Itulah mslhnya .
kesehatan saya , masih banyak org yg msh mudah salah mengerti watak keras saya.
Bikin sy stress nggak abis2.
(JSOP, Whats App. 16 Mei 2017. 8.24pm)
Mas Yockie, yang penting istirahatlah dulu, mas. Besok jadi lebih segar mas. Jangan begadang mas....
Itu
salah satu dari message via whats app saya ke mas Yockie
Suryoprayogo. Biasanya, itu jadi penutup, setelah bincang-bincang ngalor-ngidul. Kalau sudah saya kirim
message itu, mas Yockie tak lagi merespon balik. Tak tahu juga, apakah mas
Yockie beneran istirahat, tidur
maksudnya, atau ngapain...
Tentunya,
sudah tak ada lagi kirim-kiriman message begitu. Mas Yockie tak perlu lagi
“mencari” saya dan bertanya, Dion di mana, ke sini dong. Kok ga kelihatan sih?
Ga ada juga yang tetiba mengontak, masih via whats app, Dion nanti sore ada di
mana, bisa ga ke Pondok Indah, kita ketemu yiuk dengan si anu...
Atau
bisa juga tetiba banget, ke PIM yiuk. Di sini ada Kadri dan Rustam nih, mereka
lagi ngomongin orang. Lihat deh mereka itu baik satu sama lain, ga seperti
kalau di Facebook. Saya hanya senyum dan ya mencoba untuk ikut kumpul....
Kabarnya, menurut cerita istrinya mas Yockie, mbak Tiwi, kalau begadangan itu mas suka juga main game pesawat? Semacam cockpit simulator pesawat, macam-macam jenis pesawatnya. Wah, baru tahu juga. Dulu katanya, malah mas Yockie hobinya aeromodelling lho. Kerapkali, menyempatkan waktu untuk menerbangkan pesawat modelnya, di lapangan, mengajak putra-putrinya dan istrinya.
Kabarnya, menurut cerita istrinya mas Yockie, mbak Tiwi, kalau begadangan itu mas suka juga main game pesawat? Semacam cockpit simulator pesawat, macam-macam jenis pesawatnya. Wah, baru tahu juga. Dulu katanya, malah mas Yockie hobinya aeromodelling lho. Kerapkali, menyempatkan waktu untuk menerbangkan pesawat modelnya, di lapangan, mengajak putra-putrinya dan istrinya.
Ada
banyak kenangan. Mungkin dari 1980-an dulu, dimana mas Yockie buat saya adalah rockstar tulen. Orisinal. Bukan KW! Tinggi
rada kurus, tapi tidak krempeng ya,
sedikit senyum. Suara khas baritonnya kalau lagi ngomong itu, hanya mas Iye’
atau Achmad Albar yang “menyaingi”.
Bikin orang segan. Segan di sini konteksnya, jadi sangat “hormat”.
Kayaknya
penuh wibawa. Terkesan tidaklah supel. Soal supel, ya kalah jauhlah dari mas
Iye, yang relatif lebih ramah. Mas Yockie bukan tipikal orang yang bisa cepat
ramah dengan orang yang baru dikenalnya. Lebih nongol kesan tegas dan strict nya. Jadi, kalau ditegur dan mas
Yockie balas senyum aja, aduh...itu udah kayak berkah!
Segalak
itukah? Tidak bersahabatkah? Nyatanya sih tidaklah begitu.... Kesan-kesan awal.
Itu kesan saya di 1980-an dulu. Awal waktu ketemu, diperkenalkan dengan Remy Soetansyah, jaman God Bless. Peran
almarhum Remy lah yang besar, untuk membuat saya lalu jadi mengenal dekat God
Bless, termasuk Yockie Suryoprayogo.
Sedikit
buka album lama nih, dari catatan saya, Yockie masuk God Bless mulai sebelum
konser peratama di Taman Ismail Marzuki, tahun 1973. Artinya itu formasi “Mark-I”. Yockie tak lama, malah mundur.
Ia ternyata juga sempat ikut mendukung Giant Step, grup rock Bandung kesohor
itu.
Yockie
kemudian masuk lagi formasi God Bless, setelah “Trio Nasution” yaitu Keenan, Oding dan Debby keluar.
Yockie masuk lagi, waktu itu hampir bersamaan dengan masuknya Ian Antono dan Teddy Sujaya, rocker “impor” dari kota Malang. Lalu keluar lagi,
masuklah Abadi Soesman.
Yockie
sebetulnya terlihat sebagian dirinya adalah God Bless. Karena, lalu masuk lagi.
Untuk ikut membuat album Semut Hitam,
dirilis 1988. Kemudian Eet Syahranie masuk God Bless menggantikan Ian Antono yang sempat mundur, menghasilkan Raksasa.
Yockie ikut juga dalam album Apa Kabar, yang dirilis 1997. Dalam album ini, Ian Antono kembali masuk God Bless, maka formasi merekapun menampilkan duo-gitaris yaitu Ian Antono dan Eet Syahranie.
Yockie ikut juga dalam album Apa Kabar, yang dirilis 1997. Dalam album ini, Ian Antono kembali masuk God Bless, maka formasi merekapun menampilkan duo-gitaris yaitu Ian Antono dan Eet Syahranie.
Yockie
pun mundur lagi dari God Bless, digantikan (lagi) oleh Abadi Soesman. Yockie
sempat kembali bermain dengan God Bless di Bandung, dalam konser To Commemorate God Bless, 1973-2014.
Dimana dalam konser itu, Teddy Sujaya dan Eet Syahranie juga ikut dipanggil
untuk bermain bareng lagi.
Satu
saat, sore hari di sebuah apartemen Yockie pernah berdialog, hanya berdua saja
dengan saya.Yang menemani di ruangan apartemen itu hanya sebuah pesawat
televisi, dengan volume suara minimal. Waktu itu abis sound check dari pagi hari, malamnya konser. Tetiba Yockie
bercerita soal God Bless...
Ia
banyak juga cerita, tapi sebagian biarlah saya simpan buat saya saja.Intinya,
ia waktu itu mengaku bahwa God Bless adalah juga bagian penting dirinya, yang
tak mungkin bisa ia lepaskan. Sejatinya, ia mengatakan, ia mencintai God Bless.
Ia juga menyayangi seluruh personilnya, mereka sudah kayak keluarga.
Ia
menyayangkan memang ada konflik, tapi konflik antara Yockie dan personil lain
itu, iapun tak menghendakinya. Yockie menceritakan cukup detil, termasuk
konflik-konflik yang terjadi. Yang jelas, ia merindukan bisa bermain bersama
lagi dengan God Bless, dalam suasana kekeluargaan. Menghasilkan lagi
karya-karya baru....
Saya
sudah menceritakan, pada tulisan-tulisan sebelumnya saat saya lalu jadi dekat
dengan Yockie di tahun 2010. Saat itu dalam persiapan konser musikal Diana,
sebuah konser untuk merayakan Hari Ulang Tahun harian umum Kompas. Waktu itu
saya memang diminta mendampingi Yockie, oleh koordinator utama tim organizer
inti, yaitu almarhumah Eni Erliani.
Pertimbangannya saya yang kenal dengan Yockie dan Yockie juga kenal dengan
saya.
Awalnya
menyenangkan memang. Sering kami jalan bertiga, dan menceritakan hal-hal dulu,
terutama soal musik. Termasuk cerita soal God Bless, Kantata Takwalah, Swamilah
dan lain-lainnya. Tapi pada waktu-waktu berikutnya, ternyata terjadi banyak misunderstanding. Kisruhlah jadinya...
Sampai
puncaknya, beberapa saat sebelum konser tersebut, Yockie malah melepaskan
pertemanan di Facebook bahkan sampai nge-block
saya. Kemudian juga bisa dibilang seluruh tim organizer acara tersebut.
GOD BLESS, 1976-an. Foto koleksi AKTUIL/Buyunk Rizal |
Walau
kemudian, setelah konser, pada kesempatan pembubaran panitya kerja. Sebuah
acara makan malam sederhana bersama tim dari Kompas, sebagai pemilik acara,
saya mewakili organizer mengatakan terimakasih dan merasakan sebuah kehormatan
bisa bekerjasama dengan “orang-orang besar” dalam sebuah acara kolosal...
Saya
memuji karya musik yang dihasilkan Yockie dan juga karya keseluruhan konser
musikal itu, dengan Garin Nugroho
sebagai sutradara lakon serta Eko
Supriyanto yang bertindak sebagai koreografer atau penata gerak dan tari.
Padahal saat itu sih, Yockie sudah “malas” bertegur sapa dengan saya.... Tapi
memang saya respek dan menghormatinya.
Apalagi
catatan khususnya adalah, karya-karya musik yang dihasilkan Yockie untuk
pagelaran tersebut, terbilang luar biasa. Walaupun membutuhkan waktu lumayan
panjang, hingga waktu-waktu sangat dekat dengan pagelaran tersebut, untuk
mengetahui ide-ide karya musiknya secara lengkap.
Lumayan
lama, sampai pada taraf dirasakan seperti “tak ada kepastian”. Yockie
dikejar-kejar untuk karya-karya musiknya, semua lagu yang dipakai dalam acara
itu adalah lagu dari Koes Bersaudara dan Koes Plus. Ia selalu saja seperti
mengelak atau mengulur-ulur waktu. Sempat terjadi kayak kegalauanlah, di antara
Garin Nugroho, Eko Supriyanto hingga Bre
Redana, sang penggagas dan pembuat cerita.
Tapi
begitulah, memang Yockie memerlukan waktu “perenungan” yang relatif panjang
untuk dapat melakukan interpretasi kembali terhadap karya-karya Koes Bersaudara
dan Koes Plus itu. Toh hasilnya, harus diberi acungan jempol! Saya menyebutnya,
sebagai salah satu karya musik terbaik dari Yockie Suryoprayogo.
Seperti
ambil contoh satu saja, lagu mellow,
‘Selamat Tinggal’. Di tangan Yockie menjadi sebuah lagu yang lebih dramatis,
kelu dan lebih “menyayat”. Tetapi sekaligus megah dengan permainan solo piano Yockie
sendiri serta balutan orkestrasi, yang digarap oleh Oni Krisnerwinto. Serta dukungan koor yang dibentuk oleh Aning Katamsi.
Sayangnya,
karya-karya olahan musik Yockie dalam DIANA, tak disebarluaskan dalam bentuk
album rekaman tersendiri. Padahalmacam lagu Selamat Tnggal itu,menjadi “lebih
abadi” lagi, kemungkinan bisa diterima pelbagai jaman. Lagu pas untuk “theme=song”
putus cinta, ditinggal sekolah di luar, terpaksa putus karena kehendak ortu
bahkan...ambruknya mahligai rumah tangga!
Mas
Yockie yang baik, so sorry kalau saya
sedikit bercerita tentang kisah lama seputar Diana itu ya. Maafkan. Saya
sebenarnya lebih merasa sedih, daripada kesal dan kecewa sih, saat mas Yockie
malah nge-block saya saat itu.
Menariknya,
cerita tentang saya di block dan “mengecewakan”nya itu, kerapkali diceritakan
kepada orang-orang lain oleh Yockie sendiri. Tetapi ceritanya di depan saya
lho! Sambil tertawa lebar. Sayapun tersenyum saja. Mas Yockie ini ada-ada
saja....
Tapi
itu memang cerita yang tak pernah bisa saya lupakan. Itu macam sejarah hidup
saya, di satu ketika dekat dan bekerjasama dengan seorang maestro musik
Indonesia. Yang saya hormati dan kagumi betul, karya-karya musiknya. Ini nih
jadi susah kan? Kadung respek dan memberi apresiasi tinggi, eh malah
diblock....
Yockie, latihan gabungan DIANA di studio Pengadegan, 2010 |
Lalu
begitulah, cerita saya mengenal Yockie ini sampai pada pementasan LCLR+ di 1 dan 2 Oktober 2015. Waktu
itu yang bikin adalah XI Creative.
Saya nonton pada 2 hari itu. Seneng aja liat suasananya. Lagu-lagunya juga
bagus-bagus kan? Diambil dari album Dasa
Tembang Tercantik, Lomba Cipta Lagu
Remaja Prambors, edisi 1977, 1978, 1979 mayoritas. Ditambah beberapa lagu
karya Yockie yang lain.
Jadi
waktu hanya menonton. Kemudian ternyata konsep konser tersebut diambil sebuah show production atawa promotor, lalu
dibawalah untuk dipentaskan di Sasana Budaya Ganesha, Bandung. Saya diajak, ya
nonton saja. Ikut dooong.
Lha
tahu-tahunya, konsep itu berlanjut terus. Lho, jadi kayak tour dong? Iya, gitu
deh. Dipentaskanlah di Surabaya, saya diajak untuk ikut serta. Sekarang, ada “job”nya, memotret! Ikut lagi deh.
Lalu
eh ke Malang lagi, saya ikut lagi. Ikut ngurusin artis-artis. Nambah job saya.
Seru kan? Dan abis dari Malang lalu ke Yogya, ini beneran jadi kerja. Ya
mengurus artis “secara resmi”lah gitu. Saya malah dengan kekasih hati saya,
yang langsung dilibatkan. Kami berdua mengurusi talent.
Nah
di antara acara-acara serial konser LCLR+, yang lalu menjadi BPB+ (Badai Pasti
Berlalu plus) itu, saya jadi semakin dekat dengan Yockie Suryoprayogo. Malah
pernah belakangan Yockie meminta saya, bantuin menjadi tenaga production-nya, untuk show-shownya.
Persiapan DIANA, di DSS Studio, 2010. Rayendra Sunito, Eet Syahranie, Nini Sunny dan Yockie Suryo Prayogo |
Terutama
setelah beberapa konsernya di Hard Rock Cafe, seperti konser ulang tahunnya.
Kalau konser terakhir di Hard Rock Cafe, Intimate
Concert nya karena satu dan lain hal, saya tak terlibat. Bantu-bantu
sedikit saja, itupun juga ga kelihatan dan ada yang menganggap ga jelas kerjaan
saya. Hihihihihi. Ya ga papa juga.
Tapi
Yockie mencari saya, dikirimnya message.
Menanyakan kenapa saya tak ikutan, kok ga bantuin? Dia mengabarkan lagi
menginap di sebuah apartemen, sampai memotret ruangan apartemen itu. Hahahaha... Saya tahu, mas Yockie
“menggoda” saya untuk datang. Tapi kalau saya datang, itu pasti akan mengganggu
waktu istirahatnya!
Problem
yang paling “meresahkan”, sebenarnya, meresahkan banyak orang tapi terlebih
pasti keluarganya. Yaitu Yockie itu senang sekali begadang. Tidur hanya
sebentaran, kalaupun bisa tidur itu sudah alhamdulillah, bangun dan melek terus
sampai matahari bersinar!
Sendirian
saja, ia bisa terjaga. Palingan asyik buka Facebook!
Atau sosial media yang lain. Seringkali diselingi dengan berbalas-balasan pesan
lewat whats app. Terus tuh, sambil merokok juga. Dan kuat sampai lewat subuh!
Itu bisa dibilang,”jadwal” tetapnya saban hari....
Dan ya seperti cerita di atas itu, ternyata sambilannya main game simulator pesawat gitu. Apa dulunya, mas Yockie pernah punya cita-cita jadi pilot ya? Kabarnya sih begitu, kata mbak Tiwi, istrinya. Menurut mbak Tiwi juga, mas Yockie itu lahir memang di Demak lalu ke Jakarta, sempat ke Balikpapan. Kemudian Malang. Lalu balik lagi ke Jakarta.
Dan ya seperti cerita di atas itu, ternyata sambilannya main game simulator pesawat gitu. Apa dulunya, mas Yockie pernah punya cita-cita jadi pilot ya? Kabarnya sih begitu, kata mbak Tiwi, istrinya. Menurut mbak Tiwi juga, mas Yockie itu lahir memang di Demak lalu ke Jakarta, sempat ke Balikpapan. Kemudian Malang. Lalu balik lagi ke Jakarta.
Kegemaran
Yockie berinteraksi dengan publik via media sosial, khususnya facebook, sempat
dipergunjingkan. Karena Yockie seringkali emosional! Nah lho. Ada orang
mengajak berdebat, lha diladenin
terus. Padahal kenal juga ga....
Saya
pernah bilang, mas ga usah ditanggapinlah
yang aneh-aneh di facebook. Itu kan cuma iseng ngegangguin mas doang. Jawabnya, kalau dia iseng ya kita isengin balik. Tapi, lanjutnya lagi,
kita harus mengajarkan mereka dong. Ga bisa seenaknya aja. Kalau sudah kelewatan, ya saya block saja. Begitu
jawab lengkapnya.
Persoalan
sedikit pelik, ketika Yockie juga menyenggol soal politik. Apalagi pada suasana
pilkada DKI 2017 lalu itu. Ketidak benaran kan harus ditunjukkan, diingatkan,
begitu sih alasannya. Maka, “musuh”nyapun bertambahlah di khasanah sosial media
itu. Ia tak bergeming, tetap berani beradu persepsi dan opini!
Nah
omongin soal “fenomena emosionalnya”
di facebook itu, bisa berlama-lama. Yockie bisa menjelaskannya dengan sedikit
menggebu-gebu. Kira-kira ya, hampir semenggebu-gebunya, ketika omongin musik
Indonesia, industri musik baik rekaman dan show. Kaitan dengan sponsorship, dengan pembiayaannya.
Di
titik itu, keresahan dan kegundahannya membuncah. Ia sering menyampaikan
keresahannya, sebagai musisi harus berkarya, menunjukkan karyanya. Jangan hanya
berhenti pada catatan-catatan. Tapi perlu modal untuk mengimplementasikan niat
dan keinginannya.
Di
sisi lain, sponsor memiliki paradigma-paradigma berbeda, dengan yang
dimilikinya atau musisi lainnya. Menyatukan persepsi itulah yang selalu menjadi
ganjalan. Padahal, sekali lagi, sebagai musisi haruslah berkarya. Dan karena
karya-karyanya iapun boleh hidup karenanya? Yockie menjawab dengan tegas, ya
sudah pasti!
Kegundah-gulanaannya
memang di situ. Sementara ia juga memahami, bahwa ia adalah seorang profesional
sejati. Musisi yang hidup semata-mata dari musik. Kasarnya kan, musik adalah pendaringannya. Tapi ia harus senantiasa
siap untuk memberi penjelasan atas parameter bermusiknya, terhadap pihak-pihak
yang memiliki potensi untuk mendukung keinginannya.
Yockie
juga resah melihat perkembangan musik Indonesia saat ini, terutama dengan
pemunculan musisi-musisi muda. Tetapi ia juga memiliki catatan,beberapa nama
yang baru, yang dianggapnya benar. Pokoknya ramai, kalau berdiskusi dengan
Yockie. Satu hal yang tersirat jelas, ia bersikukuh betul dengan pendapatnya.
Idealis
ya? Bisa dibilang demikian. Ia teguh berpegang pada prinsipnya. Ketika
memerlukan dukungan, finansial, untuk konsernya misalnya. Ada domainnya yang Yockie akan gerah kalau
diutak-atik. Kadang, sekitarnya mengatakan, ini nih susahnya Yockie....
Suatu
ketika, Yockie pernah mengajak untuk berdiskusi “rada serius tapi santai tapi
lantas emang serius”. Mengajak Adib
Hidayat dan Denny MR, dua
sahabat dekat yang jurnalis musik mumpuni itu. Juga tentunya, Kadri Mohamad,
sang lawyer cum rocker yang punya bergudang-gudang
ide. Dan saya, dengan Yockie ditemani istrinya, Tiwi. Rame dan panjang....
Tapi
begitulah, menyoal idealismenya misalnya ya. Toh “susah”nya adalah hal yang
sulit terbantahkan bahwa ia telah menghasilkan setumpuk karya-karya musik yang
sangat mewarnai musik Indonesia. Karya-karyanya punya nilai tersendiri, dan
terbukti telah meraih atensi sekaligus apresiasi istimewa dari kaum penikmat
musik.
Lihat
pada karya “pop” yang membesarkan namanya macam Badai Pasti Berlalu, dimana ia
berkarya bersama sahabat-sahabatnya seperti Erros Djarot, Chrisye
sampai Debby Nasution. Berlanjut
dengan hasil angan-tangan kreatifnya membesut para finalis 10 besar Lomba Cipta
Lagu Remaja, buatan Radio Prambors.
Badai
Pasti Berlalu, lewat vokal khas Chrisye dan Berlian Hutauruk, menjadi album pop paling fenomenal. Sama tinggi
penilaiannya dari sisi artistik, dengan filmnya yang dibesut sutradara Teguh Karya. Dan Lomba Cipta Lagu
Remaja itu, munculnya juga di tahun yang sama 1977.
Keduanya
adalah album musik pop yang “sangat berbeda”, dari yang ada saat itu. Pop yang
megah, lebih kompleks pada tatanan nada tetapi tetap menghibur, menghenyakkan,
menyentuh jiwa, mengaduk emosi. Dulu itu kan lalu ada yang menyebut munculnya
apa yang disebut “pop kreatif”. Yockie salah satu tokoh pionir terdepannya,
dengan ide-idenya dalam komposisi atau membentuk bungkusan musiknya. Selain
lewat permainan piano dan keyboardnya.
Sedari
God Bless, Yockie sudah memperlihatkan permainan keyboard yang memberi
aksentuasi lebih symphonic atau orkestral.
Saat mengutak-atik musik pop pun, ia tetap pada bentuk itu. Malah sepertinya,
ia nge-lead dengan suasana simfoninya
itu.
Satu
ketika pernah Yockie bercerita. Saya coba ingat-ingat nih mas Yockie. Bahwa
tahun-tahun itu, memang enerji bermusiknya tengah menggelegak. Tapi ia tak
menampik bahwasanya, ia juga dikelilingi sahabat-sahabatnya yang sama dalam
visi dan misi.
Yockie
kemudian malah seperti menggalang semacam “revolusi” dalam bermusik pop ya?
Yockie pernah bilang, inspirasinya dari The Beatles. Ia menyebut semua album
The Beatles itu. Lalu dengan apa yang kemudian terjadi di industri musik dunia
pada era 1970-an itu.
Tambahan
catatan, Yockie kemudian juga menghasilkan Sabda
Alam kan? Album yang melejitkan Chrisye sebagai penyanyi pop pria, dengan
karakter suara dan penampilan uniknya. Setahun sebelumnya tentu saja dengan Jurang Pemisah.
Jurang
Pemisah sebetulnya dianggap album perdana dari Chrisye, dimana itulah kali
pertama almarhum Chrisye direkam khusus sebagai penyanyi dalam sebuah album.
Chrisye bermain bass juga di album itu. Yockie bermain kibor, gitar dan drums.
Selain juga melibatkan nama Ian Antono dan Teddy Sujaya.
Sekian
waktu Yockie senantiasa mengawal Chrisye. Juga melibatkan nama Erros Jarot
sebagai penulis lagu. Tetapi kemudian
Yockie mulailah berkelana sebagai music
director atau producer, pada
album-album solo banyak penyanyi. Baik rock maupun pop.
Antara
lain ia membesut musik untuk album Dian
Pramana Poetra, Titi DJ, Vonny Sumlang hingga Keenan Nasution, Andi Meriem Matalatta dan lainnya.
Selain
album rock, sebenarnya lebih tepat disebut pop rock, dari Ikang Fawzy, Mel Shandy,
Ita Purnamasari sampai Nicky Astria. Bisa dibilang, sebagian
besar album sempat menghasilkan hits single yang lumayan populer di jaman itu.
Setelah
perjalanan itu, Yockie seperti masuk pada episode selanjutnya. Dimana ia
bersekutu dengan maesenas, Setiawan
Djodi. Dalam sebuah album,beserta konser yang cukup fenomenal, Kantata Takwa.
Menurut
Yockie, konsep Kantata Takwa itu sangat menarik. Ia terlibat dan senang untuk
mendukung album ini, karena isinya seniman atau budayawan semua. Bayangkan, hingga
WS. Rendra ada. Selain itu, Sawung Jabo, Innisisri, Donny Fattah
sampai Iwan Fals.
Kolaborasi
bermusik, yang berlandaskan kepedulian pada problematika sosial tersebut,
bermula dari sebuah workshop yang
penuh semangat. Sayangnya, ini menurut Yockie, tak bisa berkelanjutan untuk
waktu panjang. Problematika sosial itu, akhirnya juga dialami para personilnya.
Maksudnya?
Yockie
hanya terkekeh-kekeh ketika ditanya begitu. Ada pergeseran pada sudut pandang
para personilnya, ketika sudah berjalan dan ternyata sukses meraih atensi
publik, begitulah kira-kira jawaban Yockie. Yang kemudian terkesan, ia enggan
bercerita lebih panjang lagi soal Kantata Takwa ini.
Iya
memang begitu, di waktu yang memungkinkan saya bisa ngobrol dengan Yockie, ia
lebih banyak bercerita seputar God Bless. Termasuk segenap problem-problem dan
konflik di dalamnya. Menyoal Kantata Takwa, yang jelas ia tetap bersahabat
dekat dengan Setiawan Djodi untuk seterusnya.
Djodi
sendiri mengakui peran penting Yockie dalam Kantata Takwa. Musiknya Kantata
Takwa itu ya musiknya Yockie. Ia memberi apresiasi dan respek penuh, sehingga
meneruskan persahabatan, hingga akhir hayat Yockie. Djodi menjadi lebih peduli,
ketika Yockie telah didiagnose menderita penyakit sirosis. Itu sama dengan yang
dialami Djodi, yang “diselesaikan” lewat operasi transpltasi hati di Singapura.
Sayang
Yockie tak dapat melalui operasi tersebut, begitu Djodi agak menyayangkan.
Memang Yockie punya handicap berbeda
dengan dirinya, untuk bisa memasuki tahapan transplatasi hati tersebut.Yockie
punya problem diabetes. Walau itu bukan lantas membuat Yockie tak mungkin
menjalani transplantasi, terang Djodi.
Yockie bersama Setiawan Djodi, di Hard Rock Cafe |
Djodi
beserta istrinya, terbilang rajin mendatangi Yockie di rumah sakit. Apalagi
setelah Yockie mengalami serangan stroke,
sampai membuatnya masuk masa kritis dalam keadaan coma. Pada saat itulah, beberapa kali saya sempat berbincang dengan
Djodi, terutama soal sirosis. Sampai menyenggol pengalaman spiritualnya, saat
harus menjalani koma, paska operasi transplatasi hatinya itu.
Susahnya,
mas Yockie itu mengidap komplikasi kan? Kalau mas Yockie sendiri mengungkapkan
ia menderita sirosis yang belumlah terlalu lama didiagnose. Selain itu juga
diabetes, ini penyakit lamanya. Belum lagi ditambah hepatitis c. Dan terakhir itu, terkena stroke, yang menyerang
pembuluh darah di otaknya.
Lalu
kembali ke perjalanan Yockie. Setelah Kantata Takwa, atau di sela-sela kesibukannya
dengan Kantata,ia juga bergabung dengan Swami.
Di dalamnya ada Sawung Jabo, Innisisri, Iwan Fals dan Naniel. Notabene adalah “kolega”nya di dalam Kantata Takwa.
Kantata
Takwa dan Swami, lebih ke rock. Seolah mengembalikan jati diri seorang Yockie. Back to be rocker! Yeah! Tapi untukYockie,ia tak menganggap Kantata Takwa atau Swami
bermusik rock Bukan itu yang penting, menurut Yockie.
Bagaimana
menyajikan kritik sosial, mengangkat problematika sosial di era pemerintahan jaman
itu, ke publik. Lewat musik, kritiknya dipahami masyarakat. Seperti protes atas
ketimpangan yang terjadi, tapi tetap menghibur. Perhatikan saja musiknya,
begitu terang Yockie satu ketika.
Suasana
etnik juga ya mas, itu pernah saya kemukakan pada Yockie. Yockie mengiyakan. Lebih
perkusif, menurut Yockie begitu. Karena itulah, bunyian musiknya mungkin lebih familiar di kuping publik kebanyakan.
Rock bernuansa etnik?
Apalagi
kalau menilik musiknya kelompok Suket. Yockie gabung dengan beberapa musisi Surabaya,
seperti Didiet Sakshsana, Rere Reza, Edi Kemput, selain itu juga ada Jalu Pratidina dan Naniel.
Lebih kental suasana musik folk rocknya.
“Rock kerakyatan”?
Lalu
pada masa berikutnya, Yockie pernah juga tampil mendukung sebuah Rock Opera, di tahun 2003. Dimana kali ini
ia bertemu dan berkolaborasi dengan Renny
Djayoesman dan Teater Koma. Ada
Iwan Fals juga ikut mendukung. Selain para rocker lain, baik musisi maupun
penyanyi.
Ya
lalu sampailah pada Musikal Diana yang digelar di Plenary Hall, JCC, tahun 2010
itu. Yang persiapannya dilakukan di Jakarta dan Solo, selama sekitar 5 bulanan
lamanya. Yang lantas mempertemukan saya dengan Yockie itulah...
spontanitas itu haruslah bermakna kejujuran
berekspresi yg bisa dipertanggung jawabkan dan itu hanya bisa dilakukan apabila
musisi sudah terlibat dalam persoalan musik dan lagu yg
dimainkannya...karenanya hrs latihan , latihan dan terus latihan ... yang dibutuhkan
hanyalah pergaulan diluar urusan musik yang terbuka dan sehat
'nyet..! salah loe; anjiing...; begitulah bahasa2 kalimat yg
simpang siur diantara kami
(salah
satu status mas Yockie, di Facebook. Melengkapi foto, kebetulan jepretan saya,
mas Yockie dengan kibornya dan Windy Setiadi dengan akordeonnya di atas panggung,
konser Menjilat Matahari)
Nicky Astria |
Benny Soebardja |
Berlian Hutauruk |
Rere Reza, drummer |
Mas
Yockie, nuwun sewu mas. Saya coba
colek beberapa teman baik. Mereka pernah secara langsung merasakan banyak hal
dari mas Yockie. Mereka saya minta mengingat-ingat hal sekitar mas Yockie....
Seperti
cerita Nicky Astria nih. “Hanya mas
Yockie yang menegur saya, menegur baik-baik ya. Kan saya tuh, kalau abis
rekaman itu, pilih langsung aja pulang tuh. Selesai, ya ngibrit pulang. Rekaman teh kayak sekolah gitu lho dulu itu...”
Cerita
Nicky lagi, Yockie lalu menegurnya dengan bilang, Nicky saya lihat kamu dari
dulu-dulu, abis rekaman langsung pulang. Harusnya jangan begitu, dengerin dulu
hasil hari itu, apa yang kurang. Gimana mau lebih baik, kalau kamu ga tau mana
yang harus diperbaiki, mana yang terasa kurang?
Nicky
bilang, dari semua musisi yang pernah kerja bareng sama dia, hanya Yockie
seorang yang menegurnya kayak gitu. Tegurannya itu, kena di hatinya. Dan ia
memberi respek atas teguran itu. Yockie juga, Nicky ingat, bilang bahwa ia
harus menghargai profesinya.
Yockie
sendiri pernah menggarap musik untuk lagu, ‘Biar Semua Hilang’ (album Tangan Tangan Setan, 1985) lalu lagu,
‘Bebas Lepas’ (album Gersang, 1986).
Nicky ingat, yang terlibat nyaris full itu,
di album Kemana yang rilis tahun
2003.
Yang
jelas, karena diingatnya terus nasehat Yockie itu, maka pada album Restropective, rilis 2013, ia turun
tangan langsung. Rekamannya itu gw dengerin bener-bener.
Gw minta backin vocal sendiri juga.
Kalo pas dengerin lagi di rumah, ada yang kurang enak gitu, gw minta retake.”
Sampai
iapun ikut repot milih-milihin desain
cover sampai fotonya. Hasilnya, menurut Nicky, “wah itu cover album gw paling
keren deh ya menurut gw sendiri ya...hahaha.”
Youngky Soewarno yang jadi produser atau music director album itu sempat
bilang, dia senang karena Nicky semangat lagi.
Ada
juga kenangan yang diingat gitaris dan vokalis Giant Step, Benny Soebardja. Benny ingat, ia pernah didatangin Deddy Stanzah dan Yockie di Bandung,
pada satu saat. Itu setelah Yockie keluar dari God Bless, kemudian Soman Lubis menggantikannya. Yang
membuat Soman Lubis keluar dari Shark
Move.
Kan
Shark Move itu grup yang dibentuk juga oleh Benny Soebadja. Nah ya kebetulan
kan, Deddy dan Yockie ajak bikin band, jadilah Giant Step. Maka itulah Giant Step formasi pertama dengan saya,
Yockie, Deddy dan Sammy Zakaria. Dari situlah juga saya mengenal Yockie,
dulunya itu saya tahunya namanya Yongkie.
Waktu
itu, cepat bisa beradaptasilah ya, satu sama lain. Makanyakan, langsung memang
kita bikin band itu. Yockie memang musisi yang cepat tanggap sih, jadi kan
persiapan itu lancar. Perkenalan awal itu di tahun 1975 tepatnya.
Lalu
ini nih, “ito” Berlian Hutauruk.
Ceritanya, “Waktu awal, sebelum proses rekaman Badai Pasti Berlalu,Yockie ke
rumah saya. Ya di rumah ada piano, lalu dia main deh. Aduh kok ya enak banget
jadinya piano saya itu, sebelumnya ga pernah dengar piano saya itu bunyinya
seenak itu lho...”
Dan
kemudian waktu itu kita break untuk
makan siang, masih di rumah saya, lanjut Berlian. Suguhan makanan rumahanlah
ya. Nah itu ada tempe goreng ya, kata Yockie, itu tempe enak banget. Dan Yockie
inget terus sampai waktu lama. Itu sisi pribadi Yockie yang saya ingat terus.
Yockie baik orangnya.”
Berlian
bilang, cerita yang dikenang banyak banget. Tapi dia ga sanggup ceritain lagi,
karena dia juga merasa sangat kehilangan. “Yang jelas sih, kami berdua itu beda
deh di luar panggung dan di atas panggung. Kalau di panggung,kita bisa fokus
masing-masing, untuk menghasilkan hasil yang terbaik yang bisa kita lakukan.”
Luar
panggung ya tentu saja beda kan. Kita bisa becanda kemana-mana, haha hihihihi. Seru kalau kita itu lagi
mengenang waktu-waktu dulu, terutama ya sekitar proses Badai Pasti Berlalu itu.
Oh
ya, saya random saja pilih musisi dan
penyanyi, untuk mengenang mas Yockie nih mas. Pastinya, musisi dan penyanyi
yang kerapkali bekerjasama dengan mas Yockie dari dulu sampai .... saat-saat
terakhirnya mas Yockie.
Ada
Mochamad Reza atau Rere, drummer. Dia kan dikenal sebagai
drummernya Grassrock lantas menjadi salah satu session player yang lumayan laris. Jangan-jangan karena mas Yockie
juga? Hehehe....
Rere
bercerita, ia mulai bekerjasama dengan mas Yockie dari albumnya Mel Shandy,
album Bianglala. Album itu dirilis tahun 1989. Kemudian album-album lainnya,
terutama solonya mas Yockie,juga show-shownya.
Sampai
ke Suket juga. Terutama ya memang setelah Kantata Takwa. “Mas Yockie itu
orangnya sangat perhatian sama proses kreatif,”ucap Rere. Orangnya detil dan
juga mengulik musik banget, tambahnya.
Ya
Rere merasa cukup dekat, apalagi waktu dia baru hijrah dari Surabaya ke Jakarta,
ia sering banget numpang tidur di rumah mas Yockie yang di Kebon Jeruk.
Kesempatan itu, Rere pakai untuk berguru dengan Yockie.
Ya
dengan banyak tanya, diskusi-diskusi, omongin musik. Terutama apa yang sudah
direkam atau dimainkan gitu. “Gw tuh pernah ditegur mas Yockie di atas stage lho, gara-gara gw ga fokus.
Langsung sadar deh. Dia tau banget, gw lagi ga fokus....”
Terakhir
Rere bekerjasama dengan Yockie untuk konser Menjilat Matahari, 12 Oktober di
The Pallas. Konser itu memang diinginkan Yockie, mempertunjukkan sisi rocknya,
jadi mengedepankan karya-karya rocknya bersama God Bless dan Kantata Takwa
misalnya. Dan Yockie menginginkan musisi pendukungnya memang yang rocker.
Waktu
itu Rere bersama Edi Kemput, Krisna Prameswara dan Daeng Octav. Juga didukung gitaris
lain, Totok Tewel. Selain melibatkan
lagi, Didiet violin serta mengundang
Windy Setiadi,membantu dengan
akordeonnya.
Indro Hardjodikoro |
Restu Triandy, atau Andy /rif |
Ariyo Wahab |
Didiet Violin |
Foto bagus ini dari angle yang "mahal" adalah jepretan Bayu Randu |
Foto karya Bayu Randu yang saya puji banget! Suka dengan foto ini |
Kemudian
saya colek Indro Hardjodikoro. Indro
ini menjadi “asisten terpercaya” dalam menata musik pergelaran LCLR+. Dan seterusnya,
hingga terakhir. Hanya di konserMenjilat Matahari saja,Indro tak terlibat
samasekali.
Pertama
kenal mas Yockie di sekitar 1998an, itu di RCTI. Mas Yockie syuting acara apa,
saya syuting acara lainnya, begitu kenang Indro. Tapi ngobrol serius ya baru sekitar
2005 lah. “Kemudian kan saya dilibatkan menjadi bassis di konser DIANA itu.
Dari situ memang jadi tambah dekat lagi. Abis itu,main untuk sebuah konser di
Jakarta, drummernya Rere tuh.”
Selama
perjalanan tur konser LCLR+ dan BPB+, Indro juga bertugas membentuk “band”
pengiringnya. Mengkoordinir para musisi itu, menyiapkan segala hal untuk masa
persiapan band menjelang konser. Karena lebih condong ke pop ya, sehingga mas
Yockie lebih memilih Indro dan kawan-kawannya?
Walau
pop banget ya juga nggak sih ya. Karena tetap saja, suasana rocknya kelihatan
kan Indro mengiyakan sambil senyum, ya aku sih mencoba bisa membantu mas Yockie
sebisa mungkin, sesuai keinginannya. Ada kisah kasihnya sih, tapi itu kan
serunya proses bermusik ya...” Ungkap Indro lagi.
Buat
Indro, Yockie adalah sosok yang idealis dan tegas dengan prinsip-prinsipnya.
Untuk banyak hal, apalagi untuk musik. “Kesannya memang galak, tapi sebetulnya
sih orangnya baik hati dan sangat toleran. Dia betul-betul memperjuangkan
hak-hak berkesenian, maksudnya hak para seniman dan budayawan gitu.”
Selama
perjalanan konser LCLR+ dan BPB+ hingga beberapa konser lain, teristimewa yang
diadakan di Hard Rock Cafe Jakarta, Indro terus mendukung Yockie. Dimana Indro
dibantu pula sepenuhnya oleh sang istri tercinta, Naya.
Oh
ya ada juga orang yang selalu mendampingi mas Yockie, sejak musikal Diana. Bayu Randu namanya. Ia diajak untuk
menjadi kayak “tehnisi” segalaperalatan kibor Yockie. Ia yang melakukan
finalisasi setting, pokoknya menyiapkan perabotan keyboard itu untuk siap
dimainkan Yockie.
Bayu
Randu, yang dikenal juga sebagai sound engineer dan bergiat pula dalam media
musik digital, mas Yockie memang keras orangnya tapi baik. Contoh jelasnya,
kalau dari sound check apalagi pas
show, Bayu harus berada dekat peralatannya. Bener-bener jadimacam “pengawal
pribadi”. Dan harus sigapdan cekatan.
Karena
itulah, Bayu yang suka memotret iseng-iseng itu, sampai seringkali pengen betul
memotret namun kawatir nanti mengganggu konsentrasinya membantu Yockie. Takut
diomelin juga sih, kata Bayu.
Satu
ketika, ia kepergok “diam-diam” oleh Yockie, ya lagi motret Yockie. “Abis acara
eh itu sound check kali ya, mas Yockie menegur, tadi kamu motretin saya ya? Ya
saya ngaku aja, rada takut juga aduh kena tegur nih. Tapi ternyata mas Yockie
malah bilang,kalau motret bilang-bilang dong, omongnya sambil senyum....”
Buat
Bayu, kalau semua set-up lancar dan sesuai keinginan mas Yockie, itu artinya
aman dan damai. Tapi jangan coba-coba sekali mas Yockie perlu dia, lalu mas
Yockie ga melihat Bayu, “Waduh kalau itu sih, masalah besarlah. Ga boleh
tuh,”cerita Bayu.
Kemudian
ini Didiet Violin, Sigit Arditya nama lengkapnya. Didiet
kan terus diajak spanjang LCLR+ dan BPB+. Bahkan saat Menjilat Matahari, dalam
konsep rock itu, Didiet dengan violinnya tetap diajak serta. Didiet bilang, oom
Yockie itu ngajarinnya sampai hal-hal kecil, tapi sesuai idealisnya orang
klasik, itu yang aku inget.”
