Berlian Hutauruk by Indrawan |
Ariyo Wahab by Indrawan |
Ok,
pada segmen ini pertanyaannya begini saja, Kadri mengajukan usul. Kenapa sampai
yang dipilih mas Yockie, untuk acara
Lomba Cipta Lagu Remaja, yang kayaknya musiknya ngepop itu. Karena kan,
Yockie sebelum itu dikenal sebagai kibordis rock, dengan God Bless. Saya
mengangguk setuju. Juga Asthie, yang sambil mengetik dengan laptopnya.
Kadri
di atas adalah Kadri Mohamad, sang
penggagas atau inisiator dan motor utama. Asthie adalah Asthie Wendra yang bersedia membantu sepenuhnya acara, sebagai show director sekaligus menghandle stage management. Sementara saya, untuk konser itu diplot sebagai pembantu umum saja. Ngerjain yang umum-umumlah gitu...
Di
atas itu, kami sedang membahas rundown
lebih detail untuk event Pagelaran Sang Bahaduri, Konser
Berbagi untuk Yockie Suryoprayogo. Dan sedang mempersiapkan segmen untuk Sys Ns, yang menjadi salah satu
narasumber yang akan tampil di atas panggung. Sys Ns berada di list narasumber
bersama nama-nama lain yaitu Setiawan
Djodi, Guruh Soekarnoputra dan Erros Djarot.
Sys,
adalah memang sahabat baik dari Yockie Suryoprayogo sejak lama. Mulai dari Lomba Cipta Lagu Remaja, yang digelar
stasiun radio Prambors tersebut, mereka lantas memang lengket betul. Seperti
juga halnya dengan narasumber yang lain, diharapkan akan dapat berbagi cerita
tentang seorang Yockie Suryoprayogo. Entah soal kesehariannya, bagaimana
kehidupannya yang diketahui dan tentunya, musiknya.
Ketika waktu dan
semesta berkehendak lain....
Sayang,
waktu dan semesta berkehendak lain. Sys Ns keburu dipanggil pulang Sang Khalik.
Tepat sehari sebelum konser diadakan. Artinya, sehari setelah kami membahas
draft skrip dasar untuk Sys dan para narasumber.
Maka
kemudian segera dilakukan penggantian. Sesi yang harusnya diisi Sys mengenai
Yockie, lantas diganti oleh Kadri langsung sendiri menceritakan mengenai Sys!
Berbagi cerita, bahwa Sys Ns telah setuju untuk tampil dan akan membuat gimmick kejutan untuk penonton.
Sys
dengan Yockie adalah dua sahabat dekat sejak 1970-an. Sys dekat betul dengan
Sys, bahkan juga dengan keluarga dari istri Yockie. Itulah juga alasan sangat
kuat, untuk melibatkan Sys pada konser LCLR+
di 1 dan 2 Oktober 2015. Acara itu diadakan oleh XI-Creative sebagai gawe
mereka pertama sebagai promotor musik.
Pada
waktu berikutnya, saat LCLR+ tersebut lalu bersambungan dengan konser berikut
di Bandung, berlanjut di Surabaya, nama Sys Ns terus disertakan. Sebagai host
dan, ini nih yang penting, saksi sejarah terpenting!
Ia
tak ikut, karena satu dan lain hal, saat konser berlanjut menyinggahi kota-kota
berikutnya. Maka dari itulah, Sys memang sudah sejak awal ingin diajak ikut
tampil oleh tim kecil pemrakarsa acara, tetap sebagai host, dalam konser yang
berangkat dari ide dasar pementasan LCLR+ tersebut.
Sys
menyambut sangat hangat. Lalu ya itu tadi, menyambung langsung dengan ide bikin
kejutan. Ia akan mendaulat God Bless
untuk naik pentas. Kejutan saja. Nama God Bless tak ada di rundown. Walaupun sejatinya, nama God Bless pada saat ide pergelaran
amal untuk Yockie tersebut digulirkan dan dibahas Kadri, saya dan Indro
Hardjodikoro, sudah saya ajukan sebagai salah satu performer.
Di
saat sekitar Desember, saya sebenarnya pernah berjumpa Ian Antono dan Achmad Albar,
yang menyatakan mereka sebagai God Bless siap untuk mendukung acara malam dana untuk
Yockie. Memang sudah kasih tanda, ga harus mereka tampil secara lengkap dan
elektrik. Dasar itulah, yang membuat saya sempat mengajukan nama God Bless
juga.
Sayangnya,
beberapa waktu kemudian kami memperoleh kabar bahwa God Bless sendiri juga
tengah menyiapkan konser amal untuk Yockie. Maka terpaksalah nama God Bless
dibatalkan.
God
Bless memang nama spesial, dan yang terakhir kali dimasukkan. Saya pribadi
surprais juga, ketika akhirnya God Bless jadi masuk. Walau nantinya, tidak
dengan formasi lengkap. Dan mereka kemungkinan hanya akan tampil secara akustik
saja.
Sementara
nama-nama lain, para pengisi acara memang adalah para alumnus dari serial
pergelaran LCLR+, yang kemudian berlanjut dengan BPB+. Seperti diketahui
bahwasanya Lomba Cipta Lagu Remaja dan Badai Pasti Berlalu, adalah 2 karya
pertama di khasanah musik pop dari Yockie Suryoprayogo. Tapi langsung masuk
dalam sejarah musik Indonesia!
Saya
sudah sering menulis, dua album tersebut adalah tonggak dari pemunculan pop
yang berbeda. Pop yang, saya lebih suka menyebutnya, sedikit lebih kompleks
tapi terkesan gagah dan megah. Macam pop yang gedongan, mudah-mudahan tepat istilah tersebut. Membedakan dari
musik pop lain yang “biasa”.
Aning Katamsi dan Che Cupumanik by Yose Riandy |
Pop generik, lebih
mudah diterima kuping khalayak...
Biasa
atau, boleh ga disebut sebagai generik? Pop dengan pola notasi lebih sederhana,
sehingga tentunya lebih mudah diterima kuping khalayak. Dan dengan waktu
relatif cepat. BPB dan LCLR memang seolah menyeruak dan merampas perhatian, di
antara nama-nama band pop yang tengah merajai saat itu.
Secara
kebetulan memang saya memperoleh kesempatan mengikuti serial konser tersebut.
Yang mana ide konser yang datang dari XI Creative lalu dilanjutkan pihak
penyelenggara atau promotor lain, misalnya Mahana
Live untuk di Bandung, Malang, Yogyakarta serta Ikasmada di Surabaya.
Masih
ditambah pementasan karya-karya Yockie Suryoprayogo lainnya, dimana Yockie
turut tampil sebagai music director,
keyboardist/pianis dan menyanyi. Semisal Intimate
Concert dan Celebrating the Journey
Called Life, dalam rangka merayakan HUT ke 72 Yockie Suryoprayogo
Dan
para penyanyi yang pernah terlibat dalam serial konser tersebutlah, yang lalu
bersedia untuk tampil secara sukarela. Sebutan kerennya, pro bono. Mayoritas pengisi acara, terutama para penyanyinya adalah
mereka yang disebut alumnus LCLR+ dan BPB+.
Namun
juga menyelip beberapa nama di luar alumnus tersebut. Baik sebagai “wakil” dari
musisi atau penyanyi muda, ataupun juga pemerhati dan yang menyintai
karya-karya dari Yockie Suryoprayogo.
Kemudian
nama lain, yang juga ikut disertakan lagi, adalah Ingrid Wijanarko. Ingrid tampil kembali sebagai host, persis
seperti saat pementasan LCLR+ pertama di Jakarta. Sementara itu nama-nama lain,
yang juga tetap menjadi pengisi acara, kembali tampil. Seperti Erros Djarot dan Setiawan Djodi, dua sahabat baik yang terus dekat dan menjadi
sekutu bermusik yang bersinergi pas dengan Yockie Suryoprayogo, sejak era
sekitar 1970-1980an.
Jadi
memang konser ini dapat terselenggara karena gagasan dari Kadri yang langsung
berinisiatif mengumpukan saya dan Indro
Hardjodikoro, untuk segera menyusun rencana dan menyiapkan segala persiapan
yang diperlukan.
Pada
waktu berikutnya, tim kecil penggagas dan penyelenggara bertambah dengan
kesediaan Donny Hardono memberikan dukungan. Donny Hardono sebagai sound-engineer
dengan DSS Sound-nya, juga adalah
nama yang terus menjadi pendukung serial konser LCLR+ dan BPB+ serta 2 konser
lain di Jakarta tersebut.
Belakangan,
lalu kami berempat mengajak serta dua nama jurnalis musik, Adib Hidayat dan Denny MR,
sebagai narasumber untuk sebuah press
gathering menjelang konser. Dalam press gathering tersebut, kami meminta
juga dua nama jurnalis musik yang lebih senior, yaitu Seno M. Hardjo dan Bens Leo,
dapat mendukung sebagai moderator.
Sebelumnya,
kami mengajak serta komunitas kaum milenial, Swara Gembira untuk mensupport
konser amal ini, sebagai bagian dari penyelenggara. Serta juga melibatkan Asthie Wendra bersama timnya, yang
secara antusias dan sukarela bersedia menjadi show director dan menangani soal stage management.
Dari
Asthie Wendra, kemudian masuklah untuk ikut menjadi pendukung acara ini, Yoni Wijoyo sebagai lighting designer sekaligus operatornya.
Yoni Wijoyo, menangani peralatan lighting yang disupport oleh LemmonID.
Maka
timpun telah lengkap. Konser yang bertajuk Pagelaran
Sang Bahaduri, siap digelar. Tempatnya di gedung megah Teater Jakarta, di
Taman Ismail Marzuki, yang berkapasitas 1200 seats tersebut. Penyelenggara dibantu oleh Anto Hoed lewat Dewan
Kesenian Jakarta, untuk bisa mendapat slot waktu di Rabu malam 24 Januari
2018.
Konser
ini memang tujuan utama adalah, mengedepankan karya-karya, lagu dan musik dari
Yockie Suryoprayogo. Karya-karya ciamik musik, baik itu lagu-lagunya maupun
juga karya aransemen musik, yang beredarluas di era 1970, 1980-an. Sebagian
besar adalah lagu-lagu yang lumayan dikenal luas, dan mewarnai jaman. Ya jaman
1980-an.
Lalu
pendapatannya yang didapat, akan diserahkan kepada keluarga YockieSuryoprayogo.
Dengan harapan bisa membantu pihak keluarga, dalam meneruskan pengobatan Yockie
Suryoprayogo, yang waktu itu masih dalam perawatan medis di rumahnya.
Nicky Astria by Yose Riandy |
Target Kadri untuk
angka pemasukan dan donasi
Sejak
awal menyodorkan ide pementasan ini, Kadri sebagai pemrakarsa, menargetkan
angka sekitar 300 juta-an yang kiranya nanti bisa diserahkan kepada pihak
keluarga Yockie Suryoprayogo. Agar supaya worth
it, antara upaya konser tersebut dengan jumlah donasi yang akan lumayan
dapat meringankan beban keluarga.
Karena
seperti diketahui, sejak awal November 2017, Yockie telah terbaring di rumah
sakit. Kondisi kesehatannya naik turun. Bahkan pernah sampai pada status kritis
dan coma. Ia terserang stroke. Sebelumnya, Yockie pun mengidap
sirosis selain diabetes dan hepatitis C.
Lalu
sekitar seminggu sebelum acara, Kadri sempat mengungkapkan sedikit
kekawatirannya. Karena waktu itu, angka penjualan terbilang merangkak pelan.
Tiket kelas premium, seperti Super VVIP
dan VVIP memang sudah ludes terjual
dengan sukses. Tapi jumlah seats untuk kedua kelas termahal itu, hanyalah
sekitar kurang dari 30% dari total tiket yang dijual.
Tiket
sebanyak 1200-an dijual dengan harga bervariasi, antara 2 juta dan 750.000,
untuk premium. Kemudian VIP dibandrol dengan harga 500.000. Berikutnya adalah
harga untuk kelas reguler, poisisi di balkon, dibandrol 200.000, 300.000 dan
400.000.
Info
tersebut, mengenai pergerakan penjualan tiket di dapat dari kiostix, sebagai mitra yang menghandle
penjualan tiket. Baik untuk online maupun nanti pada Hari-H, akan membuka ticket-box untuk go-show. Ada pula Tyas Yahya,
yang bertugas melayani penjualan hanya tiket kelas premium, melalui email.
Sebetulnya,
penetapan harga tiket itu juga berangkat dari target lain. Kadri menginginkan,
bisa mengundang datang banyak penonton muda, kaum milenial. Makanya ada harga
tiket yang “lebih bersahabat”. Penonton muda, diinginkan dapat didatangkan juga
oleh teman-teman dari Swara Gembira,
sebagai event organizer yang
sebelumnya telah beberapa kali sukses menggelar tontonan musik yang diserbu
kaum milenial.
Memang
Kadri yang juga mengajak serta Swara Gembira, yang diajak menjadi mitra
penyelenggara. Merekapun dimintai tolong untuk mengurusi beberapa hal seperti
urusan gedung, perijinan hingga keperluan tenaga liasion officer untuk para artis penyanyi. Merekapun yang
menyiapkan tenaga kerja pendukung. Selain bertanggung jawab untuk keperluan
desain, untuk materi promosi. Dan catat juga, ide title konser juga datang dari mereka.
Dhenok Wahyudi by Yose Riandy |
Kadri Mohamad dan Benny Soebardja by Pradnya Paramita |
Dan Ingrid
Wijanarkopun membuka acara
Dan
sampailah di waktu pertunjukkannya. Tepat 20.15 wib, Ingrid Wijanarko pun
membuka acara. Memanggil bintang tamu pertama, Setiawan Djodi, yang
menceritakan keterlibatan Yockie dalam serial konser Kantata Takwa. Dimana
Yockie berperan penting, dalam hal musik pada proyek musik yang berisi para
seniman papan atas itu.
Lalu
tampillah duo, Che Cupumanik bersama
Aning Katamsi. Mereka membawakan
dengan apik, ‘Kesaksian’, yang diambil dari album Kantata Takwa yang dirilis
tahun 1990.
Berikutnya
naik, lady rocker sepanjang jaman, Nicky Astria. Rocker perempuan yang
terdengar vokalnya tetap terjaga dengan baik ini membawakan salah satu hitsnya,
‘Biar Semua Hilang’. Lagu itu adalah karya bersama Yockie Suryoprayogo dan
Areng Widodo. Diambil dari salah satu album tersukses Nicky Astria, Tangan Tangan Setan, yang dirilis pada
1985.
Dilanjutkan
dengan Gilang Samsoe, mantan finalis
Indonesian Idol, dengan salah satu lagu dari album fenomenal, Badai Pasti
Berlalu. Gilang mendapatkan tugas menyanyikan ‘’Pelangi’, yang adalah karya
bareng Erros Djarot dan Yockie Suryoprayogo.
Setelah
Gilang muncullah Keenan Nasution
dengan, ‘Nuansa Bening’, salah satu lagu paling populer miliknya dan berasal
dari solo albumnya, Di Batas Angan Angan,
yang dirilis tahun 1978.
Kadri Mohamad by Yose Riandy |
God Bless by Yose Riandy |
Kemudian
berikutnya naiklah Kadri Mohamad, yang menceritakan mengenai mendiang Sys Ns.
Menjadi momen spesial karena Sys Ns ternyata meninggal dunia, persis sehari
sebelum pagelaran tersebut. Seperti juga diinginkan atau disiapkan Sys, maka
Kadri pun lantas memanggil naik God Bless sebagai bintang tamu khusus.
God
Bless tampil hanya berempat yaitu, Achmad
Albar, Ian Antono (gitar
akustik), Abadi Soesman (keyboard),
serta Donny Fattah (backing-vocal).
Mereka membawakan 2 lagu hits balladnya,
‘Syair Kehidupan’ dan ‘’Panggung Sandiwara’.
Berikutnya,
Dhenok Wahyudi muncul dengan, ‘Dalam
Cita dan Cinta. Disusul Fryda Lucyana,
dengan lagu, ‘Dalam Kelembutan Pagi’. Sejatinya, Dalam Kelembutan Pagi juga
adalah lagu yang dibawakan Dhenok Wahyudi, dari album Dasa Tembang Tercantik, Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors yang
pertama, dirilis 1977.
Lantas
Kadri naik panggung lagi, kali ini untuk menyanyikan, ‘Apatis bersama dengan
Benny Soebardja. Benny menyanyi sambil bermain gitar. Disusul ‘Kharsima
Indonesia’ bersama Louise Hutauruk.
Rian dan D Masiv by Indrawan |
Glenn Fredly by Pradnya Paramita |
Fadly PADI by Pradnya Paramita |
Adapun
penampil berikutnya adalah kelompok D Masiv,
yang membawakan ‘Sabda Alam’. Salah satu lagu paling populer dari almarhum
Chrisye, berasal dari album berjudul sama yang dirilis tahun 1978. Lalu lagu
sukses lain dari almarhun Chrisye, ‘Selamat Jalan Kekasih, yang dibawakan oleh
Fadly PADI.
Sebelum
Rian dan grupnya, D Masiv naik panggung, ada Erwin Gutawa memberikan testimoninya mengenai karya-karya musik
Yockie Suryoprayogo. Tentu saja, terutama pada badai Pasti Berlalu, selain
garapan musiknya untuk album-album dari almarhum Chrisye.
Glenn Fredly
naik panggung untuk membawakan, ‘Kau Seputih Melati’ yang dipopulerkan Dian
Pramana Poetra. Glenn menjadi salah satu pendukung acara, karena ia mengaku
pengagum dan pencinta karya-karya musik Yockie Suryoprayogo. Ia tidak terlibat
dalam serial konser LCLR+ maupun BPB+ sebelumnya.
Triawan Munaf,
kepala Badan Ekonomi Kreatif, mendapat giliran berikutnya, untuk memberikan
testimoninya. Yang lantas disusul penampilan Andy /rif dengan, ‘Anak Jalanan’. Berikutnya, penampilan bersama
bintang muda, yang kibordis dan penyanyi, Mondo
Gascaro bersama kelompok vokal dari Komunitas
Musik-ITB. Kelompok vokal para alumnus ITB tersebut dipimpin oleh kibordis,
Bubi Sutomo. Lagu yang dibawakan, ‘Smaradhana’.
Mondo Hascaro dan Komunitas Musik ITB by Indrawan |
Mondo
Gascaro, sang “Rajakelana” sengaja diundang tampil oleh Kadri. Dengan maksud,
agar kiranya dapat mewakili generasi muda, yang mau peduli pada karya-karya
musik Indonesia di era sebelumnya. Memang Mondo sendiri mengakui respek dan
mengagumi karya-karya Yockie Suryoprayogo.
Komunitas
Musik ITB dengan Bubi Sutomo masih meneruskan penampilannya, dengan membawakan
lagu, ‘Damai’. Setelah Bubi Sutomo dan teman-teman, giliran berikut adalah,
Tika Bisono. Tika menghadirkan suasana adem, syahdu, tenang dengan lagu, ‘Melati
Suci’.
Komunitas Musik ITB dengan Bubi Sutomo by Pradnya Paramita |
Berikutnya ada Nara
dan Sarah...
Pada
kesempatan berikutnya, tampillah dua orang putra dan putri Yockie Suryoprayogo,
Nara Putra Prayindra dan Sarah Anjani Prabanda. Mereka berdua
mewakili keluarha Yockie Suryoprayogo, memberikan ucapan terima kasih atas
segala perhatian yang diberikan untuk ayahanda mereka tercinta. Lalu Sarah
tetap di atas panggung untuk berduet bersama Fariz RM, menyanyikan, ‘Hasrat dan Cita’.
Sarah
berdiri di tengah-tengah keyboard-set
yang seperti mengurungnya. Keyboard set lengkap itu sengaja disediakan sejak
awal acara oleh Donny Hardono dengan DSS-nya. Bukan untuk dimainkan oleh Sarah
Anjani.
Sarah Anjani, Nara Putra dan Ingrid Wijanarko by Yose Riandy |
Saran Anjani dan keyboard set dari DSS by Indrawan |
Tapi
peralatan keyboard dan synthesizers tersebut adalah peralatan yang biasa
disediakan oleh DSS, untuk penampilan di atas panggung dari Yockie
Suryoprayogo. Sepanjang serial konser LCLR+ dan BPB+, ketujuh keyboard
tersebutlah yang dimainkan Yockie.
Menurut
Donny Hardono, ketujuh peralatan papan kunci tersebut adalah selengkapnya, Fender Rhodes suitcase 73, ,Mini Moog
Voyager, Roland RD 700 NX, Virus Ti, Yamaha Motif XF 7, Korg MS 2000 serta
juga Hammond B3 Organ.
Maksudnya
adalah, memberikan penghargaan atas Yockie Suryoprayogo yang semoga saja, bila
nanti Yockie mengetahui bahwa peralatannya tetap disediakan di panggung, bisa
menambah semangatnya untuk sembuh....
Fariz RM dan Sarah Anjani by Yose Riandy |
Selepas
duet Sarah dan Fariz, naiklah duet yang lain. Aning Katamsi yang naik lagi,
berduet dengan Kadri Moamad, yang naik ke atas panggung lagi. Lagu yang mereka
bawakan, tembang berjudul, ‘Duka Sang Bahaduri’. Lagu itu ditulis oleh Junaedi
Salat dan ada di album kedua Chrsiye, Sabda Alam.
Pada
lagu tersebut, juga ikut bermain Windy
Setiadi dengan akordion-nya. Windy sebelumnya, menjadi musisi tamu
pendukung untuk lagu, Biar Semua Hilang,menemani Nicky Astria.
Kemudian
giliran Erros Djarot memberikan testiominialnya. Yang lumayan “keras” menyentil
pemerintah, dengan menitip pesan pada Triawan Munaf, agar dapat lebih
memperhatikan kesejahteraan para seniman.Tentunya, teristimewa kaum musik,
seperti Yockie.
Windy Setiadi, Aning Katamsi dan Kadri by Yose Riandy |
Dira Sugandi by Indrawan |
Setelah
itu, masuk pada segmen berikut. Dimana muncul Dira Sugandi, yang lebih mengharu biru suasana dengan lagu, Merpati
Putih. Disusul kemudian oleh Bonita,
yang menambah kesyahduan acara dengan tarikan vokalnya, ‘Semusim’.
Once Mekel
dengan didukung Debby Nasution pada
keyboard,lalu mendapat giliran dengan membawakan, ‘Angin Malam’. Dan segmen “mengangungkan”
album fenomenal Badai Pasti Berlalu itu berlanjut dengan lagu, ‘Matahari’ yang
langsung bersambung dengan lagu “sakral”, ‘Badai Pasti Berlalu’. Dibawakan oleh
original singer, Berlian Hutauruk!
Sebuah
penutup rangkaian yang memang seperti menghenyakkan hati penonton. Tak hanya
lantaran musik dan lagunya, tetapi juga tak boleh dilupakan vokal dari para
penyanyi yang membawakan lagu-lagu tersebut.
Bonita by Yose Riandy |
Once Mekel dan Debby Nasution by Indrawan |
Sebagai
pengunci acara konser, yang berlangsung hapir 3 jam tersebut, hadirlah Ariyo
Wahab dengan lagu riang gembira, ‘Juwita’. Ariyokemudian ditemani oleh seluruh
penyanyi pendukung acara ini. Lagu ini menuntaskan selengkapnya acara malam
dana untuk sang musisi legendaris, Yockie Suryoprayogo.
Sebuah
malam solidaritas dan kesetiakawanan, dari para penyanyi dan juga musisi.
Mereka bersama-sama memberikan respek, empati dan apresiasinya terhadap
karya-karya indah dan megah yang telah dihasilkan Yockie Suryoprayogo. Yang
sungguh telah mewarnai jaman, bahkan memperindah hari-hari masa itu.
Alhasil
Pagelaran Sang Bahaduri, ternyata menjadi sebuah “kesepakatan sosial” berdasarkan
kepedulian dan cinta, sekaligus penghormatan. Untuk sang legenda, musisi senior
yang mungkin akan sulit dicari tandingannya, hingga beberapa waktu mendatang...
Berlian Hutauruk by Pradnya Paramita |
Bonita by Indrawan |
Dira Suhandi by Yose Riandy |
Para
musisi yang mendukung konser ini, Muhamad
Iqbal (drums), Yankjay Nugraha
(gitar), Eggy (kibor) dan Didiet Violin, semuanya telah mendukung
serial konser LCLR+ dan BPB+ dibawah pimpinan bassis, Indro Hardjodikoro.
Indro, yang selama ini menjadi “asisten
music director” dari Yockie, malam itu bertugas langsung menjadi pengarah
musik tunggal.
Seperti
juga para penyanyi, maka para musisipun antusias untuk mendukung pagelaran ini.
Kadri juga, yang kemudian menjadi kesepakatan tim penyelenggara, yang memilih
menyebut nama Alumni LCLR+ dan BPB+ sebagai penyelenggara acara ini.
Hasil
pemasukan total dari Pagelaran Sang Bahaduri adalah hampir 515 juta. Didapat
dari penjualan sekitar 80% tiket selain donasi pribadi, beberapa pengagum dan
pencinta Yockie Suryoprayogo, yang
ditujukan untuk Yockie Suryoprayogo. Dan setelah dipotong biaya produksi
konser, diserahkanlah sejumlah 370.327.500 yang semuanya telah diserahkan
kepada pihak keluarga dari Yockie Suryoprayogo.
Kadri Mohamad pada penutupan by Pradnya Paramita |
Bersyukurlah,pada
jelang hari penyelenggaraan, pihak TVRI langsung dari pemimpinnya yang baru, Helmy Yahya menyatakan keinginannya
untuk merekam acara konser. Dan akan menayangkannya, sebagai program tapping, di TVRI nasional.
Acara
konser tersebut, lalu ditayangkanlah dalam dua jadwal. Yaitu pada Sabtu malam,
27Januari 2018. Dan kemudian jadwal berikutnya, pada seminggu kemudian, Sabtu 3
Februari.
Dan
ternyata, persis 2 hari berikut yaitu pada Senin
5 Februari 2018, Yockie Suryoprayogo berpulang. Ia meninggalkan karya-karya
musiknya,bagi bangsanya ini, menuju keabadiannya....
Nada nada sendu tlah
tersirat
dalam jalinan hidupmu
kau pujaan dalam
pelukan lara
dian kalbu, kelu tlah
menjelma
masygul hatiku di
rabaan marsapada
tunduk hening gulana
kau kini tlah tiada
membahana tinggal
nama
korban hasrat manusia
daku menghimbau rindu
(‘Duka
Sang Bahaduri’, Junaedi Salat. Lagu
ini kabarnya untuk mengenang dan menghormati Ir. Soekarno, Presiden pertama RepublikIndonesia, yang disebut
sebagai “Sang Bahaduri”) /*
Ariyo Wahab dan all artist by Yose Riandy |
Kadri, Ingrid Wijanarko, Rian D Masiv, Louise Hutauruk by Pradnya Paramita |
Closing by Yose Riandy |
*Terima kasih untuk berbagi foto-foto karyanya untuk melengkapi tulisan saya ini, sahabat-sahabat baik saya, para fotografer handal : Indrawan, Pradnya Paramita dan Yose Riandy
No comments:
Post a Comment