Sunday, February 11, 2018

Sebuah Catatan dari konser kesetiakawanan dan solidaritas, Pagelaran Sang Bahaduri

Berlian Hutauruk by Indrawan


Ariyo Wahab  by Indrawan
Ok, pada segmen ini pertanyaannya begini saja, Kadri mengajukan usul. Kenapa sampai yang dipilih mas Yockie, untuk acara  Lomba Cipta Lagu Remaja, yang kayaknya musiknya ngepop itu. Karena kan, Yockie sebelum itu dikenal sebagai kibordis rock, dengan God Bless. Saya mengangguk setuju. Juga Asthie, yang sambil mengetik dengan laptopnya.
Kadri di atas adalah Kadri Mohamad, sang penggagas atau inisiator dan motor utama. Asthie adalah Asthie Wendra yang bersedia membantu sepenuhnya acara, sebagai show director sekaligus menghandle stage management. Sementara saya, untuk konser itu diplot sebagai pembantu umum saja. Ngerjain yang umum-umumlah gitu...
Di atas itu, kami sedang membahas rundown lebih detail untuk event Pagelaran Sang Bahaduri, Konser Berbagi untuk Yockie Suryoprayogo. Dan sedang mempersiapkan segmen untuk Sys Ns, yang menjadi salah satu narasumber yang akan tampil di atas panggung. Sys Ns berada di list narasumber bersama nama-nama lain yaitu Setiawan Djodi, Guruh Soekarnoputra dan Erros Djarot. 
Sys, adalah memang sahabat baik dari Yockie Suryoprayogo sejak lama. Mulai dari Lomba Cipta Lagu Remaja, yang digelar stasiun radio Prambors tersebut, mereka lantas memang lengket betul. Seperti juga halnya dengan narasumber yang lain, diharapkan akan dapat berbagi cerita tentang seorang Yockie Suryoprayogo. Entah soal kesehariannya, bagaimana kehidupannya yang diketahui dan tentunya, musiknya.

Ketika waktu dan semesta berkehendak lain....

Sayang, waktu dan semesta berkehendak lain. Sys Ns keburu dipanggil pulang Sang Khalik. Tepat sehari sebelum konser diadakan. Artinya, sehari setelah kami membahas draft skrip dasar untuk Sys dan para narasumber.
Maka kemudian segera dilakukan penggantian. Sesi yang harusnya diisi Sys mengenai Yockie, lantas diganti oleh Kadri langsung sendiri menceritakan mengenai Sys! Berbagi cerita, bahwa Sys Ns telah setuju untuk tampil dan akan membuat gimmick kejutan untuk penonton.
Sys dengan Yockie adalah dua sahabat dekat sejak 1970-an. Sys dekat betul dengan Sys, bahkan juga dengan keluarga dari istri Yockie. Itulah juga alasan sangat kuat, untuk melibatkan Sys pada konser LCLR+ di 1 dan 2 Oktober 2015. Acara itu diadakan oleh XI-Creative sebagai gawe mereka pertama sebagai promotor musik.
Pada waktu berikutnya, saat LCLR+ tersebut lalu bersambungan dengan konser berikut di Bandung, berlanjut di Surabaya, nama Sys Ns terus disertakan. Sebagai host dan, ini nih yang penting, saksi sejarah terpenting!
Ia tak ikut, karena satu dan lain hal, saat konser berlanjut menyinggahi kota-kota berikutnya. Maka dari itulah, Sys memang sudah sejak awal ingin diajak ikut tampil oleh tim kecil pemrakarsa acara, tetap sebagai host, dalam konser yang berangkat dari ide dasar pementasan LCLR+ tersebut.
Sys menyambut sangat hangat. Lalu ya itu tadi, menyambung langsung dengan ide bikin kejutan. Ia akan mendaulat God Bless untuk naik pentas. Kejutan saja. Nama God Bless tak ada di rundown. Walaupun sejatinya, nama God Bless pada saat ide pergelaran amal untuk Yockie tersebut digulirkan dan dibahas Kadri, saya dan Indro Hardjodikoro, sudah saya ajukan sebagai salah satu  performer.
Di saat sekitar Desember, saya sebenarnya pernah berjumpa Ian Antono dan Achmad Albar, yang menyatakan mereka sebagai God Bless siap untuk mendukung acara malam dana untuk Yockie. Memang sudah kasih tanda, ga harus mereka tampil secara lengkap dan elektrik. Dasar itulah, yang membuat saya sempat mengajukan nama God Bless juga.
Sayangnya, beberapa waktu kemudian kami memperoleh kabar bahwa God Bless sendiri juga tengah menyiapkan konser amal untuk Yockie. Maka terpaksalah nama God Bless dibatalkan.
God Bless memang nama spesial, dan yang terakhir kali dimasukkan. Saya pribadi surprais juga, ketika akhirnya God Bless jadi masuk. Walau nantinya, tidak dengan formasi lengkap. Dan mereka kemungkinan hanya akan tampil secara akustik saja.
Sementara nama-nama lain, para pengisi acara memang adalah para alumnus dari serial pergelaran LCLR+, yang kemudian berlanjut dengan BPB+. Seperti diketahui bahwasanya Lomba Cipta Lagu Remaja dan Badai Pasti Berlalu, adalah 2 karya pertama di khasanah musik pop dari Yockie Suryoprayogo. Tapi langsung masuk dalam sejarah musik Indonesia!
Saya sudah sering menulis, dua album tersebut adalah tonggak dari pemunculan pop yang berbeda. Pop yang, saya lebih suka menyebutnya, sedikit lebih kompleks tapi terkesan gagah dan megah. Macam pop yang gedongan, mudah-mudahan tepat istilah tersebut. Membedakan dari musik pop lain yang “biasa”.

Aning Katamsi dan Che Cupumanik  by Yose Riandy
Pop generik, lebih mudah diterima kuping khalayak...

Biasa atau, boleh ga disebut sebagai generik? Pop dengan pola notasi lebih sederhana, sehingga tentunya lebih mudah diterima kuping khalayak. Dan dengan waktu relatif cepat. BPB dan LCLR memang seolah menyeruak dan merampas perhatian, di antara nama-nama band pop yang tengah merajai saat itu.
Secara kebetulan memang saya memperoleh kesempatan mengikuti serial konser tersebut. Yang mana ide konser yang datang dari XI Creative lalu dilanjutkan pihak penyelenggara atau promotor lain, misalnya Mahana Live untuk di Bandung, Malang, Yogyakarta serta Ikasmada di Surabaya.
Masih ditambah pementasan karya-karya Yockie Suryoprayogo lainnya, dimana Yockie turut tampil sebagai music director, keyboardist/pianis dan menyanyi. Semisal Intimate Concert dan Celebrating the Journey Called Life, dalam rangka merayakan HUT ke 72 Yockie Suryoprayogo
Dan para penyanyi yang pernah terlibat dalam serial konser tersebutlah, yang lalu bersedia untuk tampil secara sukarela. Sebutan kerennya, pro bono. Mayoritas pengisi acara, terutama para penyanyinya adalah mereka yang disebut alumnus LCLR+ dan BPB+.
Namun juga menyelip beberapa nama di luar alumnus tersebut. Baik sebagai “wakil” dari musisi atau penyanyi muda, ataupun juga pemerhati dan yang menyintai karya-karya dari Yockie Suryoprayogo.
Kemudian nama lain, yang juga ikut disertakan lagi, adalah Ingrid Wijanarko. Ingrid tampil kembali sebagai host, persis seperti saat pementasan LCLR+ pertama di Jakarta. Sementara itu nama-nama lain, yang juga tetap menjadi pengisi acara, kembali tampil. Seperti Erros Djarot dan Setiawan Djodi, dua sahabat baik yang terus dekat dan menjadi sekutu bermusik yang bersinergi pas dengan Yockie Suryoprayogo, sejak era sekitar 1970-1980an.
Jadi memang konser ini dapat terselenggara karena gagasan dari Kadri yang langsung berinisiatif mengumpukan saya dan Indro Hardjodikoro, untuk segera menyusun rencana dan menyiapkan segala persiapan yang diperlukan.
Pada waktu berikutnya, tim kecil penggagas dan penyelenggara bertambah dengan kesediaan Donny Hardono memberikan dukungan. Donny Hardono sebagai sound-engineer dengan DSS Sound-nya, juga adalah nama yang terus menjadi pendukung serial konser LCLR+ dan BPB+ serta 2 konser lain di Jakarta tersebut.
Belakangan, lalu kami berempat mengajak serta dua nama jurnalis musik, Adib Hidayat dan Denny MR, sebagai narasumber untuk sebuah press gathering menjelang konser. Dalam press gathering tersebut, kami meminta juga dua nama jurnalis musik yang lebih senior, yaitu Seno M. Hardjo dan Bens Leo, dapat mendukung sebagai moderator.
Sebelumnya, kami mengajak serta komunitas kaum milenial, Swara Gembira untuk mensupport konser amal ini, sebagai bagian dari penyelenggara. Serta juga melibatkan Asthie Wendra bersama timnya, yang secara antusias dan sukarela bersedia menjadi show director dan menangani soal stage management.
Dari Asthie Wendra, kemudian masuklah untuk ikut menjadi pendukung acara ini, Yoni Wijoyo sebagai lighting designer sekaligus operatornya. Yoni Wijoyo, menangani peralatan lighting yang disupport oleh LemmonID.
Maka timpun telah lengkap. Konser yang bertajuk Pagelaran Sang Bahaduri, siap digelar. Tempatnya di gedung megah Teater Jakarta, di Taman Ismail Marzuki, yang berkapasitas 1200 seats tersebut. Penyelenggara  dibantu oleh Anto Hoed lewat Dewan Kesenian Jakarta, untuk bisa mendapat slot waktu di Rabu malam 24 Januari 2018.
Konser ini memang tujuan utama adalah, mengedepankan karya-karya, lagu dan musik dari Yockie Suryoprayogo. Karya-karya ciamik musik, baik itu lagu-lagunya maupun juga karya aransemen musik, yang beredarluas di era 1970, 1980-an. Sebagian besar adalah lagu-lagu yang lumayan dikenal luas, dan mewarnai jaman. Ya jaman 1980-an.
Lalu pendapatannya yang didapat, akan diserahkan kepada keluarga YockieSuryoprayogo. Dengan harapan bisa membantu pihak keluarga, dalam meneruskan pengobatan Yockie Suryoprayogo, yang waktu itu masih dalam perawatan medis di rumahnya.

Nicky Astria  by Yose Riandy
Target Kadri untuk angka pemasukan dan donasi

Sejak awal menyodorkan ide pementasan ini, Kadri sebagai pemrakarsa, menargetkan angka sekitar 300 juta-an yang kiranya nanti bisa diserahkan kepada pihak keluarga Yockie Suryoprayogo. Agar supaya worth it, antara upaya konser tersebut dengan jumlah donasi yang akan lumayan dapat meringankan beban keluarga.
Karena seperti diketahui, sejak awal November 2017, Yockie telah terbaring di rumah sakit. Kondisi kesehatannya naik turun. Bahkan pernah sampai pada status kritis dan coma. Ia terserang stroke. Sebelumnya, Yockie pun mengidap sirosis selain diabetes dan hepatitis C.
Lalu sekitar seminggu sebelum acara, Kadri sempat mengungkapkan sedikit kekawatirannya. Karena waktu itu, angka penjualan terbilang merangkak pelan. Tiket kelas premium, seperti Super VVIP dan VVIP memang sudah ludes terjual dengan sukses. Tapi jumlah seats untuk kedua kelas termahal itu, hanyalah sekitar kurang dari 30% dari total tiket yang dijual.
Tiket sebanyak 1200-an dijual dengan harga bervariasi, antara 2 juta dan 750.000, untuk premium. Kemudian VIP dibandrol dengan harga 500.000. Berikutnya adalah harga untuk kelas reguler, poisisi di balkon, dibandrol 200.000, 300.000 dan 400.000.
Info tersebut, mengenai pergerakan penjualan tiket di dapat dari kiostix, sebagai mitra yang menghandle penjualan tiket. Baik untuk online maupun nanti pada Hari-H, akan membuka ticket-box untuk go-show. Ada pula Tyas Yahya, yang bertugas melayani penjualan hanya tiket kelas premium, melalui email.
Sebetulnya, penetapan harga tiket itu juga berangkat dari target lain. Kadri menginginkan, bisa mengundang datang banyak penonton muda, kaum milenial. Makanya ada harga tiket yang “lebih bersahabat”. Penonton muda, diinginkan dapat didatangkan juga oleh teman-teman dari Swara Gembira, sebagai event organizer yang sebelumnya telah beberapa kali sukses menggelar tontonan musik yang diserbu kaum milenial.
Memang Kadri yang juga mengajak serta Swara Gembira, yang diajak menjadi mitra penyelenggara. Merekapun dimintai tolong untuk mengurusi beberapa hal seperti urusan gedung, perijinan hingga keperluan tenaga liasion officer untuk para artis penyanyi. Merekapun yang menyiapkan tenaga kerja pendukung. Selain bertanggung jawab untuk keperluan desain, untuk materi promosi. Dan catat juga, ide title konser juga datang dari mereka.

Dhenok Wahyudi  by Yose Riandy
Kadri Mohamad dan Benny Soebardja  by  Pradnya Paramita
Dan Ingrid Wijanarkopun membuka acara

Dan sampailah di waktu pertunjukkannya. Tepat 20.15 wib, Ingrid Wijanarko pun membuka acara. Memanggil bintang tamu pertama, Setiawan Djodi, yang menceritakan keterlibatan Yockie dalam serial konser Kantata Takwa. Dimana Yockie berperan penting, dalam hal musik pada proyek musik yang berisi para seniman papan atas itu.
Lalu tampillah duo, Che Cupumanik bersama Aning Katamsi. Mereka membawakan dengan apik, ‘Kesaksian’, yang diambil dari album Kantata Takwa yang dirilis tahun 1990.
Berikutnya naik, lady rocker sepanjang jaman, Nicky Astria. Rocker perempuan yang terdengar vokalnya tetap terjaga dengan baik ini membawakan salah satu hitsnya, ‘Biar Semua Hilang’. Lagu itu adalah karya bersama Yockie Suryoprayogo dan Areng Widodo. Diambil dari salah satu album tersukses Nicky Astria, Tangan Tangan Setan, yang dirilis pada 1985.
Dilanjutkan dengan Gilang Samsoe, mantan finalis Indonesian Idol, dengan salah satu lagu dari album fenomenal, Badai Pasti Berlalu. Gilang mendapatkan tugas menyanyikan ‘’Pelangi’, yang adalah karya bareng Erros Djarot dan Yockie Suryoprayogo.
Setelah Gilang muncullah Keenan Nasution dengan, ‘Nuansa Bening’, salah satu lagu paling populer miliknya dan berasal dari solo albumnya, Di Batas Angan Angan, yang dirilis tahun 1978.
Kadri Mohamad  by Yose Riandy
God Bless  by Yose Riandy
Kemudian berikutnya naiklah Kadri Mohamad, yang menceritakan mengenai mendiang Sys Ns. Menjadi momen spesial karena Sys Ns ternyata meninggal dunia, persis sehari sebelum pagelaran tersebut. Seperti juga diinginkan atau disiapkan Sys, maka Kadri pun lantas memanggil naik God Bless sebagai bintang tamu khusus.
God Bless tampil hanya berempat yaitu, Achmad Albar, Ian Antono (gitar akustik), Abadi Soesman (keyboard), serta Donny Fattah (backing-vocal). Mereka membawakan 2 lagu hits balladnya, ‘Syair Kehidupan’ dan ‘’Panggung Sandiwara’.
Berikutnya, Dhenok Wahyudi muncul dengan, ‘Dalam Cita dan Cinta. Disusul Fryda Lucyana, dengan lagu, ‘Dalam Kelembutan Pagi’. Sejatinya, Dalam Kelembutan Pagi juga adalah lagu yang dibawakan Dhenok Wahyudi, dari album Dasa Tembang Tercantik, Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors yang pertama, dirilis 1977.
Lantas Kadri naik panggung lagi, kali ini untuk menyanyikan, ‘Apatis bersama dengan Benny Soebardja. Benny menyanyi sambil bermain gitar. Disusul ‘Kharsima Indonesia’ bersama Louise Hutauruk.
Rian dan D Masiv  by Indrawan
Glenn Fredly  by Pradnya Paramita
Fadly PADI  by Pradnya Paramita
Adapun penampil berikutnya adalah kelompok D Masiv, yang membawakan ‘Sabda Alam’. Salah satu lagu paling populer dari almarhum Chrisye, berasal dari album berjudul sama yang dirilis tahun 1978. Lalu lagu sukses lain dari almarhun Chrisye, ‘Selamat Jalan Kekasih, yang dibawakan oleh Fadly PADI.
Sebelum Rian dan grupnya, D Masiv naik panggung, ada Erwin Gutawa memberikan testimoninya mengenai karya-karya musik Yockie Suryoprayogo. Tentu saja, terutama pada badai Pasti Berlalu, selain garapan musiknya untuk album-album dari almarhum Chrisye.
Glenn Fredly naik panggung untuk membawakan, ‘Kau Seputih Melati’ yang dipopulerkan Dian Pramana Poetra. Glenn menjadi salah satu pendukung acara, karena ia mengaku pengagum dan pencinta karya-karya musik Yockie Suryoprayogo. Ia tidak terlibat dalam serial konser LCLR+ maupun BPB+ sebelumnya.
Triawan Munaf, kepala Badan Ekonomi Kreatif, mendapat giliran berikutnya, untuk memberikan testimoninya. Yang lantas disusul penampilan Andy /rif dengan, ‘Anak Jalanan’. Berikutnya, penampilan bersama bintang muda, yang kibordis dan penyanyi, Mondo Gascaro bersama kelompok vokal dari Komunitas Musik-ITB. Kelompok vokal para alumnus ITB tersebut dipimpin oleh kibordis, Bubi Sutomo. Lagu yang dibawakan, ‘Smaradhana’.
Mondo Hascaro dan Komunitas Musik ITB  by Indrawan
Mondo Gascaro, sang “Rajakelana” sengaja diundang tampil oleh Kadri. Dengan maksud, agar kiranya dapat mewakili generasi muda, yang mau peduli pada karya-karya musik Indonesia di era sebelumnya. Memang Mondo sendiri mengakui respek dan mengagumi karya-karya Yockie Suryoprayogo.
Komunitas Musik ITB dengan Bubi Sutomo masih meneruskan penampilannya, dengan membawakan lagu, ‘Damai’. Setelah Bubi Sutomo dan teman-teman, giliran berikut adalah, Tika Bisono. Tika menghadirkan suasana adem, syahdu, tenang dengan lagu, ‘Melati Suci’.

Komunitas Musik ITB dengan Bubi Sutomo by Pradnya Paramita
Berikutnya ada Nara dan Sarah...

Pada kesempatan berikutnya, tampillah dua orang putra dan putri Yockie Suryoprayogo, Nara Putra Prayindra dan Sarah Anjani Prabanda. Mereka berdua mewakili keluarha Yockie Suryoprayogo, memberikan ucapan terima kasih atas segala perhatian yang diberikan untuk ayahanda mereka tercinta. Lalu Sarah tetap di atas panggung untuk berduet bersama Fariz RM, menyanyikan, ‘Hasrat dan Cita’.
Sarah berdiri di tengah-tengah keyboard-set yang seperti mengurungnya. Keyboard set lengkap itu sengaja disediakan sejak awal acara oleh Donny Hardono dengan DSS-nya. Bukan untuk dimainkan oleh Sarah Anjani.
Sarah Anjani, Nara Putra dan Ingrid Wijanarko  by Yose Riandy
Saran Anjani dan keyboard set dari DSS  by Indrawan
Tapi peralatan keyboard dan synthesizers tersebut adalah peralatan yang biasa disediakan oleh DSS, untuk penampilan di atas panggung dari Yockie Suryoprayogo. Sepanjang serial konser LCLR+ dan BPB+, ketujuh keyboard tersebutlah yang dimainkan Yockie.
Menurut Donny Hardono, ketujuh peralatan papan kunci tersebut adalah selengkapnya, Fender Rhodes suitcase 73, ,Mini Moog Voyager, Roland RD 700 NX, Virus Ti, Yamaha Motif XF 7, Korg MS 2000 serta juga Hammond B3 Organ.
Maksudnya adalah, memberikan penghargaan atas Yockie Suryoprayogo yang semoga saja, bila nanti Yockie mengetahui bahwa peralatannya tetap disediakan di panggung, bisa menambah semangatnya untuk sembuh....
Fariz RM dan Sarah Anjani  by Yose Riandy
Selepas duet Sarah dan Fariz, naiklah duet yang lain. Aning Katamsi yang naik lagi, berduet dengan Kadri Moamad, yang naik ke atas panggung lagi. Lagu yang mereka bawakan, tembang berjudul, ‘Duka Sang Bahaduri’. Lagu itu ditulis oleh Junaedi Salat dan ada di album kedua Chrsiye, Sabda Alam.
Pada lagu tersebut, juga ikut bermain Windy Setiadi dengan akordion-nya. Windy sebelumnya, menjadi musisi tamu pendukung untuk lagu, Biar Semua Hilang,menemani Nicky Astria.
Kemudian giliran Erros Djarot memberikan testiominialnya. Yang lumayan “keras” menyentil pemerintah, dengan menitip pesan pada Triawan Munaf, agar dapat lebih memperhatikan kesejahteraan para seniman.Tentunya, teristimewa kaum musik, seperti Yockie.
Windy Setiadi, Aning Katamsi dan Kadri  by Yose Riandy

Dira Sugandi  by Indrawan
Setelah itu, masuk pada segmen berikut. Dimana muncul Dira Sugandi, yang lebih mengharu biru suasana dengan lagu, Merpati Putih. Disusul kemudian oleh Bonita, yang menambah kesyahduan acara dengan tarikan vokalnya, ‘Semusim’.
Once Mekel dengan didukung Debby Nasution pada keyboard,lalu mendapat giliran dengan membawakan, ‘Angin Malam’. Dan segmen “mengangungkan” album fenomenal Badai Pasti Berlalu itu berlanjut dengan lagu, ‘Matahari’ yang langsung bersambung dengan lagu “sakral”, ‘Badai Pasti Berlalu’. Dibawakan oleh original singer, Berlian Hutauruk!
Sebuah penutup rangkaian yang memang seperti menghenyakkan hati penonton. Tak hanya lantaran musik dan lagunya, tetapi juga tak boleh dilupakan vokal dari para penyanyi yang membawakan lagu-lagu tersebut.
Bonita  by Yose Riandy

Once Mekel dan Debby Nasution  by Indrawan
Sebagai pengunci acara konser, yang berlangsung hapir 3 jam tersebut, hadirlah Ariyo Wahab dengan lagu riang gembira, ‘Juwita’. Ariyokemudian ditemani oleh seluruh penyanyi pendukung acara ini. Lagu ini menuntaskan selengkapnya acara malam dana untuk sang musisi legendaris, Yockie Suryoprayogo.
Sebuah malam solidaritas dan kesetiakawanan, dari para penyanyi dan juga musisi. Mereka bersama-sama memberikan respek, empati dan apresiasinya terhadap karya-karya indah dan megah yang telah dihasilkan Yockie Suryoprayogo. Yang sungguh telah mewarnai jaman, bahkan memperindah hari-hari masa itu.
Alhasil Pagelaran Sang Bahaduri, ternyata menjadi sebuah “kesepakatan sosial” berdasarkan kepedulian dan cinta, sekaligus penghormatan. Untuk sang legenda, musisi senior yang mungkin akan sulit dicari tandingannya, hingga beberapa waktu mendatang...
Berlian Hutauruk  by Pradnya Paramita

Bonita  by Indrawan

Dira Suhandi  by Yose Riandy
Para musisi yang mendukung konser ini, Muhamad Iqbal (drums), Yankjay Nugraha (gitar), Eggy (kibor) dan Didiet Violin, semuanya telah mendukung serial konser LCLR+ dan BPB+ dibawah pimpinan bassis, Indro Hardjodikoro. Indro, yang selama ini menjadi “asisten music director” dari Yockie, malam itu bertugas langsung menjadi pengarah musik tunggal.
Seperti juga para penyanyi, maka para musisipun antusias untuk mendukung pagelaran ini. Kadri juga, yang kemudian menjadi kesepakatan tim penyelenggara, yang memilih menyebut nama Alumni LCLR+ dan BPB+ sebagai penyelenggara acara ini.
Hasil pemasukan total dari Pagelaran Sang Bahaduri adalah hampir 515 juta. Didapat dari penjualan sekitar 80% tiket selain donasi pribadi, beberapa pengagum dan pencinta Yockie Suryoprayogo,  yang ditujukan untuk Yockie Suryoprayogo. Dan setelah dipotong biaya produksi konser, diserahkanlah sejumlah 370.327.500 yang semuanya telah diserahkan kepada pihak keluarga dari Yockie Suryoprayogo.
Kadri Mohamad pada penutupan  by Pradnya Paramita
Bersyukurlah,pada jelang hari penyelenggaraan, pihak TVRI langsung dari pemimpinnya yang baru, Helmy Yahya menyatakan keinginannya untuk merekam acara konser. Dan akan menayangkannya, sebagai program tapping, di TVRI nasional.
Acara konser tersebut, lalu ditayangkanlah dalam dua jadwal. Yaitu pada Sabtu malam, 27Januari 2018. Dan kemudian jadwal berikutnya, pada seminggu kemudian, Sabtu 3 Februari.
Dan ternyata, persis 2 hari berikut yaitu pada Senin 5 Februari 2018, Yockie Suryoprayogo berpulang. Ia meninggalkan karya-karya musiknya,bagi bangsanya ini, menuju keabadiannya....

Nada nada sendu tlah tersirat
dalam jalinan hidupmu
kau pujaan dalam pelukan lara
dian kalbu, kelu tlah menjelma
masygul hatiku di rabaan marsapada
tunduk hening gulana
kau kini tlah tiada
membahana tinggal nama
korban hasrat manusia
daku menghimbau rindu
(‘Duka Sang Bahaduri’, Junaedi Salat. Lagu ini kabarnya untuk mengenang dan menghormati Ir. Soekarno, Presiden pertama RepublikIndonesia, yang disebut sebagai “Sang Bahaduri”) /*
Ariyo Wahab dan all artist  by Yose Riandy

Kadri, Ingrid Wijanarko, Rian D Masiv, Louise Hutauruk  by Pradnya Paramita

Closing  by Yose Riandy

*Terima kasih untuk berbagi foto-foto karyanya untuk melengkapi tulisan saya ini, sahabat-sahabat baik saya, para fotografer handal : Indrawan, Pradnya Paramita dan Yose Riandy















No comments: