Friday, July 28, 2017

Cerita Cinta Semalamnya Rio Sidik


Nenek, ibu dan tantenya, penyanyi. Kakeknya pemain trumpet, seperti juga yang menurun pada salah satu anaknya, yang berarti adalah oomnya. Adik dan kakaknya juga bermain trumpet. Hasil akhir dari persilangan tersebut, dengan titisan bakat yang mengaliri darah mereka sekeluarga, tak heranlah ada seorang Rio Sidik.
Ia penyanyi, namun lebih dikenal sebagai trumpetist. One of the best trumpetist nowadays. Humble and friendly musician. Sebagai pemain trumpet saja sudah unik. Apalagi trumpetist yang bisa menyanyi! Nilai tambah menjadi double. Macam wartawan foto, tetapi bisa menulis dengan baik saja.
Saya pibadi sedari dulu,mungkin sekitar awal 2000-an mengenal dirinya. Tentu diawali dengan mengenal dulu permainan trumpetnya. Siapa dia sih, tanya saya pada suatu acara musik. Jawab seorang teman musisi yang berdiri sebelah saya, oh dia dari Bali. Dia memang bagus nih, tambah teman saya.
Satu dua lagu menonton, lantas saya setuju dengan penilaian teman itu. Tergerak dong, untuk bisa mengenalnya lebih dekat. Well, saat itu teman musisi lain lantas memperkenalkan saya kepadanya. Senyum lebar dan jabat hangat. And, that’s it.


Beberapa tahun kemudian baru berjumpa dia lagi, pada sebuah festival jazz. Dari jarak agak jauh, dia melihat saya, pas saya juga melihat ke arahnya. Dia melambaikan tangan, mendekati saya. Mas, apa kabar? Kami berjabat tangan dan berangkulan.
Sedikit kaget, eh masih inget rupanya. Tapi tunggu dulu, dia pasti lupa nama saya. Begini ya, waktu beberapa tahun lalu berkenalan itu kan, kayaknya dia tak mendengar nama saya dengan baik. Lagipula saat itu, kita tak sempat ngobrol panjang. Hanyalah sekadar basa-basi singkat.
Eh mas Dion sendirian? Wah, dia ingat nama saya. Itu sangat berarti buat saya. Beberapa tahun lewat, tak pernah bertemu lho. Di antara itu, saya sempat melihat penampilannya yang well stealing moment yang sukses. Muncul menjadi solis di satu lagu, dalam pergelarannya Chrisye. Penonton dibuatnya terkagum-kagum, tentunya sambil bertanya-tanya, siapa sih dia?
Cuma melihat, tak bertemu. Dan baru bertemu kemudian, and he still remember my name. Sesuatu deh. Saya terus terang, dari pertama melihat permainan trumpetnya lantas bilang dalam hati, ini anak bahaya banget.


