Monday, November 6, 2017

Denger Bareng MusikBagusDay, Bersama Dian PP tentang Aku ini Punya Siapa



Dengan pasangan Arya dan Intan Anggita, serta Glenn Fredly.
Well, trims untuk pihak #MusikBagusDay yang sudah “memanggungkan” kami kembali, pada sesi Denger Bareng, sebagai salah satu mata acara pengisi program sebulan sekali, Musik Bagus DayHatur nuhun juga, karena mengundang saya lagi menjadi "si-pewawancara", dalam mata acara Denger Bareng tersebut. Ini kali kedua, saya diundang lho. 
Jadinya, sayapun bertemu lagi dengan kakak saya, coverboy majalah remaja gaul era akhir 70-an, Tebet Bagus! Kakak Dian Pramana Poetra yang memang mengakui, begitulah sejarah hidupnya, bahwasanya ari-arinya sudah ditanamkan di tanah Tebet, selatan Jakarta.
Kemarin itu, sesungguhnya acara pertemuan kembali 2-Di, Dian PP dan Dion M, diadakan rada mendadak. Persis semalam sebelumnya saya dikontak sang pelaksana acara, ibu hamil yang kemarin itu asli tinggal menanti hari melahirkan bayinya, Intan Badut Romantis” Anggita. Boleh ga mas saya minta tolong? Besok bantuin lagi MusikBagusDay.
Oh ok, dengan siapa nanti artisnya atau penyanyinya? Dian PP mas. Setelah pikir-pikir, karena oom Dian PP kayaknya ya mas Dion deh yang cocok menjadi teman bicaranya. Itupun sebetulnya, oom Dian PP diundang sama mendadaknya, karena band yang semula dijadwalkan mendadak ga bisa. Gimana oom eh mas?
Masak harus saya ceritain detil lagi, gimana jawaban saya sih? Kan kalau batal, yang pasti ga ada tulisan ini, dan ga ada foto-foto dalam tulisan ini dong? Yoih, kejadianlah. Ga saling kontak sama sekali antara kami berdua. Ada upaya saya menghubungi, tapi ga sukses! Hehehehe.
Intan dan Arya, sang suami, dua motor penggerak utama atawa bisa disebut korlap Musik Bagus Day melempar usul, bagaimana kalau membedah album Intermezzo Dian PP? Itu adalah album keduanya, dirilis 1984 oleh Jackson Records. Kebetulan ada vinyl tersedia di sana, dan siap diputarkan.
Lalu bergulirlah obrolan kami berdua. Intan juga menonton di depan, beberapa teman juga hadir menjadi penonton lainnya. Termasuk komandan jenderal dari perhelatan yang sudah memasuki kali ke-12 penyelenggaraannya itu, “sirGlenn Fredly. Glenn, sebelumnya memang berjanji akan mengikuti acara kami itu. Malah meminjamkan gitarnya juga.

Obrolanpun diselangi dengan pemutaran beberapa lagu dari ke-10 lagu yang menjadi isi dari album Intermezzo tersebut. Dan lantas saya mencoba memfokuskan saja perbincangan pada, sosok-sosok dibalik kesuksesan seorang Dian PP, sebagai penyanyi, musisi dan penulis lagu.
Jackson Records, dalam hal ini Jackson Arief lah yang menjadi orang penting terdepan. Ia yang meminta Dian PP menyanyikan sendiri lagu-lagunya, saat ia sedang menyodorkan lagu karyanya untuk dinyanyikan penyanyi yang albumnya akan diproduksi Jackson.
Cerita Dian, Jackson Arief itu asyik kerjasamanya. Itulah pola produksi album, yang terbilang ideal di tahun segitu. Dimana ia diberikan kebebasan untuk memilih lagu-lagu yang akan dinyanyikannya. Ia juga diberikan kebebasan memilih siapa aranjer ataupun music director albumnya.
Dian mengungkapkan pulapola promosi yang dilakukan oleh Jackson di waktu itu. Bagaimana pihak Jackson memperkenalkan namanya, atau produk-produk rekaman barunya, ke para fans dari artis-artis lain yang telah lebih dulu diproduksi dan dirilis albumnya. Lebih surat atau pos! Kan belum ada internet, belum ditemukan social media waktu itu.
Ia memilih sahabat baiknya, Bagoes AA. Sama-sama anak Tebet, yang berkiprah di Boures Vocal Group, yang dulu sering sekali mengisi acara musik di TVRI. Eh iya, karena ternyata salah satu personil Boures itu adalah memang bagian program di TVRI. Oala, pantes!
Bagoes memang sebagus selera musiknya, at least nyambung bingitslah dengan selera Dian PP. Nah memang dua album terawal Dian PP, termasuk debut album Indonesian Jazz Vocal itu, musiknya dengan pas digarap Bagoes. Tentu bersama-sama Dian.
Mereka berdua banyak mendengarkan David Foster dan Jay Graydon, dengan grupnya, Airplay. Suasana musik kedua album tersebut, yang memang bertema dasar jazzy itu, sangat berbau Airplay. Dian mengakui, Airplay lah yang menjadi acuan musik kedua albumnya itu.

Lalu berikutnya omongin arranger dan music director album ketiga Dian PP. Yaitu Yockie Suryoprayogo, with all rescpect and love from two of us, kita juga mengajak yang datang mengirimkan doa untuk kesembuhan Yockie. Ya, saat itu Yockie masih terbaring sakit di ruang ICU, di sebuah rumah sakit di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Dian langsung mengakui bahwa ia memang semakin sukses, di tangan Yockie, lewat album Kau Seputih Melati. Album tersebut semua musik dan lagu dari Yockie sendiri. Dian tinggal menyanyi saja. Adapun lagu, yang menjadi judul album, ‘Kau Seputih Melati’ kabarnya ditulis Yockie untuk kekasih tercintanya, yang kini menjadi istrinya, Tiwie.
Lalu Dian menceritakan talenta seorang Yockie sebagai seorang music director. Ia dan Jackson, memberikan kebebasan Yockie untuk membuatkan lagu dan musik. Ia memang ditantang untuk bisa menyanyikan dengan sebaik-baiknya, terutama lagu andalan tersebut. Bukan lagu yang gampang sebetulnya, aku Dian.
Tapi Yockie ternyata memahami betul karakter suaranya, sehingga ia diberikan lagu dan musik yang sesuai karakter khas vokalnya. Ia tak lagi berjazzy, tapi lebih ke pop. Waktu itu pop-nya Yockie, catatan saja ya Yockie salah satu sumber inspirasi utamanya lho, dari apa yang lantas disebut Pop Kreatif.
Dian melanjutkan ceitanya, waktu itu sempat disebutnya sebagai pop progresif, tapi oleh media lantas diberi nama pop kreatif. Dan ia senang dan bangga betul bisa bekerjasama dengan seorang Yockie. Satu dari sedikit aranjer, penulis lagu dan musisi Indonesia yang begitu penuh bakat dan kemampuannya, puji Dian.
Ketemu Yockie itu, wawasan dan pengetahuan musiknya bertambah luas jadinya. Dan hasil akhirnya, album tersebut bisa dibilang album rekaman tersuksesnya selama ini. Yockie itu konsep popnya luas dan lebar. Pop yang dibuat Yockie, apalagi dengan kibornya jadi megah dan gagah ya, bro? Itu tanya saya kepada Dian.
Dian setuju. Iya popnya beda. Dan saya sendiri memberi catatan tersendiri itu, menempatkan kreasi dan karya musik seorang Yockie pada peta permusikan Indonesia. Bahwa ia memang rocker, kibordis rock banget. Lewat God Bless nya terutama, jangan lupa Kantata Takwa misalnya.
Tetapi Yockie lewat mengemas musik album LCLR – Dasa Tembang Tercantik Prambors, paling tidak di 2 – 3 album pertama, berlanjut dengan albumnya Chrisye waktu itu. Sungguh menorehkan warna lain bagi musik pop Indonesia. Karya musiknya sangat diperkaya oleh instrumentasi kibornya. Begitu juga yang terjadi di album Dian PP tersebut.

Setelah omongin Yockie, sekaligus mengagumi karya-karyanya, kami juga memperbincangkan seorang sahabat baik Dian lainnya, Deddy Dhukun. Tersebutlah lagu, ‘Aku ini Punya Siapa’ dan ‘Melayang’ yang dibuat untuk almarhumah January Christy.
Cerita di “sesi” ini penuh gelak dan tawa. Dari motor dan mobilnya, lalu nonton bioskop dengan seorang bintang film cantik. Kemampuan Deddy juga dalam menulis lirik, dengan bahasa yang spesial. Saking spesialnya, hanya Deddy dan Tuhan saja yang memahami artinya. Dian mengambil contoh, ‘Satu Birasa’ yang ada di album perdananya.
Deddy menulisnya asli memang Satu Birasa. Dian agak kesulitan untuk bisa menginterpretasikan lagu tersebut, seperti juga sebagian karya Deddy lainnya. Karena kan sulit memahami artinya itu, walau Deddy telah menerangkannya. Masalahnya, ia tetap bingung kenapa Deddy memilih kata kayak “Birasa”?
Tapi Deddy, seperti juga Bagoes AA adalah sahabat baiknya yang memang sekian waktu sejalan dengannya. Sehingga terbentuklah K3S misalnya. Hingga dengan munculnya, 2 D. Terutama dengan lagu ‘Keraguan’ yang menjadi hitsnya itu.


Pada sesi Tanya Jawab, dimana yang hadir menonton dipersilahkan bertanya. Kesempatan pertama langsung direbut oleh Glenn Fredly. Yang menanyakan bagaimana dengan seorang Billy J. Budiarjo. Dengan yakin dan pasti, Dian PP juga mengatakan peran Billy sangat besar juga dalam perjalanan karirnya.
Dalam dunia musik pop Indonesia, terang Dian, nama almarhum Billy Budiairjo ini penting. Ia juga sangat berbakat, terbukti ia pernah menulis score untuk orkestrasi yang dimainkan oleh orkestra dari Philipina, hanya dengan menyenandungkan dan mencorat-coret saja. Ia sukses menulis aransemen dengan cara uniknya itu.
Ia juga pernah membuat sebuah kelompok orkestra di Inggris, harus terkagum-kagum atas aransemennya. Waktu itu, Billy menjadi aranjer untuk album dari kakak Dian PP yaitu Henri Restu Poetra. Selain nama Yockie, adalah Billy yang juga memberikannya wawasan yang lebih luas atas musik, begitu pengakuan Dian.
Ngobrol kami itu seharusnya mulaijam 15.00 dan berakhir jam 16.00-an. Tetapi lantas baru dimulai  mendekati jam 15.30. Dan tak sadar, ngoceh begituan eala....baru selesai jam 17.30! Kami berdua terkejut-kejut, minta maaf pada penyelenggara. Malah dijawab, terima kasih lho sambil senyum lebar. Aduh, syukurlah....
Sampai jumpa di acara berikut. Masih di program MusikBagusDay? Hmmm, terserah penyelenggara dong. Saya standby, tunggu panggilan saja..... /*
Foto bareng dengan Windy Setiadi, Vanessa Surya, Tyas Amalia Yahya, Glenn Fredly dan Prassidha

Prassidha menyodorkan cover album Dian PP, untuk ditandatangani. Prassidha adalah kolektor yang juga penggemar musik jazz-jazzan Indonesia dan luar juga sih, apalagi yang tahun 1980-an.

Glenn Fredly meminta Dian PP menandatangani gitar akustiknya, yang dibawanya sendiri. Kepengennya bisa dimainkan juga oleh Dian PP sebenarnya, sayang Dian PP bilang ...ah sayang, coba senarnya diganti dulu....







No comments: