Thursday, August 16, 2018

Festival Merayakan Kebhinekaan dan Merawat Kebersamaan



Tak perlu ditanya-tanya lagi, saya pasti mendukung total ide penyelenggaraan Festival Musik Rumah. Ini yang pertama kan? Festival Musik Rumah itu opo seh? Nah ketika tahu, makanya saya pikir, ide ini....sederhana tapi jenius. Atawa, jenius tapi sederhana? Karena di dalam kesederhanaan itu ada ketulusan sukacita, kegembiraan dan kesukarelaan. Everybody happy, isn’t it?
Happy itu apa? Kalau saya sih memilih menganalogikannya begini, leyeh-leyeh di rumah sendiri, bisa di ruang keluarga, di teras depan, di teras belakang, ya terserah nyamannya aja ya. Menyeruput kopi, beberapa pisgor sebagai kudapan santai-santai kenyang dikit. Lalu, nah ini yang penting, dengerin musik yang saya suka.

Dengerin atau nonton? Nonton tayangan video gitu? Gimana kalau nonton live. Yoih cuuuy, live. Langsung di teras rumah kek, di halaman belakang kek. Soundnya, berkekuatan PA secukupnya saja. Yang penting, teteup harus dikedepankan kenyamanan kuping dan hati.
Momen leyeh-leyeh, bersantai, menikmati hidup itu harus terjaga betul. Jangan terlalu berisik. Jangan terlalu banyak ngobrollah.... Iya dong, kasihan yang lagi main musik. Tega bener, masak dicuekin? Kudu dinikmati, artinya ditonton dan disimak musiknya.

Adalah seorang Petrus Briyanto Adi, dengan nama panggilan bandelnya, Adoy. Etapi, dia ga bandel-bandel amat sih. Adoy bersama istri tercinta, Bonita yang sekarang jadinya ya Bonita Adi. Mereka kan punya grup, Bonita and the Hus-Band namanya. Ini grup akustikan, santai, ceria, hepi-hepi dan....saya suka! Masya Allah, saya suka be’eng! Sungguh.
Permisi, boleh intermezzo saeutik wae? Menyoal BNTHB itu, grupnya Adoy plus Bonita, dengan didukung Jimmy yang Tobing dan Bharata Eli Gulo itu ya. Gini deh, menikmati musik mereka membuat kopi walau hanya secangkir astaga nikmat betul! Mau pake satu potong pisgor atawa ubi goreng misalnya, aduh..”Monas kliatan cing”!
Monas bisa terlihat, padahal itu mainnya di...Cinere,bray....!


Enerji mereka itu meletup-letup. Tetapi dengan pilihan sajian yang sekilas simple. Vokal asyik dan mumpuni Bonita. Gitaran tenang-tenang menghanyutkannya Adoy, yang ngegitar sambil nyanyi juga. Ditingkahi alunan suara saxophone nan merdu merayunya Jimmy.
Dan dilatari perkusi yang memberi aksentuasi lebih segar, ceria, seneng-seneng atau bisa juga disebut menebalkan musik. Itu nikmat. Saya rasa, banyak orang sependapat dengan saya, soal “kekuatan tersembunyi” dari BNTHB tersebut.
Dan mereka adalah...pejuang musik! Pejuang untuk diri sendiri, keluarganya masing-masing. Juga lingkungan kreatifnya, lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Sampai-sampai, pejuang yang memberi inspirasi untuk tetapbergerah, bersemangat, terus kreatif. Terisitimewa untuk lingkungan pergaulan musiknya.


Saya menyebut mereka, pejuang. Karena mereka serius berkarya, sambil memelihara betul pergaulan kanan-kiri, atas-bawah. Lalu senang hati, untuk main dimanapun, kapanpun. Menyebarkan enerji-enerji positif yang terkandung di dalam musik mereka! Ga percaya?
Tetapi, ini bahasa saya puitis ga ya? Ya itu bentuk usaha saya, dalam menggambarkan keindahan musik mereka. Makin terkesan indah, mereka telah tampil di berbagai kota. Dan di berbagai rumah!
Iya, konsep sederhana Musik Rumah-an itu, mereka mengawalinya, sejak beberapa tahun silam. Dan hasilnya positif pasti. Saya sungguh, tidak menanyakan hal itu kepada Adoy dan kawan-kawan. Ga sempat nanya. Tapi saya lihat kok dari akun Facebook mereka, dari tayangan youtube yang mereka unggah.
Ketika ide konsep itu diobrolin ke teman-teman lain, sesama pemusik. Ternyata memperoleh respon sangat hangat. Sehangat kopi dalam cangkir, yang datang tak lama setelah kita order?
Black coffee please, no sugar ya. ‘nggih mas, sebentar dibuatkan. Ok, thanks ya....


Apalagi antusiasme datang dari teman-teman musisi, yang masing-masing telah bergerak sendiri, dengan semangatnya. Sebagian dari mereka, belumlah dikenal begitu luas dan lebar. Tapi ingat, mereka telah berjuang juga. Cuma ya ga dilihat media massa saja sih....
Emangnya perlu dilihat teman-teman wartawan media massa? Perlu-perlu ga sih. Karena kan kreatif bermusik mereka, masak tergantung dari udah masuk media massa atau belum? Masuk syukur, ga diliput juga, jreeeeeng musik mereka toh tetap akan berbunyi. Setuju dong?

Kembali ke BNTHB, mereka kemudian menginisiasi atas perhelatan berbentk festival. Ya namanya apalagi kalau bukan, Festival Musik Rumah. Serunya, titiknya di Jakarta dan sekitarnya. Tetapi melibatkan titik-titik lain yang bertebaran di pelbagai kota, di seluruh penjuru Nusantara. Bahkan melebar ke luar negeri.
Titiknya, sebagai wadah utamanya adalah website mereka www.festivalmusikrumah.id  Melalui website tersebut, bisa dilihat acara-acara yang tersebar di pelbagai rumah lainnya.


Festival itu juga menjangkau beberapa kedai kopi, yang relatif kecil, terhitung mungil sih. Tetapi yang perlu diketahui, beberapa tahun belakangan, pertunjukkan musik juga sudah singgah di tempat-tempat “minimalis” begitu.
Ternyata kan, penonton atau pencinta musik sukacita, untuk mendatangi tempat-tempat tersebut. Tentu saja tak perlu ada tekanan atau ancaman. Apalagi pakai mahar segala! Karena memang pengen menonton dan menikmati musik, langsung, dekat dan akrab. Sesak? Ah itulah romantikanya.....
Dapat merasakan enerji musik, secara positif, dari musisi yang tampil, sungguh sebuah pengalaman yang bermanfaat. Bagi untuk kesenangan hati, melepaskan penat, melonggarkan pembuluh darah. Artinya kan, menyehatkan sekaligus menyegarkan.
Nah apalagi menonton di dalam rumah? Itulah uniknya. Inilah perwujudan konkrit dari pergerakan independen. Menyelusup kemana-mana, untuk manggung. Seperti juga, diedarkan kemana-mana, dimana-mana untuk penjualan albumnya.
Independen ya gitu. Ditulis media massa ya syukurlah. Ga ditulis ya hari-hari ini belum, besok atau lusa kan bisa aja? Ga masuk radio ya ra popo, sesok nanti orang-orang radio bisa jadi yang mencari-cari. Ga masuk televisi juga ya sutralah, nanti yang nonton televisi malah bingung lihatnya, ini sapa sih, musiknya kek gini....


Festival ini tercatat akan terdiri dari vnue 38 rumah, dengan sekitar 200an musisi yang tampil. Diadakan dari pas Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tercinta, 17 Agustus hingga 19 Agustus.
Dengan venue festival menembus rumah ke rumah, seperti melepaskan sekat-sekat. Menciptakan ruang-ruang pertunjukkan musik yang lebih intim dan akrab. Kan memang begitu seharusnyalah, sifat dari rumah itu? Ada keramahan, ada senyuman tulus.
Bakalan menjadi pengalaman menyenangkan banget rasanya, menonton pertunjukkan musik di rumah seseorang. Ya pengalaman seru buat penonton, juga untuk musisi atau penyanyinya. Termasuk tentu saja, si pemilik rumah.
Pengalaman yang gelagatnya bakalan istimewa dan menyenangkan itu, kayaknya perlu untuk masa sekarang. Apalagi kalau terasa jenuh dan jemu mata dan hati serta telinga, diserbu terus berita soal capres dan cawapres. Soal misteri cawapres. Soal santripreneur, postislamisme dan tetek bengek lainnya itu...
Menurut Adoy, festival perdana ini bersifat partisipatif dan non-profit. Berangkatnya, jelas Adoy lagi, dari kesukarelaan, kesukacitaan serta kesediaan untuk ikut dalam festival ini. Misi utama adalah mempererat persaudaraan dan kebersamaan,melalui musik.

Dalam rangka menyebarluaskan informasi festival unik ini, diadakanlah jumpa pers di kafe Paviliun 28, pada beberapa waktu lalu. Menjadi pembicara adalah Adoy dan Bonita beserta duo paling harmonis, Endah dan Rhesa. Serta Nesia Ardi dan Nanin Wardhani, dari trio Nonaria. Serta psikolog, Liza Djaprie, yang rumahnya akan menjadi salah satu venue juga.
Pada konperensi pers yang santai dan akrab itu, dengan dipandu rekan jurnalis muda, Fikri Dzul, diungkapkan bahwa tagline festival ini adalah Merayakan Kebhinekaan dan Merawat Kebersamaan. Kebhinekaan menjadi sebuah anugerah. Kebersamaan adalah sejatinya keindahan.
Dari jumpa pers itu dibagikan informasi para performers, kota dan tempat acara. Seperti ada  Bonita dan Adoy di RUMAHBONITA, Cinere. Lalu, Brayat Endah Laras di Ndalem Kaendahan, Sukoharjo-Solo. Jason Ranti, Rumah Kobra, Pamulang, Tangerang Selatan. Lalu Nissan Fortz di Kitharra Guitar Shop, Bandung.
Kemudian ada juga, Nonaria di Aligkane, Bintaro, Tangerang Selatan. Resonansi Ruang, tampil di W.Hardja Gallery, Ubud. Cofternoon, di kediaman bapak Jimi Kenang, Pontianak. Arief S. Pramono, di Teras Empang, Pare Pare.
Serta ada juga Duta Pamungkas, di kediaman Arief & Disa, di Bintaro, Tangerang Selatan. Bintang Indrianto, tampil di RUMAHBONITA. Jubing Kristianto di Paviliun 28. Nara Jiwa, di rumah Sasongko, Semarang. EndahNRhesa di Earhouse, Ciputat, Tangerang Selatan. Sementara yang di luar negeri ada, Toffi di kediaman Gabriela Ma’mun, Hamburg. Aymen Ghali, di kediaman Margret Bywater, Phnom Penh.
Untuk jadwal selengkapnya, secara detil lengkap dengan hari dan jam, silahkan membuka website festival tersebut, yang sudah saya tulis di atas.
Akhirul kata, selamat berfestival untuk Adoy, Bonita dan semua teman-teman musisi yang tampil. Selamat berpesta secara khas.... /*




No comments: