dian
mengungkapkan pulapola promosi yang dilakukan oleh Jackson di waktu itu.
Bagaimana pihak Jackson memperkenalkan namanya, atau produk-produk rekaman
barunya, ke para fans dari artis-artis lain yang telah lebih dulu diproduksi
dan dirilis albumnya. Lebih surat atau pos! Kan belum ada internet, belum
ditemukan social media waktu itu.
Ia
memilih sahabat baiknya, Bagoes AA.
Sama-sama anak Tebet, yang berkiprah di Boures
Vocal Group, yang dulu sering sekali mengisi acara musik di TVRI. Eh iya,
karena ternyata salah satu personil Boures itu adalah memang bagian program di
TVRI. Oala, pantes!
Bagoes
memang sebagus selera musiknya, at least
nyambung bingitslah dengan selera Dian PP. Nah memang dua album terawal
Dian PP, termasuk debut album Indonesian
Jazz Vocal itu, musiknya dengan pas digarap Bagoes. Tentu bersama-sama
Dian.
Mereka
berdua banyak mendengarkan David Foster dan Jay Graydon, dengan grupnya, Airplay.
Suasana musik kedua album tersebut, yang memang bertema dasar jazzy itu, sangat
berbau Airplay. Dian mengakui, Airplay lah yang menjadi acuan musik kedua
albumnya itu.
Lalu
berikutnya omongin arranger dan music
director album ketiga Dian PP. Yaitu Yockie
Suryoprayogo, with all rescpect and
love from two of us, kita juga mengajak yang datang mengirimkan doa untuk
kesembuhan Yockie. Ya, saat itu Yockie masih terbaring sakit di ruang ICU, di
sebuah rumah sakit di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Dian
langsung mengakui bahwa ia memang semakin sukses, di tangan Yockie, lewat album
Kau Seputih Melati. Album tersebut semua musik dan lagu dari Yockie sendiri.
Dian tinggal menyanyi saja. Adapun lagu, yang menjadi judul album, ‘Kau Seputih
Melati’ kabarnya ditulis Yockie untuk kekasih tercintanya, yang kini menjadi
istrinya, Tiwie.
Lalu
Dian menceritakan talenta seorang Yockie sebagai seorang music director. Ia dan
Jackson, memberikan kebebasan Yockie untuk membuatkan lagu dan musik. Ia memang
ditantang untuk bisa menyanyikan dengan sebaik-baiknya, terutama lagu andalan
tersebut. Bukan lagu yang gampang sebetulnya, aku Dian.
Tapi
Yockie ternyata memahami betul karakter suaranya, sehingga ia diberikan lagu
dan musik yang sesuai karakter khas vokalnya. Ia tak lagi berjazzy, tapi lebih
ke pop. Waktu itu pop-nya Yockie, catatan saja ya Yockie salah satu sumber
inspirasi utamanya lho, dari apa yang lantas disebut Pop Kreatif.
Dian
melanjutkan ceitanya, waktu itu sempat disebutnya sebagai pop progresif, tapi
oleh media lantas diberi nama pop kreatif. Dan ia senang dan bangga betul bisa
bekerjasama dengan seorang Yockie. Satu dari sedikit aranjer, penulis lagu dan
musisi Indonesia yang begitu penuh bakat dan kemampuannya, puji Dian.
Ketemu
Yockie itu, wawasan dan pengetahuan musiknya bertambah luas jadinya. Dan hasil
akhirnya, album tersebut bisa dibilang album rekaman tersuksesnya selama ini.
Yockie itu konsep popnya luas dan lebar. Pop yang dibuat Yockie, apalagi dengan
kibornya jadi megah dan gagah ya, bro? Itu tanya saya kepada Dian.
Dian
setuju. Iya popnya beda. Dan saya sendiri memberi catatan tersendiri itu,
menempatkan kreasi dan karya musik seorang Yockie pada peta permusikan
Indonesia. Bahwa ia memang rocker, kibordis rock banget. Lewat God Bless nya
terutama, jangan lupa Kantata Takwa misalnya.
