Abang Debby, udah ga ada lagi?
Adalah
karena event reunian Lomba Cipta Lagu Remaja plus (LCLR+), dengan di dalamya ada mendiang Yockie Suryo Prayogo. Lalu juga mbak Tiwi, istri dari Yockie. Kemudian juga
ada peran rocker cum lawyer, Kadri Mohamad, yang lantas lebih mendekatkan lagi saya dengan Debby Mukti Nasution.
Namanya
sudah “nyangkut” di kepala dan hati, sejak lama banget. Mengenalnya juga sudah
lumayan lama. Tapi hanyalah sekilas saja,
just say hi bang, hallo bang. And, thats
it, bro. Artinya kan, memang ga dekat.
Sampailah
di serial konser LCLR yang kemudian berlanjut menjadi konser Badai Pasti
Berlalu plus, yang membuat saya jadi acapkali mengontak beliau. Dan tentu saja,
jadi sering bertemu.
Abang
satu ini terbilang lebih kalem. Jauh lebih kalem, tapi banyak juga senyumnya,
dibanding saudara-saudara kandungnya. Yang notabene sesama musisi juga. Gaury,
Keenan dan Oding. Nasution bersaudara itu, lumayan dikenal luas, mentereng
istilahnya, di seputaran 1970-an.
Nasution
bersaudara itu salah satu tokoh yang bisa disebut, bagian dari sejarah musik
Indonesia. Dari merekalah ada Gypsy Band, yang berkembang menjadi Guruh Gypsy. Diawali
dengan The Young Gypsies. Kemudian
juga, kediaman mereka yang menjadi markas musik Indonesia, di kawasan
Pegangsaan itu, yang kemudian memunculkan nama, Gank Pegangsaan.
Debby Nasution bersama Erros Djarot dan Indro Hardjodikoro, backstage LCLR+ Bandung. |
“Gank” kreatif, sama sekali tidak berkonotasi kekerasan. Ini kelompok kreatif, cuy. Para musisi, berkumpul, bersinergi, melahirkan ide dan gagasan bermusik. Yang kemudian melahirkan Badai Pasti Berlalu. Sebelumnya, juga ada Barong’s Band, dimana Debby ikut terlibat.
Dalam
Barong’s Band, salah satu grup yang “memperkenalkan” warna progrock, yang pada
waktu itu lebih dikenal sebagai art-rock, Debby bermain antara lain bersama Erros Djarot dan Gaury Nasution, bang
dari Debby.
Saya
sudah menuliskan soal momen lahirnya Badai Pasti Berlalu dan disambung Lomba
Cipta Lagu Remaja Prambors, bagaimana dua peristiwa musik tersebut, menjadi
tonggak penting sejarah musik Indonesia. Termasuk dengan kemunculan
kelompok Guruh Gypsy.
Nah
dari peristiwa yang sambung menyambung dalam waktu hampir bersamaan di era
1970-an itu, Debby ada di dalamnya. Dimana pada waktu kemudian, memunculkan
sosoknya sebagai seorang kibordis yang punya sentuhan permainan tersendiri.
Kalau
menurut saya, Debby dan Yockie, lewat permainan kibornya itu, menghadirkan
nuansa gagah, megah tapi bisa ada kesan melodius. Gagah tapi....manis, tepat ga
ya istilah itu.
Symphonic
tapi melodius? Boleh juga kali disebut begitu? Walau baik Yockie dan Debby,
tetap saja beda. Seleranya kaliaja sama, misalpadapilihan nada sound. Tapi
jelas dong, waktu keluar, mewarnai lagu gitu, masuknya tetap berbeda.
Yockie
lebih tebal dan rada galak? Debby, terkesan lebih tebal suasana melodiusnya,
walau manis tapi tidak terkesan ringan ataupun...merintih. Kok ya bisa satu
tipe gitu ya? Secara tahun itu sama-sama “menemukan” Genesis dan Yes? Eh plus,
Gino Vanelli? Gimana dengan Deep Purple dan Led Zeppelin misalnya? Ini maksudnya
sebagai referensi musik, secara keseluruhan ya. Bukan hanya terbatas pada kibor
lho.
Oh
ya Debby, bersama Oding dan Keenan pernah bersama-sama masuk formasi God Bless.
Bisa disebut sebagai God Bless Mark V. Dimana mereka kakak-beradik sekandung
itu, ditarik masuk Achmad Albar dan Donny Fattah.
Itu
terjadi sekitar 1974, setelah kejadian tragis kecelakaan sepeda motor yang
menewaskan Fuad Hasan, drummer God
Bless. Selain kibordis God Bless sebelumnya, Soman Lubis. Saat itu, hampir bersamaan dengan meninggalnya Fuad,
God Bless juga ditinggalkan dua personil lainnya, Deddy Stanzah dan Deddy
Dorres.
Formasi
GB Mark V dengan Nasution bersaudara itu, membuat GB bermarkas juga di
Pegangsaan Barat, kediaman keluarga Nasution tersebut. Sayang hanya berlangsung
beberapa bulan saja, dan belum sempat menghasilkan album rekaman. Ketiga
Nasution pamit mundur bareng, digantikan dua musisi yang datang dari Malang, Teddy Sujaya dan Ian Antono. Kemudian juga Yockie Suryo Prayogo, bergabung kembali.
Kembali menyoal album Badai Pasti Berlalu. Debby Nasution sebenarnya berperan banyak dalam album fenomenal tersebut. Dikabarkan,ia tak hanya terlibat di musik dan aransemen beberapa lagu saja. Bahkan bisa dibilang hampir di semua lagu, sejatinya Debby ikut punya saham sebagai penulisnya, terutama pada sisi musiknya. Banyak ide-ide Debby yang lantas, “memperindah” materi lagu di dalam album tersebut.
Seingat
saya, ada mungkin dua kali, saat santai saya menanyakan kebenaran info itu.
Bener ga bang Debby, abang juga sebenarnya ikutan nyaris di semua lagu di dalam
album Badai itu? Bang Debby hanya senyum lebar, ah kata siapa, jawabnya pendek.
Kemudian,
pada kesempatan berikutnya, Debby mengatakan, “Sebenarnya album tersebut
dikerjakan bersama-sama. Bukan hanya saya, ya juga Yockie termasuk Chrisye”..
Lalu
ditambahkannya, Eros yang menjadi pencetus ide, dan beberapa lagu memang datang
dari dia. Begitu jelas Debby. Artinya sebenarnya bang Debby, tak hanya punya
saham di lagu seperti, ‘Khayalku’, ‘Merepih Alam’ dan ‘Cintaku’? Seperti yang
tertulis di sampul albumnya.
Ki-ka, Yockie Suryoprayogo, Keenan Nasution dan Debby Nasution |
Debby Nasution, paing kiri. Bersama para pendukung konser LCLR+ Surabaya |
Karena
serial konser LCLR+ dan BPB+ tersebut, dimana Debby Nasution terus terlibat,
jadi saya seringkali bertemu. Seringkali ngobrol, kemana-mana. Dan Debby juga
menjadi teman bicara yang menyenangkan. Walau pada kesan awalnya, mungkin
terasa pendiam.
Buat
saya, seperti saya tuliskan di atas, bahwa Debby pada perjalanan selanjutnya
memang menjadi figur kibordis yang memberi inspirasi bagi permainan
kibordis-kibordis muda Indonesia. Terutama yang muncul belakangan di pentas
musik Indonesia.
Tapi
memang mengejutkan, abang Debby sudah pergi....
Debby kalau tak salah, di tahun 1980-an mendekati akhir, lantas seperti berpindah jalur. Ia sibuk mendalami agama Islam. Di saat itulah, aktifitas bermusiknya seperti terhenti. Pada waktu berikutnya, Debby lebih dikenal sebagai ustadz.
Barulah,
ia seperti muncul kembali saat konser LCLR+ pertama yang diadakan oleh XI
Creative di Jakarta,di tahun 2014. Ketika konser itu kemudian berlanjut
menyinggahi Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Malang, Debby terus diajak serta.
Ia tampil, tentu dengan kibornya, di lagu, ‘Angin Malam’.
Di
lagu melodius menghanyutkan itu, yang menjadi salah satu lagu paling sukses
dari album Badai Pasti Berlalu, Debby mendapat porsi mengisi part lead keyboard terutama di intro
lagu. Selain terus menjadi lead di sepanjang lagu. Debby bermain ditemani
Yockie, dimana Yockie sendiri tampil di seluruh lagu yang disajikan di konser
tersebut.
Saat
konser tersebutlah, saya mengetahui Debby juga mempunyai jadwal pengajian tetap
yang dipimpinnya. Beberapa teman baik saya, rajin mengikuti ceramahnya, di
mesjid Al Ikhlas di kawasan Cipete, saban seminggu sekali. Teman-teman itu,
rata-rata musisi dan penyanyi. Di antaranya adalah Kadri Mohamad, Arry Syaff,
dan Mian Tiara. Selain, Krisna Prameswara.
Dua
tahun lalu, Debby dirangkul oleh gitaris Benny
Soebardja, untuk mendukung kemunculan kembali grup musik tahun 1970-an,
Giant Step. Benny, yang juga terlibat
dalam beberapa konser LCLR+ dan BPB+ menjelaskan waktu itu, Debby cocok menjadi
kibordis Giant Step. Ia bisa menjiwai, selain kenal dengan Giant Step. “Dan
alhamdulillah,bang Debby sendiri memang menyatakan setuju untuk mendukung Giant
Step.”
Pemunculan
kembali Giant Step, sangat berarti, dan membuat Benny Soebardja lebih pede
lagi, setelah Debby menyambut baik ajakan untuk bergabung. Pernah ditanyakan ke
Debby saat itu,ia menjawab ia akan mencoba bisa bergabung dan mendukung Benny
Soebardja dan Giant Step.
Debby Nasution, paling kanan bersama Johanes Jordan dan Audy, dalam Giant Step |
Once Mekel dan Debby Nasution, di panggung LCLR di Jakarta |
Saya
mungkin ga terlalu dekat banget dengan Debby Nasution. Pastinyalah ada banyak
orang yang mengenalnya lebih dekat. Tetapi satu hal yang pasti, Debby yang
ramah itu adalah salah satu nama penting di dunia musik Indonesia. Yang
seharusnyalah, tidak dilupakan begitu saja perannya.
Karena
itulah, saya merasa terpanggil menuliskan tentang mendiang Debby, walau mungkin
tidaklah lengkap. Supaya sosk dan permainan Debby tidaklah dilupakan begitu
saja.
Apalagi
dengan dokumentasi berupa rekaman album, yang menampilkan ide bermusiknya,
karyanya serta tentu saja, permainan kibornya tersebut. Paling tidak, selain Barong’s
Band lalu Badai Pasti Berlalu. Terakhir dengan album Gank Pegangsaan, yang
menghasilkan hits, ‘Dirimu’ di seputaran tahun 1990.
Dan pada Sabtu, 15 September 2018 siang, abang Debby menghembuskan nafas terakhir. Ia terjatuh, collapse, saat sedang berceramah di depan jamaah majlis taklimnya. Dan pada sekitar jam 14.00, Debby kelahiran 12 Maret 1956 itu pergi untuk selama-lamanya. Diduga, ia terkena serangan jantung.
Mengejutkan
berita Debby telah pergi. Karena dari keluarga Nasution, Debby lah yang selama
ini terlihat “paling sehat”. Tapi ternyata Debby pergi lebih dulu....
Selamat
jalan bang Debby Nasution. Dunia musik Indonesia kehilangan dirimu, seorang
kibordis legendaris yang menjadi salah satu tokoh panutan para musisi generasi
berikutnya....
Titipkan
salamku, untuk mas Yockie Suryo Prayogo dan juga Sys Ns di alam sana. Sampai
bertemu lagi, bang./*
No comments:
Post a Comment