Pada
awalnya, bagaimana membangunnya. Mengolah, dengan cara bersinergi dalam hal ide
dan kreatifitas. Mencari-cari bentuk yang khas, identik. Dan itu adalah
kenikmatan tersendiri.
Susah-susah
gampang sih, dalam membuat sebuah festival jazz. Karena, harus dengan proyeksi
yang panjang. Soalnya gini,kalau membuat sebuah festival jazz hanya untuk dua
atau tiga tahun saja, kalau saya sih merasa, ah buang-buang enerji saja bro!
Bagaimana
mengemas, lalu mencari bentuk “ideal” yang khas. Kemudian menjalankannya.
Lantas mempertahankan kesinambungan atawa kontinuitasnya. Dan bagaimana juga
kita menjaga soliditas dalam bersama-sama menjalankan, kebersamaan yang tetap
harus dijaga. Dan mungkin, sebut saja sebagai, harus dihormati dan dimaklumi.
Bahwasanya dikarenakan kebersamaan saja, apa yang sudah dicita-citakan
bersama-sama itu bisa berjalan.
Dan
berjalan,sampai tahun ke delapan lho! Artinya, sudah masuk di tahun ke delapan.
Hal mana, rasanya tidaklah membayangkan bisa berjalan hingga sejauh ini...
Kaget, seneng, bingung, ya sekaligus terkesima.
Lalu
begitulah, sampailah pada bagaimana bisa dipertahankan. Agar supaya tetap
memiliki identitas khas. Biar terlihat beda gitu, dengan festival-festival jazz
lain. Kan seperti yang kita ketahui bersama, bahwa entah kenapa festival jazz
bisa menjamur di seluruh penjuru Nusantara ini. Paling tidak di 5-6 tahun belakangan ini.
Menariknya
ternyata North Sumatra Jazz Festival
bisa bertahan terus. Kerja-bareng WEM,
atau WASPADA eMusic, dengan saya dan
sahabat baik saya, Indrawan Ibonk. Oh ya kami berdua memilih memakai bendera, indiejazzINDONESIA. Bisa terjaga
kontinuitasnya, kan harusnya atas dasar soliditas kolaborasi penyelenggaranya.
Tetapi
dalam perjalanan kemudian, biasalah itu ada up
and down. Terutama soal semangat. Mulai terjadi, seperti kebingungan juga
kami ini. Apa lagi, bagaimana lagi, siapa lagi? Sementara itu, persoalan klasik
mah terus membayang-bayangi perjalanan NSJF ini.
Berharap
bahwa kelak di tahun ke 6 ke atas gitu ya, bisa terjaga independensinya.
Dijalankan lebih “leluasa”, dengan lebih mandiri. Tegak kepala, jalan dengan
lebih pasti. Idealnya sih begitu.
Lihat
ya, festival jazz boleh menjamur, tapi ada berapa banyak gelaran festival jazz
di Indonesia ini, yang bisa bertahan lama? Ga usah jauh-jauh, lewat saja 3 atau
4 tahun deh. Stamina sebagian besar festival jazz tersebut, rata-rata lantas drop, selepas melewati 3 atau 4 tahun
pertama. Lantas, hilang ditiup angin....
Makanya,
ketika NSJF bisa bertahan segitu lama. Jelas harus disyukuri. Ga nyangka deh.
Tetapi bagaimana selanjutnya? Sementara hal paling “mengganggu” terus saja
mengikuti. Apalagi kalau bukan soal pendanaan.
Finansial
nih. Ternyata belum bisa juga NSJF berjalan dengan lebih pasti. Saban tahun,
harus “kusut” atau “tergopoh-gopoh” soal pembiayaannya. Kemandirian belum bisa
tercapai. Entah sampai kapan....
Memang
ternyata, tak mudah untuk membuat sebuah festival jazz itu. Iya, siapa bilang
gampang? Apalagi soal mempertahankan kontinuitasnya, sebagai agenda tetap
setahun sekali.
Sponsor
tetap masih selalu diharapkan. Susah-susah gampang juga mendapat atensi mereka,
lebih “kompleks” lagi untuk bisa memperoleh dukungan dari pihak sponsor tersebut.
Tawar menawarnya alot!
Terkadang,
pada akhirnya ya gimana ya, yang penting jalan dulu deh. Negosiasi alot dengan
sponsor, seringkali seputar siapa yang akan ditampilkan. Siapa yang banyak
penggemarnya, siapa yang paling populer. Dan apesnya, itu berarti memang
sih...Jazz dan tidak jazzlah ya, yang penting tetap bisa jalan.
Persoalan
“sangat klasik” sih, mungkin juga menjadi problem pada festival-festival lain
yang beruntung tetap bisa dipertahankan, untuk waktu yang lumayan panjang. Yang
populer itu, aduh biasanya yang...ga jazz! Macam
mana ini lae....
“Untung”nya
ada grup tuan rumah. Erucakra Mahameru &
C Man. Seperti diketahui kan, Erucakra sebagai gitaris dan leader C Man, notabene juga adalah
Direktur Utama NSJF juga adanya.
Tim
berempat yang menjalankan, sekaligus memotori NSJF, sejak kali pertama di 2011
ya tetap. Erucakra, didukung saya sebagai direktur festival. Indrawan Ibong, sebagai direktur
produksinya. Dan Arsyadona Mahameru,istri
dari Erucakra, sebagai direktur finansialnya.
Seperti
biasa, seperti yang terus terjadi sejak kali pertama di 8 tahun silam, khusus
saya dan Ibonk, punya tugas atawa tanggung jawab rangkap-merangkap. Efisiensi
dan efektifitaslah ya. Wah, wah, double nih
pendapatannya? Hush! Ini kerjaan
penuh persahabatan dan berdasarkan atas asas kemanusiaan... Hihihi.
C
Man selalu tampil, di setiap tahunnya. Target saya memang bagaimana C Man
menjelma menjadi sebuah kelompok jazz (jazz rock tepatnya), dengan warna lebih
ke progressive-fusion nya, kebanggaan
Sumatera bagian Utara. Lalu menjadi nama yang dikenal secara nasional.
Berikutnya, C Man bisa melanglang buana ke seluruh dunia....
Edun,
muluk amat? Ga juga sebenarnya. Erucakra punya potensi untuk itu, terutama soal
kreatifitas bermusiknya. Ide-idenya keren dan fresh, walau sesekali oho terlalu liar. Tapi masih bisa
dimaklumi...
Nah
Erucakra sendiri, diharapkan bisa didampingi musisi-musisi yang dapat
bekerjasama dengannya. Berdiskusi, ngoprak-ngoprek
musik bareng, lalu main bersama dengan sebaik-baiknya.
C
Man sejauh ini, masih harus terus berproses. Proses untuk mematangkan
soliditas, bagaimana relation antar
musisinya, dengan Erucakra sebagai leader sekaligus penggagas musiknya. Proses
itu makan waktu.
Kayaknya
makan waktu yang lumayan panjang. Dengan segala romantika di seputarnya. Tetapi
C Man, dengan Erucakra sebagai komandan, harus diakui salah satu dari sedikit
saja grup band beraliran “dekat dengan jazz”, yang tetap eksis hingga saat ini.
Tentu saja di kawasan Utara Sumatera, atau terkhususnya, Medan dan sekitarnya.
Sesuatu dong kan
Sampailah
kita di NSJF tahun ke delapan, Oktober kemarin di Grand Ballroom JW Marriot
Hotel. Ada nama-nama junior macam Tobi
Tan Kai Rong, kibordis belia asal Singapura yang kini sedang bersekolah di
Medan. Atau penyanyi muda, Nikita
Mawarni serta Jessica.
Mereka
tampil dengan kelompok Fiesta Band.
Sebelumnya ada grup bernama Shenology yang lumayan bersemangat. Diikuti
berikutnya ada De Vote Singers &
Band, yang mencoba mengadaptasi penampilan grup vokal macam Manhattan
Transer misalnya.
Untuk
penampilan utama adalah Erucakra Mahameru & C Man, yang kali ini Eru
menyodorkan konsep Rise of the Kingdom –
Sriwijaya Kronikel. Berangkat dari menafsirkan kejayaan era kerajaan
Sriwijaya dulu.
C
Man pun didukung para musisi tradisi, yang datang dari Universitas Sumatera Utara. Untuk hasapi, suling sampai gordang 9.
Dan ditambah juga, kolaborasi istimewa, C Man dengan penyanyi ekspresif, dengan
suara khas, Bonita.
Bonita
datang sorangan, kali ini. Tanpa
kelompoknya, Bonita and the Hus Band.
Mungkin di kesempatan mendatang, sangat layak bila Bonita diboyong ke Medan
untuk NSJF, tentu dengan format grup bandnya. Jadi, lebih lengkap.
Dan
sebagai performer penutup acara, highlight
utama NSJF tahun ini, adalah penyanyi jelita. Ia penyanyi yang sekaligus juga
model dan aktris muda berbakat, Eva
Celia Lesmana.
Eva
Celia dengan grupnya, sebenarnya lumayan sukses sebagai pengisi acara utama.
NSJF terasa tetap bisa dijaga kekhasannya. Ya, menurut saya sih begitu. Eva
Celia, memberi nuansa yang berbeda. Kecantikan muka, penampilan dan suaranya
seolah mempercantik NSJF sih.
Dan
selesailah. Begitulah cerita NSJF di tahun ini. Lalu eh disambung dengan
festival lain lagi, seminggu kemudian, tempatnya bukan di Medan. Tetapi di
pulau Samosir nan eksotis itu.
Bagaimana
pula dengan festival di Samosir itu lae
dan ito’? Ah nantilah. Di tulisan
berikutnya saja. Nanti ada juga. Kau eh klean
tunggu saja ya. Mantap kali kan, dari Medan lantas bersambung dengan Samosir pula!
Persoalannya,
tahun depan bagaimana? Kembali lagi bersambungan begitu, dari Medan seminggu
kemudian ke Samosir? Insya Allah. Kalau saja semesta mengijinkanlah ya. Kalau
memang alam raya berkehendak, tentu saja terjadilah kehendaknya.
Semoga
di tahun mendatang, akan dapat tersaji lebih baik dan lebih baik lagi. Terus
terang, NSJF tahun ini terasa cukup terbatas, tetapi memang sih yang penting
tetap terjaga kesinambungannya.
Mau
rikues siapa, untuk menjadi top highlight
di tahun mendatang? Semoga saja dilancarkan, dimudahkan dan dilajukanlah
perjalanan NSJF di tahun-tahun berikutnya. Artinya, semoga rikuesnya, eh sudah
ajukan rikues belum, bisa dipenuhi di kesempatan mendatang ya.
Horas!
/*
No comments:
Post a Comment