Tetapi
Yockie lewat mengemas musik album LCLR – Dasa Tembang Tercantik Prambors,
paling tidak di 2 – 3 album pertama, berlanjut dengan albumnya Chrisye waktu
itu. Sungguh menorehkan warna lain bagi musik pop Indonesia. Karya musiknya
sangat diperkaya oleh instrumentasi kibornya. Begitu juga yang terjadi di album
Dian PP tersebut.
Setelah
omongin Yockie, sekaligus mengagumi karya-karyanya, kami juga memperbincangkan
seorang sahabat baik Dian lainnya, Deddy
Dhukun. Tersebutlah lagu, ‘Aku ini Punya Siapa’ dan ‘Melayang’ yang dibuat
untuk almarhumah January Christy.
Cerita
di “sesi” ini penuh gelak dan tawa. Dari motor dan mobilnya, lalu nonton
bioskop dengan seorang bintang film cantik. Kemampuan Deddy juga dalam menulis
lirik, dengan bahasa yang spesial. Saking spesialnya, hanya Deddy dan Tuhan
saja yang memahami artinya. Dian mengambil contoh, ‘Satu Birasa’ yang ada di
album perdananya.
Deddy
menulisnya asli memang Satu Birasa. Dian agak kesulitan untuk bisa
menginterpretasikan lagu tersebut, seperti juga sebagian karya Deddy lainnya.
Karena kan sulit memahami artinya itu, walau Deddy telah menerangkannya.
Masalahnya, ia tetap bingung kenapa Deddy memilih kata kayak “Birasa”?
Tapi
Deddy, seperti juga Bagoes AA adalah sahabat baiknya yang memang sekian waktu
sejalan dengannya. Sehingga terbentuklah K3S misalnya. Hingga dengan munculnya,
2 D. Terutama dengan lagu ‘Keraguan’ yang menjadi hitsnya itu.
Pada
sesi Tanya Jawab, dimana yang hadir menonton dipersilahkan bertanya. Kesempatan
pertama langsung direbut oleh Glenn Fredly. Yang menanyakan bagaimana dengan
seorang Billy J. Budiarjo. Dengan yakin
dan pasti, Dian PP juga mengatakan peran Billy sangat besar juga dalam
perjalanan karirnya.
Dalam
dunia musik pop Indonesia, terang Dian, nama almarhum Billy Budiairjo ini
penting. Ia juga sangat berbakat, terbukti ia pernah menulis score untuk orkestrasi yang dimainkan
oleh orkestra dari Philipina, hanya dengan menyenandungkan dan mencorat-coret
saja. Ia sukses menulis aransemen dengan cara uniknya itu.
Ia
juga pernah membuat sebuah kelompok orkestra di Inggris, harus terkagum-kagum
atas aransemennya. Waktu itu, Billy menjadi aranjer untuk album dari kakak Dian
PP yaitu Henri Restu Poetra. Selain nama Yockie, adalah Billy yang juga
memberikannya wawasan yang lebih luas atas musik, begitu pengakuan Dian.
Ngobrol
kami itu seharusnya mulaijam 15.00 dan berakhir jam 16.00-an. Tetapi lantas
baru dimulai mendekati jam 15.30. Dan
tak sadar, ngoceh begituan
eala....baru selesai jam 17.30! Kami berdua terkejut-kejut, minta maaf pada
penyelenggara. Malah dijawab, terima kasih lho sambil senyum lebar. Aduh,
syukurlah....
Sampai
jumpa di acara berikut. Masih di program MusikBagusDay? Hmmm, terserah
penyelenggara dong. Saya standby,
tunggu panggilan saja..... /*
![]() |
Foto bareng dengan Windy Setiadi, Vanessa Surya, Tyas Amalia Yahya, Glenn Fredly dan Prassidha |
![]() |
Prassidha menyodorkan cover album Dian PP, untuk ditandatangani. Prassidha adalah kolektor yang juga penggemar musik jazz-jazzan Indonesia dan luar juga sih, apalagi yang tahun 1980-an. |
No comments:
Post a Comment