Sungguhpun
saya bukanlah fans fanatik mereka. Ga lah. Saya dengerin mereka, maksudnya
mulai lebih banyak dengerin mereka, di era 1990-an. Walau tahu beberapa hits
mereka, dan lumayan suka, sejak sekitar 1980-an. Tahu, suka, tapi apa kalau
sudah begitu lalu bisa menyebut diri sebagai fans?
Kagum
dan cukup suka, iya. Belum sampai pada taraf, nge-fans. Mulai sekitar akhir
1990-an, mulai sering liat cerita-cerita atawa update info dari official
website mereka. Apalagi saat saya lantas bekerja lagi di sebuah majalah
musik. Kalau itu malah, jadi sering browsing,
masuk pelbagai web fans gitu.
Barulah
saat bertemu seorang penggila, nah ni die ini namanya fans fanatik lahir
bathin. Baru saya kek kebuka matanya. Lebih tepatnya, lebih terbuka untuk bisa
mendalami sepak terjang grup legendaris itu. Atau, bisa juga disebut, bisa
lebih memahami, memaklumi musik mereka! Ceileee...
Nama
penggila beneran itu Djundi Prakasha.
Dia urang Bandung. Punya clubs, salah satu yang terfavorit saat
itu di Bandung. Syahdan, ternyata doski dan tempatnya punya agenda tetap
tahunan. Saban November, persisnya pas ulang tahun dia, pasti ada peryaan bertema
grup idolanya itu.
Suka
U2 kan, begitu satu ketika di era awal 2000 dia bertanya. Lumayan bro. Ok,
datang dong ke U2 Nite di tempatku
ya. Lalu dia bercerita ya itu perayaan ulang tahunnya juga deh sekaligus.
Reramean aja sama musisi, kebanyakan dari Bandung tapi ada juga yang dari
Jakarta.
Well dudes, for your
information, saya mafhum bahwasanya Djundi adalah
U2 dan U2 ya Djundi. Bro and sis, bayangin, dia dan istrinya kerapkali memburu
konser U2 dimana-mana. Edun! Dan
bukan hanya memburu, maksudnya cuman menonton doang.
Djundi
rela datang sepagi mungkin ke venue tempat U2 manggung, langsung patuhi ikut
antrian. Sabar bener! Ngantri dari sepagi mungkin, balapan sama sunset
kayaknya, demi mendapatkan posisi nonton yang terdepan! Asli terdepan. Pas
mendtok barricade, yang memisahkan
areal stage dan penonton.
Stand in line nya malah, katanya nih, kalau perlu dari semalem sebelumnya! Oh My My....Dan itu adalah "tradisi"nya, karena menurut cerita Djundi, ya yang antri itu sudah ratusan. Banyak yang kayak dia dan Rani, istrinya. Akhirnya, ya jadi nambah-nambahin teman-teman deh.
Nah
kebiasaan itu, terus berlangsung sampai ya....sampai sekarang. Alhasil, pada
era smartphone becomes more and more smart begini, ya Djundi tentunya sukses
dong, dapat foto-foto ekxklusif. Ya dengan smartphone-nya, posisi terdepan
begitu. Foto-foto doi mah juara....!
So,
apa ada yang lebih gokil dari itu? That’s
why I told u, he’s freakin’crazy, in absolute way. Apaanlah mo disebut. Dan
saya terkagum-kagum. Satu ketika dulu, ga perlu repot yeee, kan ga bisa meliput
langsung, Jauh, mahal, kagak punya sponsorpun.....
Djundi pergi kan. Ya saya bilang iseng-iseng aja, bro tulis dong tentang U2 yang elo
tonton nanti itu, elo ceritain aja, nanti gw yang bikinin tulisannya. Ternyata Djundi antusias. Beneran? Soal foto-foto, gapanglah nanti cari di internet, kalau perlu beli dari web-web foto, bisa juga colek perwakilan label rekamannya di Indonesia.
Jadi
dong! Buat saya dan majalah saya, itu mah tulisan liputan supergroup yang sangat eksklusiflah. Kami berterima kasih berat ke
brother Djundi dan istri. Dan selanjutnya ya, saya jadi langganan datang ke
acara U2 Nite andalannya di clubsnya di Bandung itu. Mungkin sekitar 5-6 tahun
deh, selalu sempatkan waktu untuk datang.
Suasananya
itu lho. Padat banget tapi seru pisan euy.
Pada nyanyi-nyanyi semua, goyang, loncat-loncat. Haceeeppp pastinya! Pokoknya, it’s
a Party, the real one, dude! Datang senang. Nah, pulangnya itu wah
senangnya jadi lebih dari double double
lah.
Suasananya
itu lho, kalo emang seneng dengerin hitsnya U2, ya named it. Whatever... ah apalah deh ‘Sunday Bloody Sunday’, Pride (In the Name of
Love)’. Atau, yang rada melankolis nyis-nyis
manis gimanalah, ‘With or Without You’ Atau lagu yang kek liriknya dihafal semua fans
U2, ‘I Still Haven’t Found What I’m Looking For’ selain ‘Where the Street Have
No Name’.
Ada
lainnya macam ‘New Year’s Day’ atau ‘One’. Jangan lupa, ‘The Fly’, ‘Mysterious
Way’ lah. ‘Suck in a Moment You Can’t Get it Out’ (U2 doyan yeee, pake judul
panjang-panjang...), ‘Beautiful Day’, ‘Walk On’, ‘Vertigo’, ‘Sometimes You can’t
Make it on Your Own’. Dan banyak lagi lainnya.
Sudahlah,
saya tak hendak bercerita soal Bono, The Edge, Adam Clayton dan Larry Mullen
Jr, atawa para punggawa U2. Masak saya bercerita di sini lagi soal sejarah grup
asal Irlandia, yang berdiri sejak 1976 itu? Googling
ajalah ya....
Yang
saya ceritain kan event U2 Nite itu. Dimana kemarin ini, beberapa minggu silam,
Djundi lalu membawa U2 Nite nya ke Jakarta. Digelar deh di Hard Rock Cafe. Dan suasananya petjahhh
juga, langsung dong ingetin kejayaan U2 Nite di Fame Station-nya Djundi Di Bandung, beberapa tahun silam itu.
Menampilkan
penyanyi muda yang suangaaat enerjik,
Acidastree. Nonton vokalis cewek
yang sekalian maen kibor juga ini, bisa seolah kita ikut-ikutan sama
keringetannya sama dia.... Lalu ada special guest, Rama Nidji, gitaris. Selain itu ada Sendy (gitar), Dika (drums)
dan Arief (bass).
Bintang
tamu vokalis ada kakak-beradik, Magi dan Andy rif. Saya tuh ngaku deh, kecele
banget. Pikir Magi bakal ngedrums, eala...asli lho dia nyanyi aja. Dan...keren!
Maklumlah Magi bro, saya baru kali ini asli lihat Magi jadi penyanyi
sebener-benernya. Anjriiittt!
Andy,
sudahlah tak perlu diceritain lagi. Dia kan emang keburu jadi ikon-nya U2 Nite
di Bandung, bahkan dimana-mana kayaknya, di seantero Nusantara Raya kita ini.
Lalu sempat diajak ngejam juga, sampai Vincent
“Club Eighties” Rompies, Lilo KLa dan Ronal Surapradja segala. Plus, Brian
Kresnaputra, drummernya Sheila on 7.
Ada
total 26 lagu dibawain kemarin itu! Band nya diberi title, DrowningMen & A
Woman. Acaranya sendiri dibuka sesi talkshow
menghadirkan Steve Lillywhite,
produser kenamaan yang mengangkat tinggi nama U2, paling tidak lewat 3 album
terawal U2 itu. Ditemani Ronal Surapradja, Adib
Hidayat dan Komunitas U2 di Indonesia.
Sebelum
musik mengisi sepenuhnya ruangan, diawali pemanasan. Sesi karaoke lah, dimana
lagu-lagu U2 diputerin oleh DJ, Indra 7.
Warming-upnya aja sudah rame, karena penonton langsung tergerak untuk turut
menyanyi. Astaga!
Dan
begitulah suasana konsernya U2 di Jakarta. Eh maksudnya mah bukan U2 tulen ya.
Event itu jadi semacam pemanasan juga sebelum U2 akan membawa The Joshua Tree Tour keliling Australia
dan Asia di November tahun ini. Waduh, bakalan berapa banyak fans U2 yang akan
menyerbu Singapura atau Australia, dari Indonesia maksudnya. Kan U2 belum juga
bisa dihadirkan di sini nih.
Kenapa
ya ga masuk Indonesia? Persoalannya bukan sematamata isu HAM kok, seperti yang
selama ini beredar. Lebih ke soal produksi dan logistik saja. Pendanaan juga
krusiallah. Silahkan berhitung kalau mendatangkan mereka perlu biaya berapa,
sebagai fee belum lagi memenuhi riders tehnisnya, dan tetek-bengek
riders lainnya?
Butuh
“orang gila” yang berani nekad menghamburkan isi koceknya. Yaeyalaaaa....orang gila tapi berduit. Dokatnya harus “tak berseri”. Masak cuma sekedar orgil doang?
Emangnya kira-kira seberapa sih? Gosipnya, minimal hanyalah sekitar 1,5 – 1,6
juta dollar kudu disediain di depan mata, itungan minimalnya. Tentu, plus - plus dong ah. Lumayan ga?
Bro,
elo nonton U2 kan nanti, tanya Djundi ke saya beberapa bulan lalu. Pengen bro,
tentu saja pengen. Beli tiket buruan, bakal cepet abis. Iya sih. Ya nanti deh,
kita ketemu di Singapura ya.... Suwerrr
bro? Iya kalau ga ketemu di Singapura, berarti di Auckland deh, eh kejauhan ya?
Mungkin mendingan Sydney atau Perth?
Tapi
emang udah beli tiketnya? Belum, bro /*
No comments:
Post a Comment