Lama ga melihat pemain-pemain trumpet, apalagi yang muda. Generasi penerusnya Didit Maruto. Era sebelumnya ada siapa lagi, Karim Tess? Saya mengenal juga Rio, trumpetist lain dari grup Black Fantasy. Saya juga tak akan lupa dengan kakak beradik, Idham dan Iromy Noorsaid dari The Kids yang kemudian menjadi The Big Kids itu.
Untuk menyebut sedikit saja di antaranya ya. Lantas tampil Rio Sidik ini, trumpetist muda, plontos, kelahiran Surabaya. Memang berdarah Jawa Timur-an, tapi menetap di Bali dan menjalani karir musiknya secara profesional di pulau dewata tersebut.
Kemudian ia memilih memelihara rambutnya. Itu salah satu yang bikin saya rada pangling lho! Hahaha. Tapi ia tetap bersahaja, ceria. Dan saat tampil, pede luar biasa. Sahaja, kayak grup bandnya tuh, Saharadja.
Nah menyoal grup bandnya itu, datang dari Bali, Rio dan Saharadja adalah salah satu band yang juga saya nikmati betul penampilan mereka. Enerjinya itu positif, meledak-ledak musiknya, ceria dan optimistik. Menyenangkan melihat penampilan mereka.
Tak pelak lagi, Saharadja menjadi salah satu dari world music band yang terbaik, buat saya. Musik mereka sangat entertaining audience, make everybody dancing and happy. Pas lah, menjadi semacam obat penawar duka lara dan himpitan masalah hidup. Eaaaalaaaaah....
Perjalanan seorang Rio menjelajahi luar negeri, main musik sampai jauh dimulai dengan Saharadja nya itu. Grupnya tersebut sudah merilis dua-tiga album rekaman, dan dijual hanya di saat mereka tampil saja. Kabarnya, album mereka diburu para penonton, begitu mereka usai berpentas.
Memang karena bakat turunan sih, itu yang diakuinya. Makanya dia lantas jadi pemain trumpet. Ia adalah putra dari pasangan Marsidik dan Endang Prihastuti. Ia adalah anak kedua dari 4 putra dan putri orang tuanya tersebut.
Mulai melihat-lihat, pegang-pegang saja. Asli pegang-pegang dan mulai tertarik, sekitar usia 5 tahun. Karena melihat trumpet kakeknya. Mulai bisa main trumpet, pelan tapi pasti, sejak usia 8 tahun. Sekitar usia masih di sekolah dasar waktu itu.
Ia belajar trumpet, dibimbing sang kakek selain pamannya. Langsung juga, mulai belajar musik secara keseluruhan. Karir pertamanya, harus disebut salah satunya saat Bubi Chen, mengajaknya ikut main di sebuah kafe di Surabaya.
Kakeknya, Daryono memang dulunya itu, bermain dengan almarhum Bubi Chen. Usia 13 tahun, ia diajak ikut bermain dalam sebuah bigband di Surabaya. Kakeknya, ia mengingat betul, disiplin mengajari dan membimbingnya. Kakeknya ga suka kalau ia telat datang, saat jam latihan.
Ia ingat, di usia 10 tahun, pernah dimarahin oleh sang kakek. Ya itu tadi, karena telat untuk mengikuti “kelas” belajar trumpet. Ia telat hanya sekitar 15 menit-an saja. Tapi ya begitulah, kakeknya tak mentolerir hal itu.
Di usia belasan itu, ia memang mulai sering bermain trumpet. Salah satunya, akhirnya jadi keterusan banyak bermain dengan almarhum Bubi Chen, dan juga ada almarhum Maryono, di clubs di Surabaya. So ia lantas menyebut, oom Bubi juga adalah salah satu gurunya, yang mengarahkan menjadi musisi seperti sekarang.


Gimana dengan karir solo Rio, kelahiran 13 Juli ini, sendiri? Ia telah merilis solo album Sound of Mystical Vibe di tahun 2014 lalu. Album dimana ia menyanyi, tak hanya memperlihatkan permainan trumpetnya. Yak, ia menyanyi lho! To tell the truth, at the first time hear that he also sing. OMG!
Saya agak-agak gimana ya, well terima atau tidak gitu. “Kesalahan” terbesar saya mungkin, terlalu ngefans dengan tiupan trumpetnya. So ketika ia lantas menyanyi juga di album rekamannya, ah come on!
Tapi saat melihatnya di launching albumnya, apalagi mendengarkan rekaman albumnya tersebut, saya lantas jadi bisa menerimanya. Gini ya, Rio itu enerjik. Penuh semangat. Dan pede luar biasa. Soal trumpet, itu so pasti. Dan juga soal menyanyi!
Suara terbilang bagus, walau tak pernah belajar vokal secara formal. Bagus dalam konteks, ya pas untuk lagu-lagu yang adalah karya-karyanya sendiri juga. Walau urusan menyanyi, bukan barusan ini dia menyanyi sih. Kalau di saat ia reguler di kafe, ia biasa juga menyanyi sebenarnya.
Ia pede dan yakin, well that’s enough! Dan penontonpun suka. Go ahead bro. Ia toh akan lebih menjiwai lagu-lagunya sendiri. Seperti lagu, ‘Cinta Semalam’. Ini adalah lagu terbarunya, lagu dia bikin dan dia produced sendiri.
Cinta Semalam, ia bercerita, adalah tentang perjumpaannya dengan sang kekasih hati. Sumber inspirasi utama adalah seorang perempuan manis, Elizaveta Rozanova. Eliza itu memang lantas menjadi kekasihnya. Bahkan sekarang telah menjadi istrinya.
Musiknya menghentak, enerjik. Upbeat and danceable. Rada bernuansa EDM, Electronic Dance Music, walau proses perekamannya dilakukan secara tracking full band.
Low soundnya tebal, tegas kesannya. Menjadi pengiring beat yang pas. Ada suasana latar strings. Melibatkan backing vocal, dalam hal ini adalah Ade Fabiola, yang kerapkali membantu Rio di pentas maupun rekaman. Ada voice berbahasa Rusia, yang diisi langsung oleh sang istri, Elizaveta.



Cerita cinta sih, terangnya. Tapi memang ingin disampaikan dalam irama yang upbeat. Apa karena memang, belakangan ini sebagian job-nya, banyak menjadi featuring dalam pentas model EDM. Seperti kolaborasi dengan aneka disc-jockey? Ia tak menampik.
Ia memang banyak melakukan kolaborasi dengan DJ, baik DJ-DJ di sini maupun di luar negeri. Jadwalnya, untuk ber-“solo karir”, melanglang buana tetap padat. Setiap tahun, ia mengakui, selalu ada kesempatan touring ke Eropa dan negara-negara lain.
Ia memang aktif kesana kemari, sebagian besar saat ini, menjadi tamu untuk berbagai grup band dan artis penyanyi, selain berduet dengan para DJ. Kesempatan tour ke mancanegara juga seperti itu, sesekali ia tampil jammin’ dengan grup band setempat.
Cinta Semalam, kemarin ini baru dirilis secara resmi ke publik. Baik video klipnya, maupun rekaman digitalnya yang kini sudah bisa didapatkan di situs-situs penjualan digital dunia. Termasuk masih ke situs streaming.
Rio tetap menyatakan ia bukan trumpetist jazz. Artinya, ia tak ingin mengkalim diri sebagai pemain trumpet jazz. Soalnya,ia buru-buru menjelaskan, kan ia juga memainkan semua musik. Ga ada pilih-pilih. Sejauh memang ia bisa masuk dan mendukung, dengan trumpetnya, ia akan masuk dan dilakukannya dengan sukacita.
Kuncinya, tambahnya, kesukacitaan. My music, my genre itu lebih tepat sebut saja, good music. Begitu ia menjelaskan lagi. Good music for everybody. Ya bisa ada jazznya, rocknya, reggaenya dan macam-macam musik lain.



Pesannya sebagai trumpetist, jalani hari dengan sukacita. Enjoy akan hidup, terutama nikmatilah musik. Sebagai pemain trumpet, ia sudah terbiasa selalu pegang trumpetnya setiap hari. Itu penting, karena seperti olahragawan saja, need everyday stretching, gerak badan, biar ga kaku kan. Pemain trumpet juga begitu. Harus pegang trumpet.
Jangan malas saja. Toh itu tidak menjadi hal yang memberatkan, karena kan itu adalah dunianya? Ia secara sadar telah memilih musik sebagai profesinya, bahkan sebagai dunia kesehariannya. Ia menikmati betul bermain trumpet dan bernyanyi.
Saya dimintanya untuk menjadi host pada acara launching singlenya yang terbaru tersebut, pada 26 Juli kemarin. Ia tampil dengan sebuah grup band, yang dikoordinir oleh gitaris Chikoguitarkid”. Ada peran si cantik, Irsa Destiwi pula sebagai pianisnya. Ade Fabiola sebagai backing vocal juga turut tampil.
Mereka membawakan empat buah lagu. Tentu saja ‘Cinta Semalam’, yang dibawakan dalam versi ballad dengan berdua saja Rio dan Irsa. Lalu versi full band. Kemudian dua lagu dari albumnya terdahulu, ‘On My Scooter’ dan ‘Oh Sayang’. Lalu ia mengundang kakaknya, penyanyi Marina Sidik, untuk ikut bernyanyi. Mereka berdua menyanyikan,’I’ll Be There’-nya The Jackson Five..
Versi asli rekamannya, single tersebut didukung Ito Kurdhi (bass), Erik Sondhy (piano), Eddy Siswanto (drums), Alvin Witarsa (strings) dan Affan Latanete (perkusi). Produksi rekaman dilakukan di Bali.
Ia berencana, full albumnya bisa dirilis dalam beberapa bulan mendatang. Kalau bisa sih, di tahun ini juga. Materi lagu sudah siap. Sebagian, terangnya lagi, malah sudah masuk proses rekaman.



Menyoal rekaman, terkait dengan industri musik teristimewa penjualan album, ia mengetahui adanya penurunan angka penjualan. Industrinya sedang drop. Tapi ia menyatakan, ia tetap akan berkarya, karena itulah hidupnya.
Do what I wanna do, just keep it that way. Dia selalu meyakini, kalau dilakukan dengan tulus ikhlas, pada akhirnya tetap akan memperoleh kebaikan. Hasil akhir memang misteri, tapi dia memilih tak mau ambil pusing. Yang penting toh ia positif saja, pasti hasilnya nanti akan baik untuknya.
Rio Sidik memang bak “kutu loncat”. Seusai launching, esok paginya ia harus terbang menuju Manado, akan tampil di sana. Lalu masuk ke minggu kedua Agustus, ia terbang untuk tour ke Eropa. Ia memulainya dari Portugal.
Well my brother, what a days! Enjoy it. And, take care! Sukses selalu ya..../*





No comments: