Bassist
perempuan yang cantik ini, akhirnya merilis debut mini albumnya. Judulnya cukup
mengundang keingin tahuan orang sebenarnya, Midnight Superstar. Who, Why?
Well, tapi bukankah yang paling indah, bahwa ia akhirnya memang bisa
menyelesaikan albumnya lantas merilisnya?
Iapun
mencetak sebuah catatan sejarah yang manis, bahwa ia tercatat menjadi bassist
perempuan pertama di Indonesia, yang dapat menghasilkan sebuah album rekaman.
Langkah berani, itu so pasti. Tapi lebih dari sekedar catatan sejarah, karena
itu bukankah menjadi catatan prestasi tersendiri.
Proses
rekamannya terbilang cepat. Ia menyanggah kalau dibilang ngebut. Mungkin lebih
tepatnya, memang kesempatan yang ada, terbuka begitu lebar untuknya. Ia padahal
tak punya target muluk, yang penting adalah masuk studio lalu rekam. Ternyata
hanya hitungan beberapa bulan, sudah klaar!
Dalam
album perdananya tersebut, ia didukung para teman-teman baiknya antara lain ada
beberapa drummer seperti Echa Sumantri,
Dimas Pradipta, Jeane “Alsa” Phialsa dan Handy Salim. Memperoleh dukungan juga dari gitaris seperti Yonathan Andi Gunawan dan Indra Aryadi.
Ada
juga keterlibatan teman lamanya, pianis Rieke
Astari selain Michael Yosua.
Selain itu ada trumpetist Jordy
Waelauruw, saxophonis yang terbilang cukup senior, Devian Zikri. Juga ikut mendukung, saxophonis lain, Damez Nababan. Dan satu-satunya
vokalis, Evelyn Hutagalung.
Dalam
album tersebut, bertindak sebagai produser adalah Yessi Kristianto, yang juga
mengisi kibor. Selain itu gitaris Indra Aryadi. Dan tepatnya, proses rekaman
sampai selesai album itu, memakan waktu hanya 3 bulan-an saja.
Memuat 6 tracks
yang merupakan original compositions
miliknya seperti, ‘Lullaby for Hans’, ‘All is Well’, ‘Be Not Nobody’. Kemudian,
‘Pengantar Lelap’ yang dibikinnya bersama Ruben
Nuranata, sang suami tercinta.
Kemudian
lagu yang jadi judul album, ‘Midnight Superstar’, digarapnya bareng Yessi
Kristianto. Ada satu lagu karya Indra Aryadi, yang dibawakannya juga, ‘The Dawn
Has Come’.
Ia
membentuk grup bandnya sendiri, yang “tugas pertama” mereka memang mendukung
rekaman album pertamanya tersebut. Grup bernama Sheila and the Upmost itu, kemudian juga menjadi grup tetapnya yang
dibawanya untuk pentas.
Aduh
maaf, keasyikan kasih tahu soal album rekamannya, malah sampai hampir lupa
memperkenalkan doi siapa. Nama
lengkap, Sheila Permatasaka,
kelahiran Jakarta 4 Maret 1984. Putri kedua dari 3 bersaudara, dari pasangan
Johan Sulaeman dan Jeane Ratuwalu.
Sheila
yang bertinggi badan 165 cm dan beratnya 67 kg itu, dan penyuka warna orange dan grey ini, adalah istri dari
Ruben Nuranata dan ibu dari Hans Joachim Nuranata. Si kecil tersayang, Hans
saat ini baru beumur 3 tahun.
Beberapa
waktu lalu, di bulan Desember 2017 silam, saya menemui Sheila Permatasaka
bersama grupnya, Sheila and the Upmost tersebut. Mereka tampil dalam peresmian
rilis albumnya tersebut, di iCanStudioLive.
Kala
itu, para musisi yang mendukungnya adalah Yonathan Andi Gunawan (gitar),
Michael Yosua (piano), Handy Salim (drums), Devian Zikri (saxophone dan flute),
Harley Korompis (trumpet), Yessi Kristianto (kibor). Kemudian Nina Sari Ishak (akordeon) dan Evelyn
Hutagalung (vokal).
Setelah
menuntaskan permainannya, yang sekaligus juga syuting live tersebut, Sheila
saya ajak sejenak ngobrol. Dan kemudian obrolan lebih banyak dilanjutkan via message di whats-app. Selain itu, kamipun lantas sempat bertemu melanjutkan
obrolan, sambil ngopi-ngopi kalem nge-jazz-lah di sebuah kedai kopi.
Baca
saja obrolan ringan saya dengan Sheila, bassis penuh senyum, yang saya kenal
lewat penampilannya bersama Starlite.
Ini sebuah trio dengan semua musisinya perempuan, dimana Sheila bermain bersama
Rieke Astari dan Alsa. Lalu saya jumpai ia tampil dengan beberapa grup lain,
dengan Ina Ladies atau juga
mendukung solo projectnya Tiwi Shakuhachi.
Dion
Momongan (DM) : Sheila, sejak kapan sih kamu belajar musik? Lalu lanjut ke bass
ya...
Sheila
Permatasaka (SP) : Belajar musik dari
SMP secara otodidak, kemudian belajar bass yang formal di Farabi dengan guru
mas Indro Harjodikoro dan mas Adi Dharmawan pas awal kuliah.
DM : Eh
tapikenapa pilih bass sih?
SP : Kenapa
pilih bass? Suka dengan groove dari bass yang mengiringi suatu lagu.
Menurutmu,
apa yang seksi sih dari bass?
SP
: Yang seksi dari bass? Low voice nya!
DM : Eh mungkin ada instrumen lain, yang
disukai, selain bass? Yang mungkin bisa kamu mainin juga?
SP : Instruments kedua yang disukai: drums. Yang bisa dimainin: keyboard, gitar, drums...
DM : Bandmu pertama apa, atau grup band pertama
yang kamu ikut main?
SP : Starlite, itu deh yang bisa di highlight ya. Karena itu memang grupku
pertama banget, sjak 2004 gitu. Malah sempat kami merilis album, di 2014,
judulnya Our Journey.
DM : Siapa bassis favoritmu, yang bisa dianggap
yang memberi banyak inspirasilah ke kamu...
SP : Bassist
favorit: Nathan East, itu yang luar. Kalau yang dalam negeri, Bintang Indrianto dan Indro Harjodikoro, Aku punya
album mereka dan menjadikan sebagai referensi dalam bermusikku. Yang paling
kena sih waktu awal banget itu, album Jazzy Bass nya mas Bintang, itu album
instrumental jazz dalam negeri pertama yang aku punya dan dengerin, dari situ
sangat terinspirasi bgt.
![]() |
Sheila dan Yessi Kristianto |
![]() |
Evelyn Hutagalung dan Nina Sari Ishak |
![]() |
Devian Zikri |
Sheila
mengenang juga, dia punya album Jazz Bass itu. Sayang dia lupa, belinya dimana.
Pokoknya ada, lalu dia dengerin sekali. Eh ternyata menarik hatinya. Dia jadi
sering-sering mendengarkannya.
Dari
situ timbullah kekagumannya terhadap seorang Bintang Indrianto. Dia sempat
mengikuti beberapa album Bintang lain, selain juga nonton pentasnya. Ah ya mas
Bintang untuk ide dan mainnya itu, wah susah digambarin dengan kata-katalah.
Ia
mengaku, sangat terinspirasi dengan permainan Bintang. Ide-idenya juga ia
kagumi. Jadi sekali waktu ia pernah berkiriman pesan dengan Bintang, buat dia
itu sesuatu banget. Ia merasa, waduh gimana senengnya, mas Bintang kok ya mau
ngobrol sama aku walau hanya lewat hape ya...
Tapi
sejatinya, ia juga respek, menghormati dan mengagumi bassis lain. Indro
misalnya, karena memang gurunya, begitupun halnya dengan Adi Darmawan. Selain
bassis-bassis lain.
