Penghargaan setinggi-tingginya
terhadap seluruh musisi, sejumlah lebih dari 40 nama, yang tampil pada acara Simak Dialog : Riza Arshad Berkarya
kemarin. Mereka semua, dengan berbagai lagu karya Riza Arshad yang dimainkan,
telah menunjukkan kesukacitaan mereka untuk memberi respek dan apresiasi
terhadap Riza Arshad.
Pertunjukkan musik sepanjang
mendekati 3 jam tersebut, di Gedung Kesenian Jakarta, menjadi semacam etalase
pembuktian kekayaan karya tulisan seorang Riza Arshad. Ada beragam karya musik
yang ditulisnya selama hidupnya, yang sejatinya begitu banyak jumlahnya.
Menjadikan karya-karya indah, bagus dan sangat baiknya, adalah legacy tiada ternilai harganya bagi
dunia musik Indonesia. Tak hanya bagi keluarganya semata.
Yang juga harus diberikan respek dan
pujian adalah bagi para penonton yang hadir.
Sebagian besar dari penonton yang hadir, menyaksikan dengan seksama,
menikmati dan terus bertahan hingga akhir acara. Acara itu sendiri terdiri
dari, selain konser musik, diselipkan talkshow
dengan beberapa narasumber yang pernah bekerjasama, mengenal dekat Riza Arshad.
Selain itu, lewat media layar besar
di belakang panggung, ditampilkan juga quotes
dari banyak musisi. Mereka memberikan komentar-komentarnya terhadap Ija yang
mereka kenal. Acara ditutup dengan penyerahan penghargaan Jack Lesmana Awards, yang diterima oleh istri Riza Arshad, Reny Agustia. Dilanjutkan doa bersama
untuk Ija, begitu nama panggilan akrab Riza Arshad.
Di bawah ini, saya memilih untuk
menyebarkan semacam Siaran Pers
tentang acara tersebut. Untuk mengingatkan akan segenap sepak terjang, perjalanan
bermusik Riza Arshad selama hidupnya. Lengkap disertai pula catatan prestasi
yang pernah dibuatnya.
Tulisan Siaran Pers ini dibuat oleh Widyasena Sumadio. Saya melengkapinya
dan melakukan editing tata bahasa seperlunya.
Demi
Masa, seperti judul album kelima grup simakDialog,
demikian pula adanya kesinambungan pesan Riza Arshad yang dicontohkan dalam hidupnya. Bila seseorang tidak menggunakan waktu hidupnya untuk hal yang berguna, berkarya, dan berbagi. Di saat itulah sebenarnya orang tersebut akan kehilangan waktu
positif, yang berarti bagi kehidupannya.
Terlahir dengan nama lengkap Ichwanul Sjahriza Arsjad pada tanggal
2 November 1962 dari pasangan Loethain Arsjad dan Suparmi Suyud. Nama yang dikenal luas dan populer adalah Riza Arshad. Teman-temannya memanggil singkat saja, Ija. Sebagai musisi, sarjana desain grafis Fakultas Seni Rupa Dan Desain ITB ini sibuk sebagai pemain piano, Fender Rhodes, akordion, pianica serta mengkomposisi dan mengaransemen lagu.
Ija dihormati juga sebagai penggerak kegiatan bermusik yang dikagumi musisi lainnya karena selalu punya gagasan baru. Kepribadiannya membuat orang-orang yang mengenal dekat menyayangi dan terinspirasi sosok Riza Arshad. Bukan sebatas di negerinya sendiri, namun hingga melintasi benua.
Belajar memainkan
piano untuk musik klasik sejak usia 6 tahun dengan Ibu Rumende dan dilanjutkan belajar kepada Aries Benny Dauna, Ija telah bermain musik secara professional di
usia 15 tahun. Kala itu masih banyak bermain musik progressive rock bersama grup Rara Ragadi (1978) yang didirikan oleh kakaknya sendiri Luke ‘Iwan’ Arsyad. Permainan musik jazz ia dalami dengan belajar kepada Bambang Nugroho, Jack Lesmana dan Indra Lesmana.
Ada beberapa grup band yang dibentuk oleh Ija, beberapa yang dapat disebutkan adalah simakDialog, Riza Trioscapes, W/H/A/T, dan Tuslah yang memainkan lagu seputar jazz
progressive, modern jazz, dan jazz crossover. Karakter musik ketiganya berbeda-beda.
Sebelumnya, tercatat ia juga bermain
dengan grup yang ikut dibentuknya seperti AYOR
(Arie Ayunir, Yance Manusama, Oele Pattiselanno, Riza Arshad), ADAB (Arie
Ayunir, Donny Suhendra, RIZA Arshad, Bintang Indrianto) dan Dialogue (yang adalah formasi terawal,
sebelum lantas menjadi SimakDialog).
Selain itu juga, lewat beberapa project band nya bersama teman-temannya
dari lingkungan Jack & Indra Lesmana Workshop (lalu menjadi Indra Lesmana
Workshop, sepeninggal Jack Lesmana, yang meninggal pada 17 Juli 1988).. Tempat
tersebut adalah dimana ia belajar dan juga mengajar musik.
Ija bukan hanya bermain di seputaran genre tersebut,
ia banyak berkolaborasi dengan musisi dan grup musik yang warnanya sangat berbeda,
seperti Iwan Fals & kelompok musik Trahlor,
Twilite Orchestra Addie MS mengiringi
David Foster, Trisutji Kamal Ensemble, Titi Dwijayati, Tito Sumarsono, Chaseiro, Plastik, Ekki Soekarno, Bonita, RidaSitaDewi, Diddi AgePhe project.
Lalu Potret, Dewa Budjana,
Oppie Andaresta, Yovie&Nuno, Humania, Ermy Kullit, Zero, Mian Tiara, Float, Payung Teduh, SORE, Bunga, Donny Suhendra Project. Bahkan hingga grup Kroncong
Tenggara yang diinisiasi oleh Riza bersama Dian HP dan Nya Ina “Ubiet” Raseuki.
Tak hanya bermain musik, Ija juga memiliki
studio rekaman dan label Ragadi Musi. Di stuionya itulah, ia merilis banyak
album dimana Ija bermain sebagai anggota grup band, maupun album musisi lain. Termasuk mengerjakan jingle iklan.
Terilhami dari musisi lebih senior dari dirinya yang memberikan ruang dan waktu untuk musisi generasi berikutnya, Ija sangat peduli dan dengan senang hati mendengarkan permainan dan gagasan bermusik dari musisi-musisi yang generasi muda. Tidak hanya menyediakan ruang dan waktu, Riza menggagas dan mengakomodir acara musik Pasar Jazz di Gedung Kesenian Jakarta, Jazz
di Café Au Lait Cikini, Serambi Jazz (di GoetheHaus, lalu di Bumi Sangkuriang,
di Kampus ITB, di Kampus STSI, di Kampus IMI, di Kampus UPH, di Langgeng Art Foundation Yogyakarta,
di Wisma Jerman Surabaya),
dan Jazz Aula Barat di Kampus ITB
yang selalu memberi kesempatan musisi
jazz muda untuk tampil.
Ija sangat mendorong musisi jazz muda Indonesia untuk membawakan karya orisinal,
karena dengan begitu musisi
Indonesia dapat meramu musik jazz dengan musik bercita rasa Indonesia.
Selama bermusik, Ija
dengan grupnya pernah mendapatkan berbagai penghargaan, seperti AMI Awards atau Anugerah Musik
Indonesia (Indonesian
Music Awards) 2014, yaitu dari kategori Penampil Duo/Grup
Jazz Vokal & Jazz Instrumentali. Dan kategori
Album Jazz Vokal & Jazz Instrumentalia melalui karya 'Stepping In' yang diangkat dari
album The 6th Story.
Penghargaan ini menjadi catatan prestasi kedua mereka di ajang AMI Awards karena pada penyelenggaraan tahun
2003, simakDialog meraih penghargaan
Best Contemporary Jazz Album (album Trance/Mission) dan
Best Jazz/Contemporary Jazz Producer (Riza Arshad).
Kemudian, selain itu, bersama grup simak Dialog, Ija mendapat kritik musik
yang positif dari berbagai media internasional. Iapun, dengan simakDialog, masuk directory di situs-situs musik bergengsi, salah satunya adalah allmusic.com.
Dan perlu diketahui, adalah Ija yang
membuka pintu bagi Moon June
Records, sebuah international-label di kota New York, untuk merilis sederet album musik jazz progressive karya musisi
Indonesia. Ija memang pernah berbisnis musik bersama kakaknya di Amerika. Itu yang
menyebabkan Riza mengenal bisnis di sana dengan baik.
Namun cerita sukses yang berkelanjutan dengan banyak musisi
Indonesia merilis album di Amerika Serikat dan belahan dunia lain dimulai pada tahun 2000, ketika Leonardo Pavkovic berkenalan dengan Ija. Mereka dipertemukan oleh Iwan Hasan dan grupnya, Discus.
Saat itu, Ija diajak serta dalam rombongan grup
tersebut saat melakukan USA Tour, sebagai
sound engineer. Dari pertemuan tersebut, MoonJune
Records merilis empat album simak Dialog dan kemudian juga banyak album musisi Indonesia lainnya.
Lantas sampailah cerita pada saat beredar kabar
kepergiannya ke alam keabadiannya, pada tanggal 12 Januari 2017. Maka Demi Masa, itulah yang seperti menjadi momentum pengingat yang berkesan.
Rencana rilis
album dan deretan rencana pertunjukan bersama simakDialog formasi terakhir, meninggalkan pesan untuk tidak menyia-nyiakan waktu,
karena akhir waktu seseorang adalah misteri semesta.
Adalah menjadi hak sepenuhnya Sang Khalik.
Ketika kerabat dan sahabat mengantarkan kepergiannya,
hingga saat ini, masih banyak tertinggal kerinduan akan kehadiran Ija. Pesan,
“demi masa, sesungguhnya setiap manusia itu benar-benar dalam kerugian,” kembali terbetik.
Adalah pagelaran SIMAK
DIALOG: RIZA ARSHAD BERKARYA yang akan diselenggarakan pada tanggal 22
Februari 2017 di Gedung Kesenian
Jakarta yang merupakan, sebuah penghormatan atas kerja keras,
kreativitas, dan kontribusi seorang sahabat baik bernama Riza Arshad terhadap musik jazz. Dan tentunya, bahkan, dunia musik Indonesia pada umumnya. Pengabdian begitu panjang dan intens almarhum sepanjang hidupnya.
Pagelaran tersebut memainkan hasil kerja kreatif bermusik Riza Arshad bersama grup
band yang berbeda-beda. Acara yang dimulai jam 20:00 dibuka oleh
penampilan solo piano oleh Indra Lesmana dengan lagu, ‘One Has to Be’. Disambung
kemudian oleh W/H/A/T (Sri
Hanuraga, Sandy Winarta, Indrawan Tjhin),
dengan ‘Diundang’. Berikutnya ada Tuslah (Sri
Hanuraga, Azfansadra Karim, Elfa Zulham) dengan membawakan, ‘At a Glance’.
Ada Trio
Gitar
(Oele Pattiselanno, Dewa Budjana, Gerald Situmorang), yang membawakan, ‘Selamanya...(Inseperable Soul)' yang diambil dari album
Talks, Riza Arshad dan Oele Pattiselanno. Selain itu, mereka bertiga memainkan
pula, ‘Tenarka’ dari album duet Riza Arshad – Robert Mulya Rahardja.
Berikutnya adalah penampilan, Trioscapes (kali ini dengan formasi, Aksan Sjuman,
Yance Manusama, David Manuhutu,
Dony Koeswinarno). Mereka membawakan, ‘Get Ready’
Kemudian akan ikut tampil Serambi
Jazz Kolektiv (Irsa Destiwi,
Arnando Putra, Rahel Pradika, Iwan
Paul, Indra Bayu Rusady,
Nicolaus Edwin, Ivan Nestroman), dengan lagu ‘Kerinduan’. Dengan didahului duet, Mery Kasiman dan Gerald
Situmorang, membawakan, ‘Ingat Dulu’.
Dilanjutkan dengan
Kroncong Tenggara (Ubiet, Dian HP, Dimawan Krisnowo Adjie, Dony Koeswinarno,
Jalu G. Pratidina, Adi Darmawan,
Arief Suseno, Maryono). Kelompok keroncong ini menampilkan lagu, ‘Senja di Pelabuhan Kecil’ dan ‘Kr.
Kemayoran/Pasar Gambir’.
Tentu saja diisi pula penampilan SIMAKDIALOG
(Tohpati, Indro Hardjodikoro,
Azfansadra Karim, Budhy Haryono,
Aditya Pratama, Endang Ramdan, Erlan Suwardana,
Cucu Kurnia, Sri Hanuraga, Rudy Zulkarnaen,
Mian Tiara), yang tampil dalam 3 versi mereka selama ini, sejak
merilis album Lukisan (rilis 1995).
Penampilan Simak Dialog tersebut membawakan, ‘On the Way Home’, ‘The Spirit/Throwing
Words (medley)’ dan lagu, ‘Gong part 2’.
Ditutup penampilan Indra Lesmana Reborn
(Indra Lesmana, AS. Mates, Arief Setiadi, Iwang Gumiwang), dengan lagu, ‘Jaman Telah Berganti’. Dimana ikut tampil Dewa Budjana
dengan gitarnya, yang disebut Indra Lesmana, menggantikan peran Riza Arshad
dengan akordeon.
Adapun sebagai pembawa acara adalah, pasangan Otti Jamalus dan Widyasena Sumadio
Adapun sebagai pembawa acara adalah, pasangan Otti Jamalus dan Widyasena Sumadio
Semoga saja tukilan kecil dari panjangnya perjalanan waktu berupa pagelaran SIMAK
DIALOG: RIZA ARSHAD BERKARYA dapat dibawa pulang dan, dapat ikut menggemuruhkan kreatifitas musik di Indonesia yang begitu seorang Riza Arshad cintai.
.
.
Menutup tulisan ini, saya pribadi cuma mau menyampaikan... Well, broer Ija.
Semoga tenang dan damai di keabadianmu. Broer, begitu banyak orang yang
mencintaimu, mengingat akan dirimu, ucapan-ucapanmu, nasehat-nasehatmu, canda-candaanmu,
keisengan bahasa prokemmu. Pokoknya segala aktifitasmu, dan keberadaanmu terutama soal musik,
apalagi seputaran jazz.
Broer, lau pasti senyum dan senang melihat keramaian acara kemarin itu. Semua
karyamu berarti dan sungguh bernilai. Semoga saja, kita yang masih ada, dapat
terus melestarikan akan spiritmu, idealismemu. Melanjutkan akan keinginan dan
cita-citamu terhadap musik Indonesia secara keseluruhan, ataupun musik jazz
Indonesia khususnya. ..
Rest in peace, bro. We all miss you..../*
Rest in peace, bro. We all miss you..../*
SIMAKDIALOG : RIZA ARSHAD BERKARYA, Credit –Title :
PELAKSANA ACARA / ORGANIZING COMMITEE
Damar Hatmadi, Honhon Lesmana, Arya Tedja Cakrahadisurya, Eq Puradiredja, Otti Jamalus, Danny Ardiono, Chico Hindarto, CakHend, Stanley Tulung, Roullandi Siregar, Widyasena Sumadio, Dion Momongan, Arnando Putra.
Damar Hatmadi, Honhon Lesmana, Arya Tedja Cakrahadisurya, Eq Puradiredja, Otti Jamalus, Danny Ardiono, Chico Hindarto, CakHend, Stanley Tulung, Roullandi Siregar, Widyasena Sumadio, Dion Momongan, Arnando Putra.
PENASEHAT ACARA / ADVISOR
Indra Lesmana, Chico Hindarto, Eq Puradiredja, Aksan Sjuman, Yance Manusama, Danny Ardiono, Anto Hoed, Dion Momongan, Donny Hardono.
Indra Lesmana, Chico Hindarto, Eq Puradiredja, Aksan Sjuman, Yance Manusama, Danny Ardiono, Anto Hoed, Dion Momongan, Donny Hardono.
KONTRIBUTOR FOTO / PHOTO CONTRIBUTOR
• Hari Pochang
• Mia Sjahrir Damayanti
• Wira Hadiprakoso
• Dion Momongan
• Danny Ardiono
• Fitri Halim
• Honhon Lesmana
• Hari Pochang
• Mia Sjahrir Damayanti
• Wira Hadiprakoso
• Dion Momongan
• Danny Ardiono
• Fitri Halim
• Honhon Lesmana
PENDUKUNG TEKNIS / TECHNICAL SUPPORT
• DSS
• INTERINDO
• LEMMON ID
• BSM
• SJUMAN INSTRUMENT
• DSS
• INTERINDO
• LEMMON ID
• BSM
• SJUMAN INSTRUMENT
TERIMA KASIH KEPADA / THANK’S TO :
Donny Hardono & DSS, INTERINDO, Lemmy
Ibrahim - LEMMON ID, BSM, SJUMAN Instrument, Beyond Productions, Dewan Kesenian
Jakarta, Gedung Kesenian Jakarta, demajors, Kadri Mohamad, Tantowi Yahya
(PAPPRI), Titung Sukirno, Rambun Tjajo, Irman Alvian (XI Creative), IGN Bagus
Wijaya, Tony Wenas, Djarum MLD, Alumni ITB, Komunitas Musik ITB
No comments:
Post a Comment