foo : dudut suhendra |
Satu
hal yang unik adalah, ia ganteng. Murah senyum. Supel. Biasa ya, bukan suatu
keunikan yang khas? Tetapi kalau disebutkan begini, ia dokter ahli kebidanan
dan kandungan, tetapi mampu menghasilkan album rekaman. Nah, ini unik kan?
Ia
kelahiran Jakarta, 6 Mei 1962. Suami
dari dr. Wigati Purbarini, dokter cantik ahli kulit. Dan pasangan ini telah
dikaruniai 3 orang putra dan putri masing-masing adalah, Apsari Anindita. Putri
sulungnya, baru saja menikah, di awal Desember silam. Lalu, Amarrhendhra
Abbirama, masih kuliah. Dan si bungsu, Pandya Praharsa, yang masih kelas 1 SMA.
Ia
pemusik, walau lebih suka mengaku sebagai pemusik amatir. Artinya, tak
berpengalaman tampil serius di jalur musik. Tapi yang jelas, ia senang menulis
lagu. Mencorat-coret cerita-cerita, lalu memperoleh notasi, jadilah lagu. Itu
dilakukannya sudah sejak lama, sejak ia sekolah dulu.
Satu
demi satu lagu digubahnya, selama ini. Lewat piano, ia menghasilkan lagu demi
lagu. Dan catat ya, ini rasanya jelas menambah keunikannya. Yaitu, sejauh ini
ia telah menghasilkan 3 buah album rekaman!
Pernah
sih dulu, saat masih bersekolah, ia belajar musik.Tapi yang dipilihnya saat itu
justru gitar. Saat ini, ia lebih suka bermain piano. Semua lagu yang telah
dibuatnya, rata-rata dimainkan ide nada dasarnya lewat piano.
Jadi,
album perdana dirilisnya pada tahun 2008. Judul yang dipilihnya, Dunia Baru. Dari album itu, muncullah
beberapa lagu yang cukup nge-hits. Seringkali diputarkan banyak
stasiun radio swasta nasional. Seperti lagu, ‘Lama Kunanti’ yang dibawakan
penyanyi muda, Matthew Sayersz. Lalu
lagu, ‘Bersemi di Bali’ dibawakan oleh Ivan
Nestorman. Satu lainnya, ‘Jangan Harap’ yang dibawakan Tompi.
Dalam
album tersebut, ia mengajak serta beberapa musisi berpengalaman, untuk
bertindak sebagai produser musiknya. Ada nama-nama seperti Yudhistira Arianto, Andy
Bayou, almarhum Ade Hamzah. Dan
juga, Tohpati Ario.
Kemudian
pada 3 tahun setelah album pertama dirilis, iapun menghasilkan album kedua.
Judulnya yang dipilihnya kali ini adalah, Perjalanan
Panjang. Kalau album pertama ada 12 lagu yang dimasukkannya, maka pada
album kedua, ada 11 tracks yang
disuguhkannya.
Untuk
album kedua ini, ia mengajak serta musisi seperti Rio Moreno, Yudhistira Arianto, Barry Likumahuwa, Harry Goro,
Andy Bayou, almarhum Ade Hamzah. Juga mengajak serta Tohpati Ario sebagai
produser, atau yang selama ini lebih dikenal sebagai, arranger.
Beberapa
hits, yang sempat masuk menjadi airplay
radio-stations di kota-kota besar adalah, ‘Setahun Sudah’ dibawakan Soulmate. Lalu, ‘Pasti Mampu’ oleh Chaseiro. Ada juga lagu yang dibawakan
Matthew Sayersz, ‘Lama Kunanti’.
Dan
sampailah di penghujung 2016. Pas di minggu terakhir Desember 2016, album
ketiganya dirilis resmi. Yang ini bertajuk, La Rambla. Ada sekurangnya 2 lagu, yang mulai diputarkan beberapa
stasiun radio terkemuka. Yaitu, lagu yang judulnya diambil menjadi judul album,
‘La Rambla’ yang dibawakan Soulmate. Serta lagu yang dibawakan penyanyi muda, Latinka, ‘Takkan Nyata’.
Album
ketiga ini, terbilang lumayan panjang dan makan waktu paling lama, dalam proses
penggarapannya. Sekitar 2 tahun diperlukan untuk menyelesaikan album ini.
Penyebabnya antara lain, kesibukan dari para produser atau arranger yang telah dipilihnya.
foto : dudut suhendra |
Kali
ini, ia kembali lagi mengundang Andy Bayou, Yudhistira Arianto, Barry
Likumahuwa dan Tohpati Ario. Ada nama lain yang kali ini dilibatkannya juga, Ari Darmawan. Sementara kedua lagu yang
mulai kerapkali terdengar itu, sektor musiknya keduanya ditangani oleh Tohpati
Ario.
La
Rambla sendiri, menurutnya dituliskan dan digubahnya saat ia berada di kota
Barcelona. Ia memang terkesan dengan kawasan yang jadi destinasi turis dari
mancanegara, saat mengunjungi kota Barcelona. Maka keceriaan yang dirasakannya
saat berada di La Rambla itulah, yang lantas menjadi idenya membuat sebuah
lagu.
Lirik
dalam lagu itu sendiri bercerita seorang pria, karena cintanya tak diterima
seorang wanita, maka ia memutuskan terbang ke Barcelona saja untuk melanjutkan
studinya. Tidak berapa lama di Barcelona, eh sang wanita ternyata akhirnya
menyatakan ia juga mencintai sang pria.
Dalam
album ketiga ini, ia menyelipkan satu lagu instrumental. Judulnya, ‘Jangan
Tinggalkan Aku’. Tema dasarnya mengenai lagu yang musiknya dibesut oleh Barry
Likumahuwa itu, emang enak ditinggal
pergi?
Ada
lengkapnya 10 lagu yang mengisi album ketiga tersebut. Lagu lainnya adalah, ‘Manusia
dan Dosa’ dibawakan Richard Chriss. Richard
Criss itu juga membawakan satu lagu lain, ‘Mila’. Soulmate, yang terdiri dari Bowo dan Ade, juga membawakan lagu lainnya,’Akupun Cinta’. Selain itu ada Tata, membawakan lagu,’Tak Perlu
Bersatu’.
Netta KD
mendapat tugas menyanyikan lagu, Penari’. Berikutnya ada penyanyi, Kyky Tama, yang membawakan lagu, ‘Berakhir di Bali.’ Selain itu ada
Ryan Valentinus, yang menyanyikan
lagu pengunci album ini, ‘Tak Terbingkai’.
Album
melibatkan peran serta banyak musisi, yang mendukung musik yang diolah oleh
para produsernya. Banyak Musisi muda dilibatkan seperti antara lain Ricad Hutapea, Jordy Waelauruw, Dede Pardede,
Damez Nababan, Ricika, Echa Sumantri, Dimas Pradipta, Alvin Ghazalie..
Selain
itu juga ada Indra Prasetyo, Ivan Alidiyan, Yuan Mamangkey, Fajar Adi
Nugroho, Kadek Rihardhika, Harry Goro, Harry Toledo, Indro Hardjodikoro.
Proses tahap akhir, mastering, dari
album ini dilakukan di Sage Audio,
Nashville, Tennesse, USA. Dimana di sana ditangani oleh mastering engineer, Steven Corraiao.
foto : dudut suhendra |
Nama
lengkapnya adalah dokter Bramundito
Abdurrachim, Sp.Og. Saat ini
masih rutin berpraktek di sebuah rumah sakit ternama di kawasan selatan ibukota
Jakarta. Ia setiap hari buka praktek di rumah sakit tersebut.
Ia
mengaku sudah 18 tahun bekerja di Rumah Sakit Pondok Indah tersebut. Ia memilih
praktek dari pagi hingga sore hari saja. Ia hanya sekali seminggu berpraktek
sore sampai malam. Pilihannya itu, supaya ia lebih banyak waktu luang juga
untuk keluarga, untuk hobinya. Untuk kesegaran tubuhnya.
Juga
untuk mengerjakan musik? Ia mengangguk setuju. Iya, kutak-katik lagu dan musik
biasanya dilakukannya sampai menjelang ia tidur tengah malam. Menurutnya,
sebagian besar waktunya selalu ia ditemani musik. Dalam ruang prakteknya, musik
dari radio favoritnya, bisa dibilang tak pernah off.
foto : dudut suhendra |
Begitu
sibuknya berpraktek, lalu adakah hari-hari khusus ia menggeluti musik? Ia hanya
tersenyum dan mengungkapkan, ide atau inspirasi membuat lagu bisa datang dimana
saja dan kapan saja. Musik, dalam hal ini membuat lagu, adalah dunianya yang
lain. Dunia khusus yang membuat hidupnya lebih bergairah dan bersemangat. Musik
memang bagian tak terpisahkan darinya.
Ia
juga masih menyempatkan diri ngeband
bersama teman-temannya seprofesi. Ia masih tergabung dalam grup band The Doctors. Isinya memang para dokter,
dengan spesialisasi berbeda. Manager bandnya itu, juga dokter kebidanan.
Grupnya tersebut, tak terlalu sering manggung. Maklumlah, semuanya dokter kan,
pasti sibuk praktek.
Tapi
grup tersebut telah sempat tampil di ajang festival jazz, seperti Java Jazz
Festival dan Jakjazz. Pernah satu ketika di festival itu, The Doctors
membawakan lagu-lagu karyanya. Tanggapan penonton saat itu lumayan bagus,
begitu akunya.
Dan
oh iya, sebenarnya tak ada lagunya yang datang dari cerita kehidupannya. Iapun mengaku,
semuanya memang ia mereka-reka, membayangkan saja. Cerita-cerita pada lagunya bisa
dialami siapapun, cerita hidup yang biasa sebetulnya. Susah buatnya, membuat
lagu atas pengalaman pribadinya sendiri.
Cuma
satu lagu, memang adalah datang dari apa yang dialami dan dirasakannya. Yaitu
sebuah lagu yang khusus dibuatnya untuk anak sulungnya. Lagu itu diputarkan
pertama di saat pesta pernikahan putrinya itu. Itu lagu yang bertema dasar,
bagaimana perasaan orang tua, terutama sang ayah, melepas anaknya memasuki
pernikahan.
Lagu
itu kabarnya, banyak yang menyukai. Saat diputarkan, lagu itu menciptakan
suasana dramatis, membuat banyak yang mendengarnya tersentuh banget dan jadi
mellow se mellow-mellow nya. Tapi ia memang tak memasukkannya ke dalam album
rekamannya. Kan lagu itu khusus sebagai hadiah pernikahan putrinya.
foto : dudut suhendra |
Tak
pernah direncanakan bahwa ia akan menjadi dokter, sekaligus juga menjadi
penulis lagu. Segala sesuatunya mengalir saja, ia menjalani segala sesuatunya
dengan puji syukur. Karena kesempatan untuk menghasilkan album rekaman, yang
sudah sampai 3 album, buatnya adalah berkah dan anugerah yang diterimanya
dengan sukacita.
Ia
memang memilih hanya menulis lagu. Lantas menyerahkan sisi musiknya, kemasan
musiknya, kepada musisi yang dapat menerjemahkan ide-ide bermusiknya. Selain
itu, mencarikan penyanyi-penyanyi yang pas untuk menyanyikan lagu-lagunya itu.
Dia
cukup menulis lagu, menjadi eksekutif produser sendiri. Sisi musik dan
penyanyi, ia pilih untuk menyerahkannya kepada yang profesional. Yang memang
dunia utamanya adalah bermusik dan bernyanyi.
Ia
mengungkapkan, proses rekamannya biasanya adalah ia hanya menyodorkan notasi
dasar dari sebuah lagu. Nanti ide dasar notasi lagu itu akan dipegang, diolah
oleh produser musik yang dipilihnya. Sang produser itu, yang adalah arranger, akan membungkus lagu tersebut
dengan musik yang sesuai. Termasuk memasukkan beat-beat tertentu.
Menurutnya
lagi, sebagian besar lagunya memang terkesan cenderung ke jazzy. Jazz sih
mungkin bukan. Tapi kalau disebut sebagai light
jazz, sebagian di antaranya mungkin saja tepat. Tapi dirinya sendiri, lebih
memilih menyebut musiknya pop saja.
Pop
yang ada progresi chord tertentu, ia
menjelaskan lagi. Suasana lagu sih, terutama pilihan chordnya berbau musik
1980-an. Ada nuansa jazzy tunes,
begitu istilah buat “jazz-pop” atau musik jazz(y) yang ngepop dulu. Memang ia
menyukai banget, lagu-lagu bertema musik seperti itu sejak lama.
Biar
bagaimana kan, memang ia bisa dibilang datang dari generasi 1980-an. Suasana
musik 80-an itu tertanam baik dalam jiwanya. Ia dulu saat bersekolah juga
seringkali ngeband dengan teman-teman sekolahnya. Saat inipun, ia juga lumayan
dekat dengan para musisi dan penyanyi, terutama yang rada jazzy.
Tapi
sebagai dokter, ia mengungkapkan lagi, banyak juga pasiennya adalah istri-istri
dari para musisi. Nah musisinya itu, datang dari berbagai warna musik. Tak
hanya jazz. Ada yang pop bahkan sampai rock.
Lalu
apapun pilihan musiknya, yang selama ini diterjemahkan para produser dari
ketiga albumnya tersebut, paling penting banget adalah, lagu-lagu karyanya bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat. Semoga bisa menjadi lagu dan musik yang
menghibur orang lain.
Kalau
ternyata bisa diterima dengan hangat oleh publik, terutama oleh penikmat musik,
ia merasa itulah kebahagiaan yang tak terhingga. nilainya. Karena sejauh ini,
dua album terdahulunya, direspon lumayan positif publik. Ya diapun tetap
bergairah menghasilkan lagu-lagu lainnya, dan lantas membuat album rekaman.
Menurutnya,
ketika ada orang yang mengetahui dan lantas menyukailagunya, wah ia senang
banget. Kebahagiaan tersendiri juga, saat ia bisamendengarkan lagu karyanya
diputarkan radio. Apalagi dimainkan oleh radio favoritnya. Bangga tiada
terkira, serunya dengan berbinar-binar matanya.
Etapi,
kalau harus memilih antara menjadi penulis lagu atau dokter kebidanan? Ia
tertawa, jangan disuruh memilih, karena kedua dunia yang berbeda itu, buatnya
sendiri, saling melengkapi. Saling memberi inspirasi.
Dengan
karir dokter kebidanannya dan musik yang dijalaninya bersamaan, ia menemukan
keseimbangan. Seorang dokter, apalagi dokter kebidanan, menurutnya, memerlukan
konsentrasi saat menjalankan tugasnya. Ia mampu berkonsentrasi dengan baik,
merasa lebih rileks, karena ia bermusik.
Tahu
ga ya, ia buka kartu. Dokter kebidanan itu sama seperti dokter anestesi dan
dokter bedah lho. Sama-sama punya resiko tinggi. Ada missed pada penanganan kelahiran, mengobati pasiennya, sangat
rentan untuk dituntut pihak pasien. Jadi untuk itu, butuh ketelitian dan
hati-hati. Tanpa perlu jadi terlalu hati-hati, nanti stres sendiri, akunya.
Yang diperlukan itu adalah fokus pada pekerjaan...
Pada
akhirnya, musik adalah seperti inspirasi untuk lebih menikmati hidupnya, lebih
menghargai kehidupannya selama ini. Tak lupa juga, selalu mensyukuri atas
nikmatNYA yang telah dirasakan dan dialaminya selama ini. Baik dirasakan dan
dinikmati dirinya sendiri, maupun bersama keluarga tercintanya. /*
Bersama teman-teman wartawan, foto : dudut suhendra/tyas yahya |
No comments:
Post a Comment