Sunday, June 18, 2017

Saya Menonton Klab Jazz di TVRI, ada Emerald BEX dan lain-lain



Menonton lagi syuting acara musik di TVRI, seolah menarik saya jauh ke belakang. Di seputaran lewat pertengahan 1980-an dulu. Dimana saat itu ada acara bertajuk Musik Malam Minggu. Biasanya yang terpilih itu, memang grup band yang memainkan jazz.
Saat itu, saya terbilang sering datang menonton langsung. Soalnya memang dikabari oleh pihak band-band yang akan tampil. Di jaman itu, jaman dimana stasiun televisi cuman ada TVRI doang, acara live tersebut, sudah terkesan wah betul.
Tata lampu digarap maksimal, soundnya juga. Secara broadcast, proses rekamannya tersebut dicermati betul. Hasil akhirnya memang menjadi tontonan sedap. Ditayangkan setiap Sabtu malam, jam 20.00 wib, dan berdurasi satu jam.
Beberapa tahun lamanya, acara tersebut, dengan pengarah acara, Syam NM, dianggap mata acara televisi bergengsi. Satu-satunya acara televisi, di stasiun plat merah itu, yang berbentuk live. Syam NM pun dianggap punya taste bagus, ia juga bergaul luas di kalangan musisi, terutama jazz.
Satu ketika bahkan Syam NM menjadi anggota dewan juri, pada beberapa kompetisi band bergengsi di masa itu. Seperti diketahui, di jaman 1980-1990an, banyak sekali kompetisi band diadakan. Salah satu yang dianggap paling bergengsi adalah Light Music Contest, diadakan oleh produsen alat musik Yamaha. Syam NM pernah diundang menjadi juri pula di ajang tersebut.



Dan studio TVRI itu tetap saja, masih di lokasi yang sama. Jalan Gerbang Pemuda, kawasan Senayan. Stasiun televisi milik pemerintah tersebut, yang berdiri sejak 1962, tetap dilengkapi dengan sebuah menara gagah. Menara itu setinggi 239 meter, dan selesai dibangun, dan langsung digunakan untuk kebutuhan pemancar siaran, pada 1976.
Prinsipnya sih lokasi studio yang ada tak berubah, masih seperti di era 1980-an dulu. Kagum juga ternyata tak terlalu banyak berubah dalam gedung TVRI tersebut. Terakhir saya datang ke situ, beberapa bulan lalu, untuk menonton acara Musik 80-an. Tapi waktu itu, saya datang langsung ke dalam auditorium utama, yang adalah studio terbesar dalam gedung TVRI itu.
Memang tak ada lagi Syam NM, saya lama tak jumpa beliau tak pernah dengar kabarnya lagi. Tapi acara macam Musik Malam Minggu ternyata tetap dipertahankan. Tetap berkonsep live tapping. Dengan title acara menjadi Klab Jazz TVRI.
Adalah sahabat baik saya, Roedyanto Wasito yang sengaja mengundang saya datang. Informasi mengenai akan mengisi acara itu sebenarnya sudah beberapa bulan lalu diinfokan Roedy. Saat itu, ia tengah menjajaki beberapa performers untuk ikut tampil.



Konsepnya memang nanti, Emerald BEX-nya Roedy menjadi mata acara utama. Tetapi akan didampingi beberapa bintang lain, terutama penyanyi.  Akhirnya, setelah colak sana colek sini, ajak yang situ dan sini, ketemulah dengan sederet penyanyi, yang siap untuk ikut tampil.
Ada juga beberapa penyanyi yang sebenarnya potensial dan sangat pantas ditampilkan tapi menolak ikut. Kendala utama memang keterbatasan budget. Satu hal yang tak berubah banyak soal TVRI, ya memang keterbatasan dana itu. Sulit berkeras dengan permintaan perhitungan budget “mendekati” ideal. Take it or leave it.
Padahal, yang sebenarnya pantas juga diperhitungkan adalah, kayaknya hanya TVRI saja yang masih terbilang welcome untuk penampilan band-band dan artis penyanyi dari musik yang non-mainstream, ya termasuk jazz tentunya.
Stasiun televisi boleh bertumbuhan, muncul dengan kapital besar dengan konsep pertelevisian yang “matang”. Tapi tetap saja, musik-musik non-mainstream bukanlah prioritas. Ada yang membuka kesempatan “sedikit”. Ya saya sebut sedikit, karena persyaratannya itu panjang dan “kompleks”. Tak mudah buat pelaku musik non mainstream industri musik, bisa tampil. Masalah klasik lah....
Apalagi kalau bukan perkara rating. Karena rating terus menerus dijunjung tinggi, sebagai “bahasa standar” pertelevisian. Itu berlangsung terus. Bukan berarti TVRI anteng dengan membuka pintu buat musik-musik “lain daripada yang lain” itu. Siapa bilang? Berkali-kali juga, di internal TVRI selalu timbul polemik kok, menyangkut keberadaan acara-acara musik di luar pop itu.



Bersyukur saja, hingga saat ini toh masih ada program-program musik yang sebut saja non pop, yang hanya ditampilkan reguler oleh TVRI saja. Stasiun televisi lain sudah kadung mengambil jarak, mungkin main aman....
Tetap ada, walau kadang suka hilang beberapa waktu. Tetap reguler, dengan catatan itu sangat diupayakan dengan sekeras-kerasnya. Karena toh, walau namanya reguler ya, sekarang dari seminggu sekali menjadi dua minggu sekali. Bahkan lantas ada yang menjadi sebulan sekali! Ah yang penting ada deh ya.
Ok syuting Klab Jazz TVRI kemarin itu, dilakukan mulai jam 17.00 lewat sedikit. Mereka langsung meminta Emerald BEX yang mendapat giliran pertama. Jadwal yang iinformasikan sebelumnya, akan dimulai jam 16.00 wib (Insha Allah). Eh iya memang begitu bunyi message-nya, ada kata-kata “Insha Allah” dalam kurungnya.
Hanya telat sejam, oho itu yang lumayan bagus dengan TVRI saat ini. Dulu ya, kalau disebut standby untuk syuting jam 3 atau 4 sore, biasanya syuting sebenarnya baru dilakukan jam 7 bahkan jam 8 malam. Malah pernah lebih malam lagi.


Emerald BEX membuka penampilan, dengan 2 lagu. Lantas tampil sang host, yang kali ini dipilih Rieka Roslan. Yoih, Rieka vokalis The Groove itu. Rieka membawa acara dengan rileks, intim, dekat dengan para pengisi acara.
Tak berjarak, sehingga kehadiran Rieka justru makin menghangatkan acara itu. Menarik. Bolehlah dipertimbangkan, untuk menjadikan Rieka Roslan sebagai host tetap tuh. Hehehehe.....
Karena bulan puasa, maka sekitar jam 17.30, acara harus break. Kesempatan untuk berbuka puasa, dengan hidangan sudah disediakan.Lengkap dengan tajilnya. Dan waktu istirahat berlangsung cukup panjang, hingga mendekati jam 19.00.
Dan sesuai instruksi pihakTVRI tersebut, maka Emerald BEX langsung standby jelang jam 7 malam. Langsung mereka tampil lagi. Dan ditambah “bonus”, dimana 1 lagu, mereka berkolaborasi dengan Rieka Roslan.
Kata Roedy "buka kartu", itu kolaborasi tembak langsung di tempat. Tanpa latihan cukup, hanya mencoba saat sound check saja, dan langsung jalan. Roedy bilang, bisa dibilang kita berakrobatlah semua tuh. Untungnya Rieka penyanyinya, jadi relatif aman.


Setelah dengan Rieka, Emerald BEX kemudian mengajak bintang tamu penyanyi yang lain. Perempuan juga. Cantik, masih belia dan penuh senyum. Chintana Jo namanya.Ia adalah putri pertama dari mendiang, Ricky Johannes dengan Serly Ogotan. Masak harus dikasih tahu lagi, bahwa Ricky Johannes adalah vokalisnya Emerald?
Oh iya, grup itu nama awalnya memang Emerald saja, yang berdiri tahun 1986. Tapi sejak sekitar 2010, mereka menjadi Emerald BEX. Nanti pada tulisan lain, khusus tentang mereka, saya akan menceritakan lengkap mengenai mereka dan perihal pergantian nama itu.
Chintana nampak dan sangat terasa, memang ketitisan bakat dari almarhum ayahnya. Ricky Jo, begitu nama panggungnya, selama hidupnya memang dikenal sebagai salah satu penyanyi stylish yang bersuara bagus dan khas. Chintana punya bakat besar, yang membuatnya punya masa depan cerah sebagai penyanyi.
Chintana baru saja menyelesaikan masa sekolah di SMA nya. Ia kabarnya tengah serius ingin memperdalam dunia tarik suara, dan tak mau tanggung-tanggung, ia kepengen betul bisa bersekolah di luar negeri. Didoakan ya...



Seusai Chintana, lantas dipanggillah penyanyi lain, Dudy Oris. Nama ini sebelumnya dikenal sebagai vokalis dari kelompok Yovie Nuno. Dudy telah menjadi bintang tamu vokalis Emerald BEX sejak tahun silam. Ia telah tampil di beberapa pentas, menjadi vokalisnya Emerald BEX.
Suasana vokalnya itu memang mengingatkan pada Ricky Jo. Tapi tak berarti sama, karena Dudy juga punya ciri tersendiri.Tapi harus diakui, ia berhasil menyanyikan kembali lagu-lagu hits Emerald BEX yang dinyanyikan Ricky Jo, dengan sama baiknya. Langsung membuat orang terkenang dengan Ricky...
Dari Dudy Oris nan ramah dan bersuara bagus itu, panggung studio 5 TVRI itu kemudian diisi oleh Chicha Koeswoyo! Chicha yang terkenal dengan gukguknya bernama Heli itu? Iya, tepats! Gukguknya yaaaa sudah tak ada. Dan tentu dong, Chicha sekarang sudah ibu rumah tangga. Cuma tipikal suaranya itu, uniknya ya timbre-nya tak begitu banyak berubah dari jaman ia masih remaja dulu.



Chicha membawakan single terbarunya, yang dirilis di penghujung 201 lalu. Ia juga membawakan salah satu hitsnya, yang dinyanyikannya saat masih remaja dulu, sebelum lantas ia menghilang dari panggung. Lagu ‘Look at Me’ adalah single terbarunya itu. Dan lagu lama yang dibawakannya kemarin itu, ‘Rinduku’.
Chicha diiringi grup tersendiri, dimana ada Estu Pradhana sebagai kibordis dan Ramcey sebagai gitaris. Dengan didukung musisi muda lainnya. Ini bisa dibilang penampilan kembali Chicha sebagai penyanyi, setelah begitu lama vakum, yang pertama kali untuk khalayak luas.



Acara live tapping di malam itu, akhirnya ditutup oleh penampilan kelompok muda Harmoni 8. Ini adalah kelompok vokal, cewek dan cowok, yang belum lama ini telah merilis debut single mereka, lewat label, Hana Midori Music.
Harmoni 8 berisikan  remaja cewek dan 2 remaja cowok, sejauh ini mereka telah melepas beberapa single, seperti ‘Kamu’ (karya Tito Soemarsono), ‘Menggapai Waktu’ (M. Sofyan dan Yen Sinaringati).
Semoga acara Klab Jazz TVRI mempunyai stamina yang prima, untuk dapat bertahan lama. Tata lampu memang secukupnya saja, mungkin nanti bisa lebih dimaksimalkan lagi. Walau tak berarti harus seperti, tampilan tata cahaya acara-acara musik pop di stasiun-stasiun televisi swasta, yang kadang terkesan “terlalu semarak dan kelewat terang” itu.
Kalau mengenai hasil akhir sound, harus menunggu penayangan hasil syuting itu, yang kabarnya direncanakan untuk dapat tayang pada Minggu 2 Juli 2017. /*










Saturday, June 17, 2017

Rock Republic, Rock Aneka Warna


Hasil dari menonton semalaman di panggung terbuka, di sebuah mall megah dan mewah di kawasan Kemang. Yang mana areal panggung itu, seperti dikurung mall dan juga menara apartemennya.
Tempat terbuka, lebih seru sebenarnya. Walau kalau hujan datang, keseruan pasti jauh berkurang. Diganti tantangan, mau berbasah-basah terusin nonton dan jejingkrakan atau, ah melipir cari tempat berteduh?
Sekedar menyelip saja nih, catatan penting adalah dengan venue dekat apartemen. Persoalan timbul, harus ada kontrol sepenuhnya atas venue, terutama menyangkut kenyamanan penghuni apartemen. Jam bunyi-bunyian sangat dibatasi. Tentu saja, jam selesai konser ekstra ketat ditentukan! Nyaman bagi penghuni aparttemen, itu yang terpenting.
Kenyamanan penonton dan, apalagi, para musisi yang tampil. Ah itu dikesampingkan saja. Mau manggung kan, pengen pakai areal mereka? Di sini “tata tertib” harus kudu diperhatiin dan dilaksanakan! Kalau tak mau, silahkan mencari venue lain. Repotnya!
Ibukota  Jakarta, memang kekurangan venue yang layak dan “bebas”. Nyaman untuk penonton yang datang, dan menyenangkan bagi para musisi atawa grup band, termasuk para penyanyi, yang akan tampil. Tampil dengan total.
Ok kembali ke acara. Bertajuk Rock Republic. Dengan sub-title adalah Grassrock is Back! So memang acara konser ini mengetengahkan kelompok 1990-an, Grassrock, yang menjadi bintang utama. Ini konser ulang tahun mereka, yang sudah menginjak usia 33 tahun!
Saya sudah menulis panjang lebar mengenai Grassrock. Sekarang, saya hanya ingin share foto-foto keseruan dari para performers yang tampil sebelum Grassrock. Sebenarnya selengkapnya ada  performers yang menjadi materi acara.

Tapi kali ini, saya sengaja memilih fokus saja untuk grup-grup utama saja. Ada Nakedsoul Project disusul oleh The KadriJimmo. Kemudian ada Montecristo. Dengan host, gitaris sangat rocker, seorang shredder sejati, lama di Hawaii. Ezra Simanjuntak, namanya. Ezra sengaja tak membawa gitarnya malam itu.
Kalau doski bawa gitar, lha main sama siapa? Karena grupnya, Zi Factor, tak ada dalam list pengisi acara. Ezra secara khusus memang didatangkan dari tanah Serpong, untuk menjadi pemandu acara. Sehingga memang acara menjadi rock banget!
Panas, keras dan seru, itu yang bisa dirasakan dan dialami penonton. Yang mana penonton berbaur dengan para pengunjung areal mall, yang ingin bersantap malam itu. Rock iya, noise no! Memang ngerock, memekakkan telinga juga, dada bisa berdegup kencang.


Kaki juga terkadang, diajak bergerak-gerak. Tangan terkepal. Tapi cukup sampai situ. Rock iya, tapi tidak noise. Noise itu apaan? Bising? Berisik? Berisik yang asyik, bisa saja. Berisik positif gitu? Mungkin di acara lainlah, ada suasana noise itu....
Nakedsoul Project tampil sudah late afternoon. Formasi lengkap tetap dengan dua “biang-kerok” kelompok rock ini. Glenn Sinsoe dan Coki Sitompul. Didukung gitaris lain, Tommy Maulana. Masih ada 1 gitaris lain, Okky Maleh. Bass ditangani Bato. Drummernya, Eddy Syakroni. Serta kibor dimainkan Faisal Andri.
Masih ada lho pendukung lain dari kelompok asal Jakarta ini, yang belum lama merilis debut albumnya itu. Ade Ayu, sebagai backing vocal. Lalu vokalis tamu, Putri Lanna yang cantik itu. Masih ada yang lain, Arini Kumara dengan cello.




Mereka membawakan banyak lagu, semua diambil dari selftitle debut EP mereka. Dan penampilan Nakesouls Project, ditutup dengan penampilan satu lagi bintang tamu vokalis, Njet Barmansyah. Lagunya itu pas betul jadi pengunci, ‘Lemesin Aja’....
Berikutnya ada TheKadriJimmo. TKJ, begitu mereka ingin disebutnya. Nama akrabnyalah ya. Awas jangan salah sebut jadi, TKO. Apalagi, TKW. Jauhlah! Dan TKS ini membawakan 4 lagu saja.  3 lagu diambil dari album mereka, yang akan beredar dalam waktu tak terlalu lama lagi. 1 lagu adalah, lagu dari Coldplay dan Chainsmokers!
TKW eh TKJ adalah tetap bertumpu pada dua orang striker, Kadri Mohamad dan Jimmo “putra-petir”. Dengan dua orang midfielder, berfungsi rangkap baik sebagai attacking maupun defense, Hayunaji pada drummer. Dan si ganteng tapi cantik, kata orang ya, Soebroto Harry sebagai bassis.




Masih ada libero, sebagai palang pintu pertahanan mereka, Popo Fauza sebagai kibordis. Eits, ini tim sepakbola atawa futsal? Atau band? Kalau band, lalu band apa sih sebenarnya musiknya?
Mereka lebih senang menyebut musiknya sebagai powerpuff eala....powerpop, maksudnya! Powerpop itu adalah hasil dari perkawinan silang, dari induk bertrah pop dan jantan dari rock. Rock yang ada suasana progressive nya juga. Kira-kira begitulah musik yang mereka mainkan.
Mereka cukup memberi kejutan manis, karena memilih, ‘Something Just Like This’ sebuah karya bersama dari duo Chainsmokers dan Coldplay. Untuk sedikit diolah lagi, dikasih bumbu berbeda dan dihidangkanlah kepada para penonton malam itu.


Oh ya, TKJ ini kemarin juga mengajak pemain akordeon yang cantik, Windy Setiadi. Sehingga ada suasana sentuhan berbeda. Walau Windy hanya featuring sedikit di salah satu lagu yang mereka bawakan.
Kapan album mereka beredar? Kan di atas sudah ditulis, dalam waktu tak lama lagi. Ya, konkritnya kapan? Baik Kadri dan Jimmo belum memberi sinyal positif. Mungkin saja, beredar sebelum pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jaya yang baru dilantik? Lho, ada hubungannya? Ya ga mesti dong.
Berikutnya adalah Montecristo. Kelompok ini juga baru beberapa bulan lalu merilis album rekaman terbarunya. Judul album yang dipilih, menarik juga, bermakna mendalam. A Deep Sleep.



Mereka tampil dengan formasi lengkapnya. Tetap mengandalkan dua frontliner utama, Eric Martoyo sebagai lead-vocalist. Kemudian gitaris, Keith Rustam Effendi. Dan ditambah kibordis, Fadhil Indra. Ini juga band berbeda, lain lagi musik yang dimainkannya.
Berbeda dari Nakedouls Project maupun The KadriJimmo.tentunya. Jadi, dari sisi beda-beda itu, sejatinya acara tersebut memang punya daya tarik yang berlebih. Apalagi kemudian, adalah pihak LemmonID yang memberikan support penuh, dengan menyirami stage dengan tata warna lighting yang indah.
Membuat suasana menonton penampilan band-band tersebut, menjadi lebih menarik lagi. Kali ini, LemmonID sebagai vendor tata cahaya, terlihat cukup all out. Dalam hal menyediakan berbagai peralatan lampu-lampu panggung yang terbilang “premium”.
Nah memang jadi berbeda untuk melihat Nakedsouls, TKJ dan tentu saja termasuk Montecristo, khususnya di acara Rock Republic ini. Maka kesemua grup yang tampil, terasa juga mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.



Montecristo sendiri juga didukung oleh Haposan Pangaribuan, sebagai bassist. Masih ada lainnya seperti gitaris, Alvin Anggakusuma. Dan sebagai drummer adalah,  Keda Panjaitan.
Dan mendekati jam 21.00 malam, giliran bintang utama, Grassrock naik panggung. Harus naik jam segitu, dikarenakan jam 22.00 teng, konser harus selesai di situ. Tak boleh lagi ada bebunyian musik. Mungkin nanti, mengganggu tidur nyenyak para penghuni apartemen di situ....
Konser yang menarik. Walau mungkin ada sedikit kekurangan, yaitu kurang pol saja nonton semua performers karena ketentuan yang berlaku di areal tersebut. Sampai bertemu di acara lain, mungkin bagus juga mencari tempat yang berbeda, yang lebih luweslah.... /*