Wednesday, February 8, 2017

Hubungan Antara Kebidanan dan Persalinan dengan Musik Jazz

foo : dudut suhendra

Satu hal yang unik adalah, ia ganteng. Murah senyum. Supel. Biasa ya, bukan suatu keunikan yang khas? Tetapi kalau disebutkan begini, ia dokter ahli kebidanan dan kandungan, tetapi mampu menghasilkan album rekaman. Nah, ini unik kan?
Ia kelahiran Jakarta, 6 Mei 1962.  Suami dari dr. Wigati Purbarini, dokter cantik ahli kulit. Dan pasangan ini telah dikaruniai 3 orang putra dan putri masing-masing adalah, Apsari Anindita. Putri sulungnya, baru saja menikah, di awal Desember silam. Lalu, Amarrhendhra Abbirama, masih kuliah. Dan si bungsu, Pandya Praharsa, yang masih kelas 1 SMA.
Ia pemusik, walau lebih suka mengaku sebagai pemusik amatir. Artinya, tak berpengalaman tampil serius di jalur musik. Tapi yang jelas, ia senang menulis lagu. Mencorat-coret cerita-cerita, lalu memperoleh notasi, jadilah lagu. Itu dilakukannya sudah sejak lama, sejak ia sekolah dulu.
Satu demi satu lagu digubahnya, selama ini. Lewat piano, ia menghasilkan lagu demi lagu. Dan catat ya, ini rasanya jelas menambah keunikannya. Yaitu, sejauh ini ia telah menghasilkan 3 buah album rekaman!
Pernah sih dulu, saat masih bersekolah, ia belajar musik.Tapi yang dipilihnya saat itu justru gitar. Saat ini, ia lebih suka bermain piano. Semua lagu yang telah dibuatnya, rata-rata dimainkan ide nada dasarnya lewat piano.

Jadi, album perdana dirilisnya pada tahun 2008. Judul yang dipilihnya, Dunia Baru. Dari album itu, muncullah beberapa lagu yang cukup nge-hits. Seringkali diputarkan banyak stasiun radio swasta nasional. Seperti lagu, ‘Lama Kunanti’ yang dibawakan penyanyi muda, Matthew Sayersz. Lalu lagu, ‘Bersemi di Bali’ dibawakan oleh Ivan Nestorman. Satu lainnya, ‘Jangan Harap’ yang dibawakan Tompi.
Dalam album tersebut, ia mengajak serta beberapa musisi berpengalaman, untuk bertindak sebagai produser musiknya. Ada nama-nama seperti Yudhistira Arianto, Andy Bayou, almarhum Ade Hamzah. Dan juga, Tohpati Ario.
Kemudian pada 3 tahun setelah album pertama dirilis, iapun menghasilkan album kedua. Judulnya yang dipilihnya kali ini adalah, Perjalanan Panjang. Kalau album pertama ada 12 lagu yang dimasukkannya, maka pada album kedua, ada 11 tracks yang disuguhkannya.
Untuk album kedua ini, ia mengajak serta musisi seperti Rio Moreno, Yudhistira Arianto, Barry Likumahuwa, Harry Goro, Andy Bayou, almarhum Ade Hamzah. Juga mengajak serta Tohpati Ario sebagai produser, atau yang selama ini lebih dikenal sebagai, arranger.
Beberapa hits, yang sempat masuk menjadi airplay radio-stations di kota-kota besar adalah, ‘Setahun Sudah’ dibawakan Soulmate. Lalu, ‘Pasti Mampu’ oleh Chaseiro. Ada juga lagu yang dibawakan Matthew Sayersz, ‘Lama Kunanti’.
Dan sampailah di penghujung 2016. Pas di minggu terakhir Desember 2016, album ketiganya dirilis resmi. Yang ini bertajuk, La Rambla. Ada sekurangnya 2 lagu, yang mulai diputarkan beberapa stasiun radio terkemuka. Yaitu, lagu yang judulnya diambil menjadi judul album, ‘La Rambla’ yang dibawakan Soulmate. Serta lagu yang dibawakan penyanyi muda, Latinka, ‘Takkan Nyata’.
Album ketiga ini, terbilang lumayan panjang dan makan waktu paling lama, dalam proses penggarapannya. Sekitar 2 tahun diperlukan untuk menyelesaikan album ini. Penyebabnya antara lain, kesibukan dari para produser atau arranger yang telah dipilihnya.

foto : dudut suhendra
Kali ini, ia kembali lagi mengundang Andy Bayou, Yudhistira Arianto, Barry Likumahuwa dan Tohpati Ario. Ada nama lain yang kali ini dilibatkannya juga, Ari Darmawan. Sementara kedua lagu yang mulai kerapkali terdengar itu, sektor musiknya keduanya ditangani oleh Tohpati Ario.
La Rambla sendiri, menurutnya dituliskan dan digubahnya saat ia berada di kota Barcelona. Ia memang terkesan dengan kawasan yang jadi destinasi turis dari mancanegara, saat mengunjungi kota Barcelona. Maka keceriaan yang dirasakannya saat berada di La Rambla itulah, yang lantas menjadi idenya membuat sebuah lagu.
Lirik dalam lagu itu sendiri bercerita seorang pria, karena cintanya tak diterima seorang wanita, maka ia memutuskan terbang ke Barcelona saja untuk melanjutkan studinya. Tidak berapa lama di Barcelona, eh sang wanita ternyata akhirnya menyatakan ia juga mencintai sang pria.
Dalam album ketiga ini, ia menyelipkan satu lagu instrumental. Judulnya, ‘Jangan Tinggalkan Aku’. Tema dasarnya mengenai lagu yang musiknya dibesut oleh Barry Likumahuwa itu, emang enak ditinggal pergi?
Ada lengkapnya 10 lagu yang mengisi album ketiga tersebut. Lagu lainnya adalah, ‘Manusia dan Dosa’ dibawakan Richard Chriss. Richard Criss itu juga membawakan satu lagu lain, ‘Mila’. Soulmate, yang terdiri dari Bowo dan Ade, juga membawakan lagu lainnya,’Akupun Cinta’. Selain itu ada Tata, membawakan lagu,’Tak Perlu Bersatu’.
Netta KD mendapat tugas menyanyikan lagu, Penari’.  Berikutnya ada penyanyi, Kyky Tama, yang membawakan lagu, ‘Berakhir di Bali.’ Selain itu ada Ryan Valentinus, yang menyanyikan lagu pengunci album ini, ‘Tak Terbingkai’.
Album melibatkan peran serta banyak musisi, yang mendukung musik yang diolah oleh para produsernya. Banyak Musisi muda dilibatkan seperti antara lain Ricad Hutapea, Jordy Waelauruw, Dede Pardede, Damez Nababan, Ricika, Echa Sumantri, Dimas Pradipta, Alvin Ghazalie..
Selain itu juga ada Indra Prasetyo, Ivan Alidiyan, Yuan Mamangkey, Fajar Adi Nugroho, Kadek Rihardhika, Harry Goro, Harry Toledo, Indro Hardjodikoro. Proses tahap akhir, mastering, dari album ini dilakukan di Sage Audio, Nashville, Tennesse, USA. Dimana di sana ditangani oleh mastering engineer, Steven Corraiao.


foto : dudut suhendra
Nama lengkapnya adalah dokter Bramundito Abdurrachim, Sp.Og. Saat ini masih rutin berpraktek di sebuah rumah sakit ternama di kawasan selatan ibukota Jakarta. Ia setiap hari buka praktek di rumah sakit tersebut.
Ia mengaku sudah 18 tahun bekerja di Rumah Sakit Pondok Indah tersebut. Ia memilih praktek dari pagi hingga sore hari saja. Ia hanya sekali seminggu berpraktek sore sampai malam. Pilihannya itu, supaya ia lebih banyak waktu luang juga untuk keluarga, untuk hobinya. Untuk kesegaran tubuhnya.
Juga untuk mengerjakan musik? Ia mengangguk setuju. Iya, kutak-katik lagu dan musik biasanya dilakukannya sampai menjelang ia tidur tengah malam. Menurutnya, sebagian besar waktunya selalu ia ditemani musik. Dalam ruang prakteknya, musik dari radio favoritnya, bisa dibilang tak pernah off.

foto : dudut suhendra
Begitu sibuknya berpraktek, lalu adakah hari-hari khusus ia menggeluti musik? Ia hanya tersenyum dan mengungkapkan, ide atau inspirasi membuat lagu bisa datang dimana saja dan kapan saja. Musik, dalam hal ini membuat lagu, adalah dunianya yang lain. Dunia khusus yang membuat hidupnya lebih bergairah dan bersemangat. Musik memang bagian tak terpisahkan darinya.
Ia juga masih menyempatkan diri ngeband bersama teman-temannya seprofesi. Ia masih tergabung dalam grup band The Doctors. Isinya memang para dokter, dengan spesialisasi berbeda. Manager bandnya itu, juga dokter kebidanan. Grupnya tersebut, tak terlalu sering manggung. Maklumlah, semuanya dokter kan, pasti sibuk praktek.
Tapi grup tersebut telah sempat tampil di ajang festival jazz, seperti Java Jazz Festival dan Jakjazz. Pernah satu ketika di festival itu, The Doctors membawakan lagu-lagu karyanya. Tanggapan penonton saat itu lumayan bagus, begitu akunya.
Dan oh iya, sebenarnya tak ada lagunya yang datang dari cerita kehidupannya. Iapun mengaku, semuanya memang ia mereka-reka, membayangkan saja. Cerita-cerita pada lagunya bisa dialami siapapun, cerita hidup yang biasa sebetulnya. Susah buatnya, membuat lagu atas pengalaman pribadinya sendiri.
Cuma satu lagu, memang adalah datang dari apa yang dialami dan dirasakannya. Yaitu sebuah lagu yang khusus dibuatnya untuk anak sulungnya. Lagu itu diputarkan pertama di saat pesta pernikahan putrinya itu. Itu lagu yang bertema dasar, bagaimana perasaan orang tua, terutama sang ayah, melepas anaknya memasuki pernikahan.
Lagu itu kabarnya, banyak yang menyukai. Saat diputarkan, lagu itu menciptakan suasana dramatis, membuat banyak yang mendengarnya tersentuh banget dan jadi mellow se mellow-mellow nya. Tapi ia memang tak memasukkannya ke dalam album rekamannya. Kan lagu itu khusus sebagai hadiah pernikahan putrinya.
foto : dudut suhendra
Tak pernah direncanakan bahwa ia akan menjadi dokter, sekaligus juga menjadi penulis lagu. Segala sesuatunya mengalir saja, ia menjalani segala sesuatunya dengan puji syukur. Karena kesempatan untuk menghasilkan album rekaman, yang sudah sampai 3 album, buatnya adalah berkah dan anugerah yang diterimanya dengan sukacita.
Ia memang memilih hanya menulis lagu. Lantas menyerahkan sisi musiknya, kemasan musiknya, kepada musisi yang dapat menerjemahkan ide-ide bermusiknya. Selain itu, mencarikan penyanyi-penyanyi yang pas untuk menyanyikan lagu-lagunya itu.
Dia cukup menulis lagu, menjadi eksekutif produser sendiri. Sisi musik dan penyanyi, ia pilih untuk menyerahkannya kepada yang profesional. Yang memang dunia utamanya adalah bermusik dan bernyanyi.
Ia mengungkapkan, proses rekamannya biasanya adalah ia hanya menyodorkan notasi dasar dari sebuah lagu. Nanti ide dasar notasi lagu itu akan dipegang, diolah oleh produser musik yang dipilihnya. Sang produser itu, yang adalah arranger, akan membungkus lagu tersebut dengan musik yang sesuai. Termasuk memasukkan beat-beat tertentu.
Menurutnya lagi, sebagian besar lagunya memang terkesan cenderung ke jazzy. Jazz sih mungkin bukan. Tapi kalau disebut sebagai light jazz, sebagian di antaranya mungkin saja tepat. Tapi dirinya sendiri, lebih memilih menyebut musiknya pop saja.
Pop yang ada progresi chord tertentu, ia menjelaskan lagi. Suasana lagu sih, terutama pilihan chordnya berbau musik 1980-an. Ada nuansa jazzy tunes, begitu istilah buat “jazz-pop” atau musik jazz(y) yang ngepop dulu. Memang ia menyukai banget, lagu-lagu bertema musik seperti itu sejak lama.
Biar bagaimana kan, memang ia bisa dibilang datang dari generasi 1980-an. Suasana musik 80-an itu tertanam baik dalam jiwanya. Ia dulu saat bersekolah juga seringkali ngeband dengan teman-teman sekolahnya. Saat inipun, ia juga lumayan dekat dengan para musisi dan penyanyi, terutama yang rada jazzy.
Tapi sebagai dokter, ia mengungkapkan lagi, banyak juga pasiennya adalah istri-istri dari para musisi. Nah musisinya itu, datang dari berbagai warna musik. Tak hanya jazz. Ada yang pop bahkan sampai rock.
Lalu apapun pilihan musiknya, yang selama ini diterjemahkan para produser dari ketiga albumnya tersebut, paling penting banget adalah, lagu-lagu karyanya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Semoga bisa menjadi lagu dan musik yang menghibur orang lain.
Kalau ternyata bisa diterima dengan hangat oleh publik, terutama oleh penikmat musik, ia merasa itulah kebahagiaan yang tak terhingga. nilainya. Karena sejauh ini, dua album terdahulunya, direspon lumayan positif publik. Ya diapun tetap bergairah menghasilkan lagu-lagu lainnya, dan lantas membuat album rekaman.
Menurutnya, ketika ada orang yang mengetahui dan lantas menyukailagunya, wah ia senang banget. Kebahagiaan tersendiri juga, saat ia bisamendengarkan lagu karyanya diputarkan radio. Apalagi dimainkan oleh radio favoritnya. Bangga tiada terkira, serunya dengan berbinar-binar matanya. 
Etapi, kalau harus memilih antara menjadi penulis lagu atau dokter kebidanan? Ia tertawa, jangan disuruh memilih, karena kedua dunia yang berbeda itu, buatnya sendiri, saling melengkapi. Saling memberi inspirasi.
Dengan karir dokter kebidanannya dan musik yang dijalaninya bersamaan, ia menemukan keseimbangan. Seorang dokter, apalagi dokter kebidanan, menurutnya, memerlukan konsentrasi saat menjalankan tugasnya. Ia mampu berkonsentrasi dengan baik, merasa lebih rileks, karena ia bermusik.
Tahu ga ya, ia buka kartu. Dokter kebidanan itu sama seperti dokter anestesi dan dokter bedah lho. Sama-sama punya resiko tinggi. Ada missed pada penanganan kelahiran, mengobati pasiennya, sangat rentan untuk dituntut pihak pasien. Jadi untuk itu, butuh ketelitian dan hati-hati. Tanpa perlu jadi terlalu hati-hati, nanti stres sendiri, akunya. Yang diperlukan itu adalah fokus pada pekerjaan...
Pada akhirnya, musik adalah seperti inspirasi untuk lebih menikmati hidupnya, lebih menghargai kehidupannya selama ini. Tak lupa juga, selalu mensyukuri atas nikmatNYA yang telah dirasakan dan dialaminya selama ini. Baik dirasakan dan dinikmati dirinya sendiri, maupun bersama keluarga tercintanya. /*
Bersama teman-teman wartawan, foto : dudut suhendra/tyas yahya






No comments: