Senang
kalau mendengar, sebuah grup band bisa bertahan lumayan panjang. Lewat dari 10
tahun saja, sudah lumayan banget.
Apalafgi mampu melewati umur 20 tahun, tentu saja luar biasa.
Luar
biasa syusyah lho. Ga gampang untuk
bertahan, tetap segrup, tetap jalan bareng. Dan, tetap berproduksi, maksudnya
menghasilkan terus karya-karya baru.
Jadi sudah seperti hidup berumah tangga sajalah....
Perjuangannya,
sekilas sih rada mirip-mirip. Mirip pada romantikanya. Ga sejalan idenya,
cekcok. Tetiba yang satu berkeinginan ke arah barat, eh yang lain kepengen ke
arah timur, cekcok lagi. Banyak kejadian silang pendapat, cekcoknya kebanyakan,
lantas ada yang mutung. Begitu kelihatan sudah sulit untuk terus jalan bareng,
bercerai deh yang tak bisa dielakkan.
Sedih
tentu, tetapi well dudes life goes on.
So, jalanlah sing-masing, tak bisa lagi bareng. Tetapi masing-masing punya
kehidupan, dengan jalannya sendiri-sendiri. Mungkin itulah kehendak semesta.
Hadapilah dengan...sabar dan tawakal.
Hidup
ini hanya satu kali, teman. Ngebandpun kayaknya memang bisa aja, hanya sekali
pula. Kalau ada kesempatan lain, kayaknya...ya band yang lain. Begitulah
romantika kehidupan. Ketika hidup ternyata jalannya, kawin lagi. Ah, apa sih?
Tapi
Cokelat memang brown. Brown Eyed Girl? Itu judul lagu, cuy. Lagunya Van Morrison, eh juga
Freddy Curci. Tapi iIni soal Cokelat yang bukan brownies, tetapi ini grup band. Well, siapa yang ga kenal Cokelat sih? 22 tahun mereka telah
eksis, menapaki jalan karir musiknya lho. Bukan waktu yang sebentar kan, dan ga
banyak grup yang sanggup begitu.
Mereka
“cokelat”, yang lebih ke cemilan yang disukai tua muda, besar kecil itu. Memang
sih, mereka pengen musik dan lagunya macam cokelat itulah. Semua orang suka,
kalau bisa tergila-gila. Eh kan ada yang tergila-gila gimana gitu lho sama
cokelat, ya ga?
Band
asal Bandung ini kabarnya berdiri sejak 25 Juni 1996. Saya sendiri mengetahui,
lantas menonton mereka itu kapan ya. Wait,
wait...Kalo ga salah di Bandung, lalu Jakarta. Dan, ini yang penting,
justru di awal-awal karir mereka. Kayaknya awal 2000-anlah.
Itupun
direkomen teman, wartawan musik lain. Kemudian baca dan lihat di televisi.
Lantas tertarik. Lalu pengen lihat. Karena pengen tahu, on stage nya ni band kek
gimana sih? Emang beneran bagus apa
gimana sih? Eh, bagus juga sih.
Abis
muncul GIGI, juga ada /rif misalnya. Kalau Bandung, ya setelah Java Jive juga
deh. Muncul Cokelat ini. Di tahun-tahun itu, beberapa grup memang tetiba bermunculan
dengan...keren-keren lho. Punya karakter musik sendiri-sendiri juga. The Groove
misalnya,muncul juga di era 90-an itu kan? T Five, Brown Sugar juga dong?
Nah
Cokelat memilih ada nuansa rocknya. Kalau di album, terasa lebih ngepop, tapi
memang enak. Ya enak, makanya mereka punya hits,
yang ga cuma 2 atau 3 lagu doang. Di
panggung, lebih terasa galak, suara lengkingan gitar lebih tebal dan “memenuhi
ruangan”. Saya suka juga dengan bass-linenya,
tak lupa dengan ritme drumsnya.
Ok,
bicara hari ini, Cokelat sudah masuk ke formasi yang ke berapa ya? Biarlah
teman-teman Cokelat saja memastikan. Saya ingatnya dulu ada Ernest Fadian Sjarif, bertandem dengan
saudara kandungnya Edwin Marshal Sjarif. Di drums ada Ervin Ilyas. Sementara itu di bass, Ronny Febri Nugroho dan vokalisnya, Kikan Namara.
Ternyata
Ronny dan Kikan memang adalah anggota pertama, dimana Cokelat dikerek
benderanya sebagai sebuah grup pop rock. Mereka berdua bersama Robert Pieter (gitar) dan Deden (drums), berserta gitaris, Bernard.
Muncul
lewat sebuah album kompilasi Indie Ten
di tahun 1996. Dimana Deden diganti Ervin. Lalu Bernard mundur saat album Untuk Bintang, debut album mereka yang
dirilis tahun 2000.Saat album kedua rilis, Rasa
Baru di 2001, Edwin masuk menggantikan Bernard.
Disusul
hengkangnya Robert, dengan digantikan Ernest, yang sebelumnya telah beberapa
waktu menjadi crew tetap mereka. Dan
formasi tersebut bertahan terus hingga sekitar tahun 2010. Setelah bersama-sama
selama 14 tahun, Kikan mengundurkan diri. Disusul Ervin.
Sejak
saat itu, Cokelat lantas memang tersisa Ronny, Edwin dan Ernest saja, yang
masih bertahan untuk “tetap cokelat”. Masuk vokalis baru, Sarah Hadju. Sementara posisi drummer, mereka memilih untuk
mengundang additional player, dimulai
dengan Otto Pambudi.
Empat
tahun berselang, giliran Ernest yang mundur. Dan Cokelat berjalan dengan hanya
satu gitaris saja. Dan dengan sebelumnya, Sarah Hadju juga hanya bertahan
sesaat, dan digantikan Jackline Rossy
Natalia Mboeik.
Dan
sesungguhnyalah, setelah lama tak sempat-sempat juga menonton lagi mereka,
apalagi paska gonta-ganti personilnya, saya beruntung bisa beroleh kesempatan
lagi. Seneng juga, jadi pengen lihat bagaimana Cokelat di masa sekarang.
Tetapkah berwarna eh berasa, “chocolate”?
Apa sudah berubah rasanya, berubah warnanyakah? Berubahnya gimana?
Betewe,
saya juga penggemar berat coklat. Eh cemilannya, bukan warna! Terlalu gemar. Etapi bukan lantaran hal itu, jadi suka
juga dengan musiknya Cokelat ini. Kalo nyambungnya ke situ sih, susah deh.
Lidah dan kuping, susah untuk dicari-cari atawa ditelusuri titik ketemunya...
Kira-kira begitulah. Maklumi. Tapi saya memang suka coklat.
Coklat
itu cemilan yang menyenangkan dan...”ngelemesin”.
Santai, ngenakkin badan aj. Musiknya
Cokelat? Nyenengin juga, ngenakkin kuping. Nah titik temunya di
situ kali ya....sama-sama ngenakkin. Bikin lebih rileks, otot-otot lebih
lenturlah.
Mereka
bikin Ngopi Bareng Cokelat kemarin
itu, di Bentara Budaya Jakarta. Karena mereka sudah 22 tahun umurnya. Wah,
makin ganteng dong? Dan mereka juga melepas single
baru, ‘Peralihan Hati’. Sebagai single berikutnya, menjelang akan dirilisnya
album mereka terbaru, yang menjadi album kesembilannya.
Ini
single keempat, menyusul tiga terdahulu, ‘Dikhianati’, Cinta Matiku’ dan ‘Garuda’.
Dari tahun silam, begitu mereka mengikat kontrak dengan label Halo
Entertainment Indonesia.
Mereka
pada kesempatan malam itu memperkenalkan pula, drummer muda, Axel Andaviar sebagai drummer tetap
mereka. Axel, drummer rock-looked
putra gitaris /rif, Ovy, telah beberapa lama mendukung Cokelat sebagai additional player.
Pada
akhirnya, setelah berjalan bersama, tiga personil Cokelat sepakat menawarkan
Axel ah sudahlah, masuk jadi drummer tetaplah saja ya. Ndilala, Axel setuju,
terharu, mengangguk mantap, menetskan air matanya. Ketiga Cokelat melihat itu,
ikut terharu, menepuk-nepuk bahu Axel. Dari terharu, meneteskan air mata.
Berempat saja, bahkan juga orang-orang lainnya. Orang lain siapa?
Ya
ga lah, itu cuma cerita pemanis saja sih. Biar enak bacanya, sob. Mudah-mudahan enak bacanya. Seenak
ketika coklat tengah menari-nari di dalam mulutmu. Ahay! Sedapnya. Ini
melenceng dikit. Janji, dikit aja! Karena satu dan lain hal, saya terpaksa
harus mampu untuk tidak lagi kegandrungan berlebihan dengan coklat. Sedih ga
sih? Miris!
Kenapa?
Sudahlah, itu urusan saya dengan laboratorium. Eh juga dengan dokter sih. Tetapi
ini tentang Cokelat, grup band. Bukan tentang saya. So, begitulah acara Ngopi
Bareng kemarin dilengkapi juga dengan suguhan kopi gratis. Kopi Indonesia itu
memang juara! Kopi item cuy, jangan pakek gula dong. Nikmatnya terasa,
sampai tenggorokan masuk lagi ke dalam. Segar dan sehat!
A
Produser, Irwan Simanjuntak |
da coklatnya ga? Kudu cari momen, biar menjadi Nonton Cokelat dengan Coklat, Tiada Terkira Ngenakkinnya.... Kemarin memang tak ada coklatnya. Tetapi ngenakkinnya tetap berasa. Cokelat sedikit berubah, terutama di atas panggung.
Tetapi
terasa, Edwin lebih “liar”. Tapi jangan berpikir, liar kemana-mana,
gila-gilaan, tiada terkendali. Masih proporsional. Dan gebukan tenaga muda nan
segar, Axel, mewarnai musik Cokelat dengan ... dengan apa ya, istilahnya. Apa
sih ya, gimana kalau saya sebut saja, lebih nendang
lagi?
Mau
lebih ngerock atau tetap bersikukuh dengan pop yang ke rock-rock an, atau rock
yang ngepop? Saya pikir, itu menjadi hak prerogatif keempat Cokelat, untuk
menyatukan persepsi, visi en misi.
Tapi
ada keterlibatan produser musik, Irwan
“Opung” Simanjuntak. Yang kemarin di
Bentara Budaya Jakarta juga tampil sebagai kibordis. Bebunyian keyboard, sesungguhnya memang memperkaya
musik Cokelat.
Memperkaya
itu abstrak kali ya? Saya pilih kata ini, lebih membuat dewasa. Artinya,
Cokelat menjadi lebih jelas. Bukan dalam konteks yang “sempit”. Bukan pula
menjadi lebih terasa “tua”. Jangan diartikan begitu. Ya gimana ya, tapi lebih
ngenakkin sebenarnya sih. Melatari suara lengkingan gitar dengan...”baik dan
benar”.
Album
kesembilan nanti akan beredar setelah sekitar 2 tahun lalu mereka melansir
#Like, sebagai album kedelapan. Yang adalah album rekaman perdana mereka dengan
vokalis Jackline “J” Rossy itu. Setelah, masya Allah, delapan tahun tak merilis
album rekaman!
Menariknya
tentang Cokelat, mereka biar gimana ya, melangit gegara, ‘Bendera. Itu macam anthem bernuansa tebal cinta dan
kebanggaan terhadap tanah air, penuh semangat hidup, sangat positif. ..... Merah putih teruslah
kau berkibar Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini Merah putih teruslah
kau berkibar Ku akan selalu menjagamu. Sungguh menyentil
rasa kebangsaan kan?
Lagu itu sendiri
karya Eros Chandra sebenarnya. Tetapi memang lebih mempopulerkan lagi Cokelat.
Seperti juga hits mereka lainnya macam, ‘Karma’ atau, ‘Demi Masa’. Atau apa
lagi, ‘Saat Jarak Memisahkan’. atau Salah’ dan, ‘Bukan Hari Ini’. Atau apa
lagi? Ya mungkin saja, pembaca ada yang suka lagu lainnya? Bebas kok.....
Akhirul kata,
Cokelat tetaplah coklat. Ditunggu nongkrong
gagah dengan coklatnya. Walau saya memang harus rela untuk lebih mengerem
kesukaan terhadap cemilan coklat. Termasuk minuman dengan rasa coklat, ataupun
kue-kue dengan dihiasi coklat. Pokoknya, ya coklat.
Che Cupumanik, ber-monolog |
Catatan yang tak
boleh terlewat juga, Cokelat menghadirkan kejutan seru juga kemarin. Sebagai
pembuka mereka adalah penampilan amat sangat istimewa dari Che Cupumanik! Che tampil tak bernyanyi, tetapi ber-monolog! Walah!
Sukses juga lho, Che yang berkawan dekat dengan Edwin Marshal Sjarif di grup
band lain, Konspirasi.
Untung bukan, jangan
dengerin Cokelat. Kalau itu yang terjadi, saya tak mungkin bisa menulis ini
dong. Ga enak atilah.... Ya ga enak juga jadinya hidup ini. Pesan saya, album kesembilannya jangan
kelamaan diutak-atik di dalam studio ya. /*
No comments:
Post a Comment