"Mulai
intro lagu itu jgn pake itungan, udah masuk aja, saya pasti langsung
iringin" Jadi buat beliau tempo lagu itu gak berdasarkan metronome atau itungan dari hi hat drum, terang Didiet lagi. “Tapi
rasain aja, nanti tempo suatu lagu akan sama kalo kita sering latian bareng...”
Oom
Yockie buatku pribadi, juga istriku Mery
ya, orangnya tuh karismatik. Sosok yang tegas, tapi beliau sayang sama kita.
Itu terasa ya,”Ucap Didiet lagi. Oh ya, Mery, sang istri, juga mejadi langganan
sebagai pendukung konser LCLR+ dan BPB+, di posisi backing vocal.
Buat
Ariyo Wahab, vokalis, mas Yockie itu
seorang pejuang, apresiatif, pintar dan selalu update. “Terasa deh, main
musiknya itu dari hati,”jelas Ariyo, vokalis dari The Dance Company dan Free on
Saturday selain SoG ini.
Orangnya
juga jujur, kata Ariyo lagi. “Dalam artian, ya kalau iya ya iya, ngga ya ngga.
Ga pernah terkesan ragu. Orangnya juga ceplas ceplos. Kalaupun ngajarin atau
ngarahin ya ada becandanya juga gitu, lanjut Ariyo.
Ariyo
mulai kerjasama dari Diana. Kemudian ketika LCLR+ eh atau sudah menjadi BPB+ ya
di Jogjakarta, Ariyo kemudian diajak serta. Berlanjut ke pergelaran lain yang
di Jakarta. Termasuk di Menjilat Matahari, sebagai konser terakhirnya Yockie.
Memang akhirnya Yockie pun “mempersatukan” lagi saya, Ariyo dan Andy rif ya
dengan mas Yockie sendiri tentunya, setelah DIANA yang penuh “romantika” itu.
Andy
sendiri, Restu Traindy Karjono
begitu nama lengkapnya, mengingat Yockie sebagai sosok guru. “Mas Yockie tuh
guru yang ga pernah sungkan atau pelit untuk berbagi ilmu, tentang bernyanyi ya
tentang musik juga.”
Orangnya
memang tegas, tapi sebagai teman juga menyenangkan kok, banyak becandanya.
Seringkali mengajarkan atau ngarahin gitu, sambil berbagi pengalaman ya. Jadi
kan, gampang kita terima dan enak aja.”
Andy
ingat ia pertama kali kerjasama dengan Yockie mulai Rock Opera di 2002. Abis
itu kan ya langsung dengan Diana. Di Diana-lah, lalu Yockie memiliki ide untuk
“mengadu” Andy dan Ariyo. Lebih tepatnya sih bukan beradu gimana ya, tapi
berduet kali ya. Dan itu keterusan, bahkan untuk acara-acara lain yang tidak
melibatkan Yockie sekalipun.
Andy
seperti juga Ariyo, yang saya ingat ya, memang langsung jadi “pilihan prioritas
utama” waktu menyiapkan konser terakhir, Menjilat Matahari. Kayaknya sih ya
harus ada Andy dan Ariyo. Saya sendiri langsung diminta ,mengontak Andy dan
Ariyo. Begitu keduanya menyatakan bisa, terlihat betul raut tenang wajah mas
Yockie. Eh beneran kan ya mas? Amanlah ya kalau Andy dan Ariyo bisa?
Jadi
pada konser terakhir itu, Andy dan Ariyo sebagai penyanyi bersama Budi Cilok
dan juga Nicky Astria. Mas Yockie juga menyanyi, sementara mas Djodi ikut
menjadi guest star sebagai gitaris, khususnya di lagu-lagu Kantata Takwa.
Itu
adalah memang konser terakhir Yockie Suryo Prayogo. Konser yang sudah
diidam-idamkannya sejak beberapa waktu sebelumnya. Ia memang berkeinginan
sekali-sekali lebih ngerock. Walau sbetulnya, keinginan atau cita-cita
“terbesar”nya adalah bisa memanggungkan lagi Musik Saya adalah Saya.
Yockie
pernah mengutarakan niatnya soal Musik Saya adalah Saya itu, saat persiapan
Menjilat Matahari. Ia kepengen konser selanjutnya ya Musik Saya adalah Saya.
Saya mendukung banget karena buat saya, saya kan bilang ya ke mas Yockie, aduh
konser itu betul-betul mas Yockie! Title nya itu lho, gagah betul dan klop
banget sama keteguhan idealismenya seorang Yockie!
Konser itu, digelar 1979 dan diikuti dirilisnya album, adalah kolaborasi Yockie dengan Idris Sardi, yang dikemas sahabat baik Yockie, Sys Ns. Sys memang menjadi sutradara pertunjukkan tersebut. Sys juga yang memilih Yockie menangani album Dasa Tembang Tercantik - Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors pada awal banget, 1977.
Ada Yockie, ada Sys dengan para artis penyanyi, musisi sebelum konser LCLR+ di Surabaya |
Sarah Anjani dan ayahnya, di konser ulang tahun Yockie Suryo Prayogo, 14 September 2017 di Hard Rock Cafe |
Backstage LCLR+ Sabuga, Bandung |
Cukup berani juga Sys Ns mengajak Yockie mengemas sebuah album pop. Tak heran kalau kemudian persahabatan mereka memang kian dekat saja, karena kebetulan waktu itu Sys juga terbilang dekat dengan keluarga dari Tiwi, yang lantas menjadi istri Yockie. Dan untuk seterusnya, keduanya terbilang sangat dekat.
Di
saat persiapan Menjilat Matahari, kondisi tubuh Yockie sudah agak naik turun.
Ia pernah dibawa ke rumah sakit juga. Saat hari konser saja, mas Yockie
terlihat betul agak kurang sehat, jalannya tertatih-taih. Walau ketika di atas
panggung, langsung terlihat segar bugar!
Sebelumnya
pada konser LCLR+ di Malang dan Yogya, juga Yockie harus mendapatkan penanganan
khusus di saat-saat dekat konser. Terutama ia sering merasa lemas atau
jari-jarinya kerapkali berasa kaku. Jalannya juga terasa berat.
Akhirnya,
pada awal banget November itu, Yockie terkena serangan stroke di rumahnya.
Iapun segera dilarikan ke rumah sakit. Yang dapat tempatnya adalah di rumah
sakit Pondok Indah di Bintaro Jaya. Langsung ditangani intensif di ruang ICU.
Ia koma dengan status kesadaran “sangat minimal”. Masuk masa kritis juga.
Tapi toh pada akhirnya, ia ternyata perlahan mulai bisa seperti sembuh. Perlahan tapi pasti membaik, walau memang lambat sekali. Tetapi sempat menimbulkan optimisme, terutama untuk keluarganya. Mas Yockie bisa sembuh. Semangat hidupnya luar biasa.
Tapi toh pada akhirnya, ia ternyata perlahan mulai bisa seperti sembuh. Perlahan tapi pasti membaik, walau memang lambat sekali. Tetapi sempat menimbulkan optimisme, terutama untuk keluarganya. Mas Yockie bisa sembuh. Semangat hidupnya luar biasa.
Cuma
memang Sang Khalik berkehendak lain. Sabtu 3 Februari, Yockie harus dilarikan
kembali ke rumah sakit karena pendarahan serius di buang air besarnya. 2 minggu
sebelumnya, itu artinya beberapa hari sebelum konser Pagelaran Sang Bahaduri yang adalah malam dana untuk dirinya,
Yockie juga masuk rumah sakit karena muntah darah. Walau akhirnya hanya dirawat
dua hari, lalu diperbolehkan pulang.
Dan
pada Senin 5 Februari pagi, saya dan istri dibangunkan pesan melalui whats app,
mengabarkan bahwa mas Yockie telah pergi untuk selama-lamanya. Kami terdiam
berdua, tak sanggup berkata-kata. Mas Yockie, juga mbak Tiwi istrinya, memang
sudah dekat banget dan lebih seperti kakak bagi kami berdua.
Mas Yockie dan mbak Tiwi, mengapit saya dan istri. Pada pesta pernikahan kami, 5 Agustus 2017 |
Mas Yockie bersama mbak Tiwi dan Sarah Anjani, konser BPB Jogjakarta, dengan Gilang Samsoe, Andy /rif, Berlian Hutauruk dan Eghay kibordis. |
Saya
pribadi ingat betul,betapa mas Yockie seringkali becanda seperti “mencolek”
hubungan saya dengan istri saya sekarang itu. Tentunya waktu itu kami masih
berpacaran ya. Jangan lama-lama ya Dion dan Tyas, itu yang sering ditanyakan
sambil tersenyum.
Lalu
mas Yockie juga beberapa kali bilang, kalau nanti jadi saya harus dikirimi
undangan,jangan lupa lho ya. Begitu pesan mas Yockie. Kami pasti menjawab
dengan senyum lebar. Pasti mas, dan insya Allah mas Yockie dan mbak Tiwi bisa
datang ya...
Kebahagiaan
kamipun akhirnya menjadi lebih lengkap lagi, saat kamipun resmi menikah di 5
Agustus 2017, dan dimana mas Yockie dan mbak Tiwi pun menyempatkan hadir. Mas
Yockie hanya senyum dan bilang, akhirnya ya Dion dan Tyas. Semoga langgeng
terus kalian ya.... Makasih banyak mas Yockie dan mbak Tiwi bisa hadir juga.
Secara
sosok, berasa juga kehilangan itu. Apalagi untuk Pratiwi Puspitasari, istrinya yang sekarang, dengan dua putra
putrinya, Reza Praditya Ramadhan dan
Sarah Anjani Prabanda. Serta Nara Putra Prayindra dan Adelani Puput Ayuningtyas, dua putra
dan putri dari pernikahannya yang terdahulu dengan Indah Soekotjo.
Nara
Putra adalah gitaris, yang saat Menjilat Matahari juga ikut tampil. Sementara
Sarah Anjani juga mulai merintis karirnya sebagai penyanyi, dimana pada
beberapa konser Yockie ayahnya,kerapkali menjadi bintang tamu spesial.
Tulisan
ini susah dimulai. Lamban betul menyelesaikannya. Dan sayapun kesulitan sendiri
untuk menutupnya, mas. Maaf untuk kekurangan-kekurangan saya selama ini, sebagai
teman. Tapi persahabatan kita, sangat berarti mas, buatku dan istriku.
Juga pastinya untuk sahabat-sahabat terdekat banget dari mas Yockie, paling tidak seputar serial konser LCLR+ dan BPB+, Donny Hardono misalnya. Termasuk Indro dan Naya. Tentunya Kadri Mohamad, ini nih "orang"nya yang sadar atau tidak, membuat jalinan persahabatan kita mas, jadi dapat terjalin lagi....
Jangan lupa, saya tak boleh lupain dong, semua "alumni" konser LCLR+,BPB+ dan terakhir harus ikut juga, pendukung konser Menjilat Matahari. Semua pasti merasakan betul, kehilangan yang sangat mas....
Berat nian harus kuucapkan mas...Selamat jalan mas menuju keabadiannya. Sampai kita kelak bertemu kembali pada suatu masa.... Oh ya,nuwun sewu lagi ya mas, saya teruskan saja whats app group "the-Band" yang waktu itu dibuat untuk persiapan Menjilat Matahari. Biarlah menjadi ajang silaturahmi kita untuk terus ingat dengan mas Yockie.
Akhirnya mas Yockie berkumpullah lagi dengan sahabat-sahabat baikmu mas... Mas "Willy" Rendra, Chrisye, mas Roedra Setyabudi dan juga Sys Ns yang mengejutkan malah pergi pulang sebelum dirimu mas.
Juga pastinya untuk sahabat-sahabat terdekat banget dari mas Yockie, paling tidak seputar serial konser LCLR+ dan BPB+, Donny Hardono misalnya. Termasuk Indro dan Naya. Tentunya Kadri Mohamad, ini nih "orang"nya yang sadar atau tidak, membuat jalinan persahabatan kita mas, jadi dapat terjalin lagi....
Jangan lupa, saya tak boleh lupain dong, semua "alumni" konser LCLR+,BPB+ dan terakhir harus ikut juga, pendukung konser Menjilat Matahari. Semua pasti merasakan betul, kehilangan yang sangat mas....
Berat nian harus kuucapkan mas...Selamat jalan mas menuju keabadiannya. Sampai kita kelak bertemu kembali pada suatu masa.... Oh ya,nuwun sewu lagi ya mas, saya teruskan saja whats app group "the-Band" yang waktu itu dibuat untuk persiapan Menjilat Matahari. Biarlah menjadi ajang silaturahmi kita untuk terus ingat dengan mas Yockie.
Akhirnya mas Yockie berkumpullah lagi dengan sahabat-sahabat baikmu mas... Mas "Willy" Rendra, Chrisye, mas Roedra Setyabudi dan juga Sys Ns yang mengejutkan malah pergi pulang sebelum dirimu mas.
Karya-karyamu,
Yockie Suryo Prayogo selalu ada dan
berarti untuk Musik Indonesia kemarin, hari ini dan sampai seterusnya,
sepanjang waktu..../*
Bermusik itu “panggilan
jiwa”, bukan panggilan proyek atau orderan kerja, celaka kalau maknanya “jungkir
balik”
*
tak ada suatu apapun yg disebut
terbaik selagi proses kehidupan masih berlangsung , katagori terbaik baru bisa
didefinisikan apabila proses berkebudayaan manusianya telah berakhir , dan itu
berarti 'sudah mati'
(Saya
ambil beberapa status-status mas Yockie di Facebook. Khususnya pada status ini,
mas Yockie menuliskan dengan gambar liang lahat..... 14 Oktober 2017)
Foto terakhir, saat konser terakhirnya. Persis sebelum Yockie turun panggung, 12 Oktober 2017 |
1 comment:
Rasanya sudah lengkap menjadi kerangka untuk biografi Yockie.
Post a Comment