Tak
perlu ditanya-tanya lagi, saya pasti mendukung total ide penyelenggaraan Festival Musik Rumah. Ini yang pertama
kan? Festival Musik Rumah itu opo seh?
Nah ketika tahu, makanya saya pikir, ide ini....sederhana tapi jenius. Atawa,
jenius tapi sederhana? Karena di dalam kesederhanaan itu ada ketulusan
sukacita, kegembiraan dan kesukarelaan. Everybody
happy, isn’t it?
Happy
itu apa? Kalau saya sih memilih menganalogikannya begini, leyeh-leyeh di rumah sendiri, bisa di ruang keluarga, di teras
depan, di teras belakang, ya terserah nyamannya aja ya. Menyeruput kopi,
beberapa pisgor sebagai kudapan
santai-santai kenyang dikit. Lalu, nah ini yang penting, dengerin musik yang saya suka.
Dengerin
atau nonton? Nonton tayangan video gitu? Gimana kalau nonton live. Yoih cuuuy, live. Langsung di teras rumah kek, di halaman belakang
kek. Soundnya, berkekuatan PA secukupnya saja. Yang penting, teteup harus dikedepankan kenyamanan
kuping dan hati.
Momen
leyeh-leyeh, bersantai, menikmati hidup itu harus terjaga betul. Jangan terlalu
berisik. Jangan terlalu banyak ngobrollah.... Iya dong, kasihan yang lagi main
musik. Tega bener, masak dicuekin? Kudu dinikmati, artinya
ditonton dan disimak musiknya.
Adalah
seorang Petrus Briyanto Adi, dengan
nama panggilan bandelnya, Adoy. Etapi, dia ga bandel-bandel amat sih.
Adoy bersama istri tercinta, Bonita
yang sekarang jadinya ya Bonita Adi.
Mereka kan punya grup, Bonita and the
Hus-Band namanya. Ini grup akustikan, santai, ceria, hepi-hepi dan....saya
suka! Masya Allah, saya suka be’eng!
Sungguh.
Permisi,
boleh intermezzo saeutik wae? Menyoal
BNTHB itu, grupnya Adoy plus Bonita,
dengan didukung Jimmy yang Tobing dan Bharata Eli Gulo itu ya. Gini deh, menikmati musik mereka membuat
kopi walau hanya secangkir astaga nikmat betul! Mau pake satu potong pisgor
atawa ubi goreng misalnya, aduh..”Monas
kliatan cing”!
Monas
bisa terlihat, padahal itu mainnya di...Cinere,bray....!
Enerji
mereka itu meletup-letup. Tetapi dengan pilihan sajian yang sekilas simple. Vokal asyik dan mumpuni Bonita.
Gitaran tenang-tenang menghanyutkannya Adoy, yang ngegitar sambil nyanyi juga. Ditingkahi alunan suara saxophone nan
merdu merayunya Jimmy.
Dan
dilatari perkusi yang memberi aksentuasi lebih segar, ceria, seneng-seneng atau
bisa juga disebut menebalkan musik. Itu nikmat. Saya rasa, banyak orang
sependapat dengan saya, soal “kekuatan tersembunyi” dari BNTHB tersebut.
Dan
mereka adalah...pejuang musik! Pejuang untuk diri sendiri, keluarganya
masing-masing. Juga lingkungan kreatifnya, lingkungan sekitar tempat
tinggalnya. Sampai-sampai, pejuang yang memberi inspirasi untuk tetapbergerah,
bersemangat, terus kreatif. Terisitimewa untuk lingkungan pergaulan musiknya.
Saya
menyebut mereka, pejuang. Karena mereka serius berkarya, sambil memelihara
betul pergaulan kanan-kiri, atas-bawah. Lalu senang hati, untuk main dimanapun,
kapanpun. Menyebarkan enerji-enerji positif yang terkandung di dalam musik
mereka! Ga percaya?
Tetapi,
ini bahasa saya puitis ga ya? Ya itu bentuk usaha saya, dalam menggambarkan
keindahan musik mereka. Makin terkesan indah, mereka telah tampil di berbagai
kota. Dan di berbagai rumah!
Iya,
konsep sederhana Musik Rumah-an itu, mereka mengawalinya, sejak beberapa tahun
silam. Dan hasilnya positif pasti. Saya sungguh, tidak menanyakan hal itu
kepada Adoy dan kawan-kawan. Ga sempat nanya. Tapi saya lihat kok dari akun Facebook mereka, dari tayangan youtube yang mereka unggah.
Ketika
ide konsep itu diobrolin ke teman-teman lain, sesama pemusik. Ternyata
memperoleh respon sangat hangat. Sehangat kopi dalam cangkir, yang datang tak
lama setelah kita order?
Black coffee please,
no sugar ya. ‘nggih
mas, sebentar dibuatkan. Ok, thanks
ya....
Apalagi
antusiasme datang dari teman-teman musisi, yang masing-masing telah bergerak
sendiri, dengan semangatnya. Sebagian dari mereka, belumlah dikenal begitu luas
dan lebar. Tapi ingat, mereka telah berjuang juga. Cuma ya ga dilihat media
massa saja sih....
Emangnya
perlu dilihat teman-teman wartawan media massa? Perlu-perlu ga sih. Karena kan
kreatif bermusik mereka, masak tergantung dari udah masuk media massa atau
belum? Masuk syukur, ga diliput juga, jreeeeeng musik mereka toh tetap akan
berbunyi. Setuju dong?
Kembali
ke BNTHB, mereka kemudian menginisiasi atas perhelatan berbentk festival. Ya
namanya apalagi kalau bukan, Festival Musik Rumah. Serunya, titiknya di Jakarta
dan sekitarnya. Tetapi melibatkan titik-titik lain yang bertebaran di pelbagai
kota, di seluruh penjuru Nusantara. Bahkan melebar ke luar negeri.
Titiknya,
sebagai wadah utamanya adalah website mereka www.festivalmusikrumah.id
Melalui website tersebut, bisa
dilihat acara-acara yang tersebar di pelbagai rumah lainnya.
Festival
itu juga menjangkau beberapa kedai kopi, yang relatif kecil, terhitung mungil
sih. Tetapi yang perlu diketahui, beberapa tahun belakangan, pertunjukkan musik
juga sudah singgah di tempat-tempat “minimalis” begitu.
Ternyata
kan, penonton atau pencinta musik sukacita, untuk mendatangi tempat-tempat
tersebut. Tentu saja tak perlu ada tekanan atau ancaman. Apalagi pakai mahar
segala! Karena memang pengen menonton dan menikmati musik, langsung, dekat dan
akrab. Sesak? Ah itulah romantikanya.....
Dapat
merasakan enerji musik, secara positif, dari musisi yang tampil, sungguh sebuah
pengalaman yang bermanfaat. Bagi untuk kesenangan hati, melepaskan penat,
melonggarkan pembuluh darah. Artinya kan, menyehatkan sekaligus menyegarkan.
Nah
apalagi menonton di dalam rumah? Itulah uniknya. Inilah perwujudan konkrit dari
pergerakan independen. Menyelusup kemana-mana, untuk manggung. Seperti juga,
diedarkan kemana-mana, dimana-mana untuk penjualan albumnya.
Independen
ya gitu. Ditulis media massa ya syukurlah. Ga ditulis ya hari-hari ini belum,
besok atau lusa kan bisa aja? Ga masuk radio ya ra popo, sesok nanti orang-orang
radio bisa jadi yang mencari-cari. Ga masuk televisi juga ya sutralah, nanti yang nonton televisi
malah bingung lihatnya, ini sapa sih, musiknya kek gini....
Festival
ini tercatat akan terdiri dari vnue 38 rumah, dengan sekitar 200an musisi yang
tampil. Diadakan dari pas Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tercinta, 17
Agustus hingga 19 Agustus.
Dengan
venue festival menembus rumah ke rumah, seperti melepaskan sekat-sekat.
Menciptakan ruang-ruang pertunjukkan musik yang lebih intim dan akrab. Kan
memang begitu seharusnyalah, sifat dari rumah itu? Ada keramahan, ada senyuman
tulus.
Bakalan
menjadi pengalaman menyenangkan banget rasanya, menonton pertunjukkan musik di
rumah seseorang. Ya pengalaman seru buat penonton, juga untuk musisi atau
penyanyinya. Termasuk tentu saja, si pemilik rumah.
Pengalaman
yang gelagatnya bakalan istimewa dan menyenangkan itu, kayaknya perlu untuk
masa sekarang. Apalagi kalau terasa jenuh dan jemu mata dan hati serta telinga,
diserbu terus berita soal capres dan cawapres. Soal misteri cawapres. Soal
santripreneur, postislamisme dan tetek bengek lainnya itu...
Menurut
Adoy, festival perdana ini bersifat partisipatif dan non-profit. Berangkatnya,
jelas Adoy lagi, dari kesukarelaan, kesukacitaan serta kesediaan untuk ikut
dalam festival ini. Misi utama adalah mempererat persaudaraan dan
kebersamaan,melalui musik.
Dalam
rangka menyebarluaskan informasi festival unik ini, diadakanlah jumpa pers di kafe
Paviliun 28, pada beberapa waktu lalu. Menjadi pembicara adalah Adoy dan Bonita
beserta duo paling harmonis, Endah
dan Rhesa. Serta Nesia Ardi dan Nanin Wardhani, dari trio Nonaria.
Serta psikolog, Liza Djaprie, yang
rumahnya akan menjadi salah satu venue
juga.
Pada
konperensi pers yang santai dan akrab itu, dengan dipandu rekan jurnalis muda, Fikri Dzul, diungkapkan bahwa tagline
festival ini adalah Merayakan Kebhinekaan dan Merawat Kebersamaan. Kebhinekaan
menjadi sebuah anugerah. Kebersamaan adalah sejatinya keindahan.
Dari
jumpa pers itu dibagikan informasi para performers, kota dan tempat acara.
Seperti ada Bonita dan Adoy di RUMAHBONITA,
Cinere. Lalu, Brayat Endah Laras di
Ndalem Kaendahan, Sukoharjo-Solo. Jason
Ranti, Rumah Kobra, Pamulang, Tangerang Selatan. Lalu Nissan Fortz di Kitharra Guitar Shop, Bandung.
Kemudian
ada juga, Nonaria di Aligkane,
Bintaro, Tangerang Selatan. Resonansi
Ruang, tampil di W.Hardja Gallery, Ubud. Cofternoon, di kediaman bapak Jimi Kenang, Pontianak. Arief S. Pramono, di Teras Empang, Pare
Pare.
Serta
ada juga Duta Pamungkas, di kediaman
Arief & Disa, di Bintaro, Tangerang Selatan. Bintang Indrianto, tampil di RUMAHBONITA. Jubing Kristianto di
Paviliun 28. Nara Jiwa, di rumah Sasongko, Semarang. EndahNRhesa di Earhouse, Ciputat, Tangerang Selatan. Sementara yang
di luar negeri ada, Toffi di
kediaman Gabriela Ma’mun, Hamburg. Aymen
Ghali, di kediaman Margret Bywater, Phnom Penh.
Untuk
jadwal selengkapnya, secara detil lengkap dengan hari dan jam, silahkan membuka
website festival tersebut, yang sudah saya tulis di atas.
Akhirul
kata, selamat berfestival untuk Adoy, Bonita dan semua teman-teman musisi yang
tampil. Selamat berpesta secara khas.... /*
No comments:
Post a Comment