![]() |
Harley Korompis |
![]() |
Handy Salim |
![]() |
Devian Zikri |
![]() |
Yessi Kristianto |
![]() |
Yonathan Andi Gunawan |
DM Eh iya, by the way, pendidikan formalmu
ada? Yang non musik gitu.
SP :
Lulus sarjana dari Unika Atmaja tahun 2007. Jurusan yang diambil
akutansi. Begitu lulus kuliah, ya main musik sepenuhnya. Hehehehe....
DM : Kamu masih ingat, lagu apa yang bisa kamu
mainin dengan benar dengan bassmu?
SP : Oh, ‘Still
Friend of Mine’nya Incognito. Waktu itu diajarin Dipha Barus, yang sekarang
malah ngetopnya sebagai DJ, hihihi. Kalau lagu Indonesia nya, dan ini aku
belajar sendiri,ngulik-ngulik sendiri, ‘Kamu Harus Cepat Pulang’-ya Slank.
DM : Menurutmu ya, apa sih kenikmatannya dalam
bermusik? Apalagi bermusik secara profesional...
SP : Nikmatnya adalah bekerja sesuai dengan passion dan itu menjadikan segala
sesuatu terasa ringan. Saya bisa mencukupi kehidupan saya secara materi juga
dari jalur musik, bahkan dulu waktu jaman kuliah sempat beberapa waktu terakhir
saya bayar uang kuliah sendiri dari hasil “main musik”
loh...
DM : Kamu tiap hari dengerin musik? Ada
waktu-waktu khusus tertentu?
SP :
Setiap hari dengerin musik, itu pasti. Tapi ga ada waktu spesialnya,
sembarangan aja. Tapi yang pasti ya selalu, setiap hari.
DM : Lagi seneng dengerin lagu atau album apaan
sekarang?
SP : Lagi
senang lagu-lagu lama nih, nostalgia. The
Best of Fourplay, aku masih mengagumi band ini sampai sekarang
DM : Tiap hari kamu pegang bassmu, bercengkrama,
ya latihan gitulah? Berapa jam sehari biasanya?
SP :
Hahaha..., Gak sih tapi kalau pas latihan di rumah biasanya malam-malam
banget, sekitar 1 jam.gitulah.
DM : Gear yang kamu punyai dan mainin sekarang
ini?
SP : Fender Jazz Bass American Standard (4
strings), Fender Jazz Bass Anniversary Deluxe (5 strings). Aguilar Tone Hammer,
Zoom Multieffect. Kalau soal set up sih simple sesuai kebutuhan lagu
dan karakter saya sebagai bassist , hehehe
DM : Mengenai bassis idolamu, kamu suka ga
nonton konser mereka? Apa yang lebih menarik perhatianmu dalam menonton konser
idolamu?
SP : Nathan East, Marcus Miller pernah nonton di
Java Jazz, Christian McBride pernah nonton di North Sea Jazz. Kalau yang lokal
pastinya banyak lihat mereka di jazz club.
Yang
pasti lihat teknik mereka dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan audience melalui instrument mereka..
DM : Album terfavoritmu apaan sih, dan kenapa
pilih album itu ?
SP : Vanessa Carlton. Be Not Nobody. Hahaha inspirasi untuk salah satu judul lagu saya
juga DM
: Ok, ini terakhir deh... Apa impian atau
cita-cita terbesarmu sebagai pemain bass?
SP : Main
bass di level international dan juga bisa menginspirasi lebih banyak musisi
(terutama wanita) untuk tetap berkarya dengan jujur dan tulus
Cukup
ga perkenalan dengan Sheila? Lalu penasaran pengen dengerin albumnya? Kalau
penasaran, jangan langsung tidur. Bergeraklah. Semangatlah mencari. Begitu
ketemu, beli saja. Sikaaaattt!
Musiknya
memberi kegairahan. Iya gairah, bisa gairah berjalan, gairah berolahraga,
apalagi gairah untuk bekerja lebih giat dan lebih keras. Memberi gairah juga
ga, untuk berbuat dan berpikir lebih baik? Hahaha, kayaknya mending beli aja,
dan silahkan nikmati aja...../*
No comments:
Post a Comment