Wednesday, September 4, 2019

Pemanasan yang Pas, sebelum The Joshua Tree Asia Tour 2019




Sungguhpun saya bukanlah fans fanatik mereka. Ga lah. Saya dengerin mereka, maksudnya mulai lebih banyak dengerin mereka, di era 1990-an. Walau tahu beberapa hits mereka, dan lumayan suka, sejak sekitar 1980-an. Tahu, suka, tapi apa kalau sudah begitu lalu bisa menyebut diri sebagai fans?
Kagum dan cukup suka, iya. Belum sampai pada taraf, nge-fans. Mulai sekitar akhir 1990-an, mulai sering liat cerita-cerita atawa update info dari official website mereka. Apalagi saat saya lantas bekerja lagi di sebuah majalah musik. Kalau itu malah, jadi sering browsing, masuk pelbagai web fans gitu.
Barulah saat bertemu seorang penggila, nah ni die ini namanya fans fanatik lahir bathin. Baru saya kek kebuka matanya. Lebih tepatnya, lebih terbuka untuk bisa mendalami sepak terjang grup legendaris itu. Atau, bisa juga disebut, bisa lebih memahami, memaklumi musik mereka! Ceileee...
Nama penggila beneran itu Djundi Prakasha. Dia urang Bandung. Punya clubs, salah satu yang terfavorit saat itu di Bandung. Syahdan, ternyata doski dan tempatnya punya agenda tetap tahunan. Saban November, persisnya pas ulang tahun dia, pasti ada peryaan bertema grup idolanya itu.





Suka U2 kan, begitu satu ketika di era awal 2000 dia bertanya. Lumayan bro. Ok, datang dong ke U2 Nite di tempatku ya. Lalu dia bercerita ya itu perayaan ulang tahunnya juga deh sekaligus. Reramean aja sama musisi, kebanyakan dari Bandung tapi ada juga yang dari Jakarta.
Well dudes, for your information, saya mafhum bahwasanya Djundi adalah U2 dan U2 ya Djundi. Bro and sis, bayangin, dia dan istrinya kerapkali memburu konser U2 dimana-mana. Edun! Dan bukan hanya memburu, maksudnya  cuman menonton doang.
Djundi rela datang sepagi mungkin ke venue tempat U2 manggung, langsung patuhi ikut antrian. Sabar bener! Ngantri dari sepagi mungkin, balapan sama sunset kayaknya, demi mendapatkan posisi nonton yang terdepan! Asli terdepan. Pas mendtok barricade, yang memisahkan areal stage dan penonton.
Stand in line nya malah, katanya nih, kalau perlu dari semalem sebelumnya! Oh My My....Dan itu adalah "tradisi"nya, karena menurut cerita Djundi, ya yang antri itu sudah ratusan. Banyak yang kayak dia dan Rani, istrinya. Akhirnya, ya jadi nambah-nambahin teman-teman deh.




Nah kebiasaan itu, terus berlangsung sampai ya....sampai sekarang. Alhasil, pada era smartphone becomes more and more smart begini, ya Djundi tentunya sukses dong, dapat foto-foto ekxklusif. Ya dengan smartphone-nya, posisi terdepan begitu. Foto-foto doi mah juara....!
So, apa ada yang lebih gokil dari itu? That’s why I told u, he’s freakin’crazy, in absolute way. Apaanlah mo disebut. Dan saya terkagum-kagum. Satu ketika dulu, ga perlu repot yeee, kan ga bisa meliput langsung, Jauh, mahal, kagak punya sponsorpun.....
Djundi pergi kan. Ya saya bilang iseng-iseng aja, bro tulis dong tentang U2 yang elo tonton nanti itu, elo ceritain aja, nanti gw yang bikinin tulisannya. Ternyata Djundi antusias. Beneran? Soal foto-foto, gapanglah nanti cari di internet, kalau perlu beli dari web-web foto, bisa juga colek perwakilan label rekamannya di Indonesia.
Jadi dong! Buat saya dan majalah saya, itu mah tulisan liputan supergroup yang sangat eksklusiflah. Kami berterima kasih berat ke brother Djundi dan istri. Dan selanjutnya ya, saya jadi langganan datang ke acara U2 Nite andalannya di clubsnya di Bandung itu. Mungkin sekitar 5-6 tahun deh, selalu sempatkan waktu untuk datang.






Suasananya itu lho. Padat banget tapi seru pisan euy. Pada nyanyi-nyanyi semua, goyang, loncat-loncat. Haceeeppp pastinya! Pokoknya, it’s a Party, the real one, dude! Datang senang. Nah, pulangnya itu wah senangnya jadi lebih dari double double lah.
Suasananya itu lho, kalo emang seneng dengerin hitsnya U2, ya named it. Whatever... ah apalah deh  ‘Sunday Bloody Sunday’, Pride (In the Name of Love)’. Atau, yang rada melankolis nyis-nyis manis gimanalah, ‘With or Without You’  Atau lagu yang kek liriknya dihafal semua fans U2, ‘I Still Haven’t Found What I’m Looking For’ selain ‘Where the Street Have No Name’.
Ada lainnya macam ‘New Year’s Day’ atau ‘One’. Jangan lupa, ‘The Fly’, ‘Mysterious Way’ lah. ‘Suck in a Moment You Can’t Get it Out’ (U2 doyan yeee, pake judul panjang-panjang...), ‘Beautiful Day’, ‘Walk On’, ‘Vertigo’, ‘Sometimes You can’t Make it on Your Own’. Dan banyak lagi lainnya.
Sudahlah, saya tak hendak bercerita soal Bono, The Edge, Adam Clayton dan Larry Mullen Jr, atawa para punggawa U2. Masak saya bercerita di sini lagi soal sejarah grup asal Irlandia, yang berdiri sejak 1976 itu? Googling ajalah ya....









Yang saya ceritain kan event U2 Nite itu. Dimana kemarin ini, beberapa minggu silam, Djundi lalu membawa U2 Nite nya ke Jakarta. Digelar deh di Hard Rock Cafe. Dan suasananya petjahhh juga, langsung dong ingetin kejayaan U2 Nite di Fame Station-nya Djundi Di Bandung, beberapa tahun silam itu.
Menampilkan penyanyi muda yang suangaaat enerjik, Acidastree. Nonton vokalis cewek yang sekalian maen kibor juga ini, bisa seolah kita ikut-ikutan sama keringetannya sama dia.... Lalu ada special guest, Rama Nidji, gitaris. Selain itu ada Sendy (gitar), Dika (drums) dan Arief (bass).
Bintang tamu vokalis ada kakak-beradik, Magi dan Andy rif. Saya tuh ngaku deh, kecele banget. Pikir Magi bakal ngedrums, eala...asli lho dia nyanyi aja. Dan...keren! Maklumlah Magi bro, saya baru kali ini asli lihat Magi jadi penyanyi sebener-benernya. Anjriiittt!
Andy, sudahlah tak perlu diceritain lagi. Dia kan emang keburu jadi ikon-nya U2 Nite di Bandung, bahkan dimana-mana kayaknya, di seantero Nusantara Raya kita ini. Lalu sempat diajak ngejam juga, sampai Vincent “Club Eighties” Rompies, Lilo KLa dan Ronal Surapradja segala. Plus, Brian Kresnaputra, drummernya Sheila on 7.






Ada total 26 lagu dibawain kemarin itu! Band nya diberi title, DrowningMen & A Woman. Acaranya sendiri dibuka sesi talkshow menghadirkan Steve Lillywhite, produser kenamaan yang mengangkat tinggi nama U2, paling tidak lewat 3 album terawal U2 itu. Ditemani Ronal Surapradja, Adib Hidayat dan Komunitas U2 di Indonesia.
Sebelum musik mengisi sepenuhnya ruangan, diawali pemanasan. Sesi karaoke lah, dimana lagu-lagu U2 diputerin oleh DJ, Indra 7. Warming-upnya aja sudah rame, karena penonton langsung tergerak untuk turut menyanyi. Astaga!
Dan begitulah suasana konsernya U2 di Jakarta. Eh maksudnya mah bukan U2 tulen ya. Event itu jadi semacam pemanasan juga sebelum U2 akan membawa The Joshua Tree Tour keliling Australia dan Asia di November tahun ini. Waduh, bakalan berapa banyak fans U2 yang akan menyerbu Singapura atau Australia, dari Indonesia maksudnya. Kan U2 belum juga bisa dihadirkan di sini nih.
Kenapa ya ga masuk Indonesia? Persoalannya bukan sematamata isu HAM kok, seperti yang selama ini beredar. Lebih ke soal produksi dan logistik saja. Pendanaan juga krusiallah. Silahkan berhitung kalau mendatangkan mereka perlu biaya berapa, sebagai fee belum lagi memenuhi riders tehnisnya, dan tetek-bengek riders lainnya?
Butuh “orang gila” yang berani nekad menghamburkan isi koceknya. Yaeyalaaaa....orang gila tapi berduit. Dokatnya harus “tak berseri”. Masak cuma sekedar orgil doang? Emangnya kira-kira seberapa sih? Gosipnya, minimal hanyalah sekitar 1,5 – 1,6 juta dollar kudu disediain di depan mata, itungan minimalnya. Tentu, plus - plus dong ah. Lumayan ga?
Bro, elo nonton U2 kan nanti, tanya Djundi ke saya beberapa bulan lalu. Pengen bro, tentu saja pengen. Beli tiket buruan, bakal cepet abis. Iya sih. Ya nanti deh, kita ketemu di Singapura ya.... Suwerrr bro? Iya kalau ga ketemu di Singapura, berarti di Auckland deh, eh kejauhan ya? Mungkin mendingan Sydney atau Perth?
Tapi emang udah beli tiketnya? Belum, bro /*

















No comments: