Dan kesempatan itu
datang juga. Secara tiba-tiba dan awalnya tak sadar juga. Saya bisa memotret
lagi beliau, dari jarak relatif dekat. Luckily!
Got that chance after about 7 years ago, setelah saya memotret beliau
“terakhir” di Solo, tahun 2012.
Itu adalah kesempatan
memotret beliau, yang tampil meresmikan Solo
City Jazz. Kan festival jazz khasnya Solo itu, saya ikut membidani, ngerjain, ikutan capek-capek dari awal
banget. Dan kebetulan, festival itu mendapat restu secara langsung dari beliau.
Yang menyambut hangat rencana, dengan konsep detail dari saya. Bersama-sama
Wenny Purwanti, dari C-Pro Jakarta. Dimana ada Indrawan Ibonk juga di dalamnya.
Ya senenglah. Tentu
saja. Bisa memotret lagi orang yang saya kagumi dan hormati. Yang pernah saya
kenal dan kerapkali bertemu sejak 2009 di kota Solo. Sedari awal, waktu di
Solo, saya sudah terheran-heran dibuatnya. Ini beda banget dengan
pejabat-pejabat daerah di kota-kota lain, yang pernah saya jumpai.
Apa bedanya? Sudahlah,
biar untuk pengalaman hidup saya saja ya. Terlalu banyak dan panjang untuk
diceritain, bray.
Jadi kesempatan itu
memang, ini kata teman saya, ya pasrahin jangan ngoyo. Ga ngoyo memang, kalau
saya, ditemani istri mencoba merangsek maju terus. Menembus puluhan ribu orang
yang memadati areal lapangan utama, Gelora Bung Karno.
Ga berasa cuy. Lha maju dan maju terus, pelan tapi
pasti. Dan saat beliau datang, berpidato, jaraknya dari tempat saya, lumayaaaannn bray! Lumayan banget. Dan hanya bisa nyiapin kamera sebisa-bisanya.
Terhimpit-himpit sih. Tapi ya saya ga mau kehilangan momen.
Padahal panas
menyengat, walau sesaat hampir saja hujan. Panas, adem, panas. Tetapi hawa di
tengah himpitan ribuan orang yang berdesak-desakkan rapat itu, aduh .... mana
tahaaaan!
Istri saya, sibuk
dengan hape-nya, mengambil momen dengan video. Saya memotret, memanfaatkan
sebisa mungkin ruang-ruang bidik yang sempit. Sempit, dan kerapkali terganggu,
tangan-tangan yang menaikkan handphone-handphonenya
masing-masing. Belum lagi, bendera-bendera kecil segala.
Ga sempat lagi
mengganti-ganti lensa. Ga juga sempat, memakai hape misalnya. Sudah, jepret saja
“seadanya”. Dimana saya memakai kamera dengan lensa tele-zoom, 70-300mm yang standar saja. Ga mampu beli lensa yang
premiumlah....
Tapi saya senang.
Sukacita. Seperti juga, dengan penuh rasa sukacita, berdasarkan cinta dan
kekaguman, yang membuat saya dan istri antusias untuk hadir di Gelora Bung
Karno siang itu. Apa ya, kami memang kadung cinta sih dengan sosok beliau....
Seperti juga sahabat
baik kami, Nini Sunny dan Karmila Syarif. Kami berempat memang sepakat datang
barengan ke GBK. Kayaknya kami memang harus datang. Siap banget menjadi bagian
dari sebuah “pesta rakyat” yang, mungkin ya, yang terbesar. Terbesar, paling
tidak dari apa yang telah pernah kami ikuti atau hadiri selama ini.
Cukup puas. Walau
akhirnya, beliau belum selesai berpidato sore itu, kami berdua sudah beringsut
pelan mundur. Ga kuat juga cuy,
soalnya panasnya itu. Belum lagi, sorot matahari sore itu pas banget ke wajah
kami!
Padahal pengen betul
sebenarnya, menjepret duo pilihan kami. Joko
Widodo dan Ma’ruf Amin.
Sayang,fisik kami drop euy. Jadi
mundur, padahal tak berapa lama ketika kami mundur, pak Kiai Maruf Amin lantas
mendampingi pak Jokowi, dan ditemani pula oleh pak Jusuf Kalla. Ah!
Tapi sudahlah. Saya
bersyukur banget bisa memperoleh momen “tak sengaja” sore itu. Angle atau ruang bidik itu,gimana ya,
saya ga bisa masuk lewat backstage.
Ga sukses memperoleh backstage-pass,
ataupun macam ID untuk all acess. Ya gagal aja.
Tetapi “berkah”nya
ternyata ya, dapatnya malah sudut pengambilan yang lebih dekat dari arah depan.Memang
kudu berjuang sih.Tetapi aduh, nikmatnya euy.
Senangnya tak terkira, saudara-saudaraku sekalian. Sulitlah digambarkan dengan
kata-kata....
Makin terkagum-kagum
saja. Beliau tak berubah dari sosok seorang Walikota, yang saya kenal dan
kerapkali berjumpa di sekitar 7-10 tahun lalu itu. Walikota Solo yang lalu
menjadi Gubernur DKI Jaya. Dan kemarin, ia berdiri sebagai Presiden Republik
Indonesia. Yang tengah “didorong” untuk kembali menjadi Presiden, untuk periode
kedua.
Pak Jokowi, semoga
Tuhan selalu bersertamu. Semoga Semesta mendukung segala apa yang telah bapak
kerjakan dan hasilkan selama ini. Buat
saya, juga istri saya, dan tentunya juga ada puluhan juta warga masyarakat
lainnya, bapak adalah orang baik yang terbaik. Untuk menjadi pemimpin lagi
Indonesia, menuju Indonesia yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Saya hanya bisa
memastikan dalam diri saya, ... Pak, saya siap sedia berdiri menjagamu,
berjajar mengawalmu pak. Bersama jutaan orang lain yang memilihmu karena cinta!
Kami optimis, Indonesia Maju di bawah kepimpimpinan bapak lagi kelak! /*
No comments:
Post a Comment