11
Juli 198, adalah menjadi hari terbentuknya mereka, sebagai sebuah grup musik.
Dan ’11 Juli’ lantas menjadi salah satu lagu gacoan mereka. Ini lagu “bertuah”, karena lagu ini menjadi salah
satu dari dua lagu, yang mereka mainkan saat mengikuti ajang Light Music
Contest di tahun 1986.
Dan
lagu tersebut yang langsung mereka mainkan, menjadi pembuka pada pentas mereka,
Rabu malam 1 Agustus silam. Tanpa ada permisi, kulo nuwun mereka langsung memenuhi ruangan Lefty’s Suite di Taman Kemang tersebut, dengan musik enerjik, ceria
dan ramah itu.
Sebagai
lagu kedua, mereka langsung menyambar dengan, ‘Journey to Sabang Street’. Masih
karya instrumental mereka sendiri. Suasana mulai menghangat, tapi tetap
terkesan nyantai dan cerah ceria.
Emang begitu bentuk musik yang mereka mainkan. Renyah dan akrab kesannya, walau
tak lantas berarti gampangan.
Sebagai
lagu ketiga adalah,’Mendaki Langit’. Ini salah satu karya baru mereka, dan
suasana makin penuh semangat. Soalnya lagu ini
memang menimbulkan kesan lebih meriah dan juga lebih menghangatkan
suasana. Penonton tuh kayak dicolek supaya makin asyik untuk menerima musik
mereka.
Habis
lagu ketiga, mereka kemudian memainkan ‘Meet at Peacock’. Ini lagu bertuah
kedua mereka, yang saat mereka menjadi jawara pada ajang Light Music Contest di 1986 itu, merekamemang membawakan lagu
dinamis dan menghentak ini. Ini lagu rada uptempo, mengajak penonton bisa
goyang-goyang kecillah.
Dan
judul lagu tersebutlah, Meet at Peacock, yang dijadikan judul gig mereka
kemarin. Sebuah pentas yang dibentuk lebih supel, akrab, intim, antara mereka
sebagai grup band, dengan para penggemarnya. Catet deh, mereka ga sering tampil
lho. So, ini kesempatan untuk bisa menikmati kembali penampilan mereka.
Kesempatan
emaslah, bisa disebut begitu. Menonton grup yang sudah bertahan sampai 31
tahun, rasanya adalah sesuatu yang bakal penuh kesan. Apalagi mereka tetap
eksis, dengan warna musik mereka yang khas, yang kayaknya ga banyak dimainkan
grup-grup musik masa kini.
Old school
ya, eh old style? Eits,tunggu dulu! Quality never goes out of style, kata
bule. Inget ga itu slogan iklan apa? Hayoooo,inget-inget dulu. Ok gini, mereka
memang punya kwalitas itu. Juara Light Music Contest nasional kemudian juara
juga Band Explosion di tahun 1988.
Malah
untuk event Band Explosion, yang
sebenarnya adalah “nama baru” dari Light Music Contest yang diadakan Yamaha
Music, itu mereka tak hanya juara tingkat Indonesia, mereka juga juara Asia
Oceania dan bahkan sukses menjadi salah satu pemenang di tingkat dunia.
Well,
satu hal yang perlu banget disyukuri mereka masih bertahan. So, memberi
alternatif warna musik berbeda, lain dari yang banyak ada, di khasanah musik Indonesia.
Sanggup bertahan lewat dari 30 tahun, oho tentu sebuah prestasi tersendiri. Apalagi
mereka tetap mampu menghibur penonton, terutama para penggemarnya.
Kalau
bahasa gaulnya sih, musik mereka asyiknya itu nyamanin hati deh. Ga kelewat ribet, tak terlampau berat. Ringan
walau tak lantas mudah dibawainnya. Crispy
ya? Ngenakin kuping dan nyegerin hatilah. Itu kira-kira gambaran
tepat soal musik yang mereka mainkan. Crispy atau ga nya, terserahlah. Tapi
mereka kan bukan...gorengan kaaaan?
Mereka
adalah Emerald BEX, saudara-saudara
sekalian! Dengan Roedyanto Wasito,
sebagai bassis. Morgan Sigarlaki
memegang gitar. Iwang Noorsaid yang
memainkan kibor dan synthesizer. Serta darah muda segar, tentu saja
vitalitasnya paling optimal, drummer mereka, Yandi Andaputra.
Chintana Jo |
Dudy Oris |
Saskia Ong |
Pada
kesempatan konser kecil penuh keakraban kemarin itu, mereka kembali didukung
vokalis mereka, Dudy Oris. Dudy yang
mantan vokalis YovieNUNO itu, telah mendukung mereka sejak tahun silam.
Dudy
dipanggil naik oleh Chintana Jo,
untuk berduet membawakan,’Satu Lagi’. Eh Chintana sendiri adalah vokalis muda
rupawan, cantik, baru mulai kuliah. Ia adalah putri sulung dari mendiang Ricky Johannes, mantan vokalis Emerald. Emerald itu kan nama mereka di
awal pemunculannya, sampai sekitar 2010.
Sebelum
berduet dengan Dudy Oris, Chintana menyanyikan ‘Beda’, diiringi selengkapnya oleh
Morgan dan kawan-kawan tentu. Dan dalam ‘Satu Lagi’, tampil juga bintang tamu
lain, pianis perempuan muda, yang juga cantik, Saskia Ong.
Ada
pula bintang tamu lain, ini kejutan manis sebenarnya. Ada vokalis pertama
mereka, jadi tampil mendukung mereka sejak sekitar 1987 sampai 1988. Dyah Parwita namanya. Lama
menghilang,menjadi ibu rumah tangga saja, dan berdomisili di Bandung, Dyah
khusus dipanggil Roedyanto untuk mau tampil.
Dyah Parwita |
Chicha Koeswoyo |
Dyah
membawakan, ‘Malam yang Dingin’,yang adalah lagu yang ia bawakan di dalam debut
album Emerald itu, Cemas, dirilis
1988. Lalu Dyah memanggil bintang tamu yang lain, Chicha Koeswoyo.
Yoih,
Chicha yang populer sebagai penyanyi cilik paling ngehits di era 1970-an dengan ‘Heli’ itu. Chicha sudah dewasa dong
tentunya, tak lagi bawain Heli. Chicha memilih lagu,’Melangkah’. Lagu karya
Emerald itu, cukup memberi tantangan pada Chicha, yang berminat serius untuk
comeback ke dunia nyanyi-menyanyi.
Lagu
yang menjadi single, penanda
kembalinya dirinya ke pentas musik, ‘Look at Me’, lalu dibawakan Chicha
kemudian. Lagu itu ditulis dan dengan musik yang dibikin oleh Roedyanto.
Suasanapun tambah hangat.
Soalnya
lagu itu memang bersuasana dance music.
Enaklah buat goyang-goyang, mau kaki doang kek, tangan doang atawa mau seluruh
badan. Sebagian penonton yang ada, menyambut ramai lagu itu dan...ikutan
goyang! Tambah serulah.
Berikutnya,
Emerald BEX meneruskan lagi permainan musik kerennya. Mereka lantas memanggil
seorang violis perempuan jelita, Ava
Victoria. Emerald BEX dengan Ava pun berkolaborasi membawakan, ‘Ronggeng’,
salah satu karya Emerald (BEX) yang bernuansa ethnic.
Ava Victoria dan Roedyanto |
Ava
meneruskan penampilannya bersama Roedyanto dan kawan-kawan dengan lagu, ‘Natsepa’.
Ada kesan lebih segeran lagi, dengan
imbuhan violin. Musiknya Emerald BEX jadinya lebih fresh, lebih nyamanin untuk
disimak.
‘Billiard’
menjadi lagu berikut, tetap menampilkan Ava. Dan kolaborasi berlanjut dengan
lagu andalan lain Emerald BEX, ‘Karapan Sapi’. Nah lagu ini nilai historis nya
tinggi. Lagu bernuansa etnik kental ini, ”warisan” dari ayah Iwang Noorsaid,
almarhum Said Kelana untuk Emerald.
Lagu
Karapan Sapi juga lagu bertuah lainnya, karena mereka mainkan dengan mempesona
saat menjuarai ajang Band Explosion. Mulai dari tingkat nasional, Asia Oceania
sampai bahkan tingkat dunia!
Lagu
riang gembira yang menggambarkan suasana pacuan sapi di Madura itu, menjadi
sebuah lagu khas musik Emerald, yang kemudian menjadi Emerald BEX tersebut. Dan
lagu itu selalu dibawakan setiap mereka manggung dimanapun, dan selalu saja
memperoleh respon hangat penonton.
Lalu
masuklah pada penghujung pentas mereka. Kembali naik Dudy Oris. Yang kebagian
tugas mulia, menutup acara dengan dualagu berturutan, ‘Hanya Angan’ dilanjutkan
dengan, ‘Pasti Dapat’.
Pada
lagu Pasti Dapat, seluruh bintang tamu, diajak naik pentas untuk mereka
bersama-sama membawakan lagu tersebut. Selesai deh acara. Penonton yang
memenuhi ruangan terlihat puas. Sebuah bentuk sajian yang kayaknya sih, sukses
memang untuk bikin nyaman dan enak kuping dan hati.
Emerald
BEX ah ngangenin ya? Beberapa
penonton mengiyakan dan semua mendukung supaya Emerald BEX bisa tetap terus
bertahan, dan banyak lagi tampil dimana-mana. Belum ada duanya sih ya? Artinya,
ya masih punya arti. Arti yang “lebih” lhooo.....
Ya
jelaslah lebih. Kan bisa bikin nyaman dan enak, ngademin gitu. Mudah-mudahan lantas bisa bikin semua penonton tidur
dengan nyenyak. Istirahat dengan baik. Sehat-sehat selalu. Karena dalam badan
yang sehat, itu karena biasa dengerin
musik yang sehat dan segar! Setuju ga?
Seneng
deh sudah bisa terlibat mendukung penampilan sahabat-sahabat lama saya itu. Dan
juga jadi lebih sukacita, melihat penonton semua yang hadir menyesaki venue
puas dan bisa pulang membawa kegembiraan.
Bunyikan
terus musiknya ya bro semua. Jangan
pernah lelah dan bosan! Sikaaaattt
terus. Good luck! /*
No comments:
Post a Comment